Wibawa Orangtua

Versi printer-friendly
November

Berita Telaga Edisi No. 144 /Tahun XIII/November 2016


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Rr. Fradiani Eka Y. Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon





WIBAWA ORANGTUA


Beberapa tindakan harus dilakukan oleh orang tua, supaya dia memunyai wibawa yang tepat, sedini mungkin sejak anak itu masih kecil.

Pertama-tama, saya akan paparkan yang bukan wibawa tapi sering kali dianggap wibawa, yaitu:

  • Faktor uang. Seringkali orang tua beranggapan kalau saya mampu mencukupi kebutuhan fisik, finansial, anak-anak atau istri atau suami saya maka otomatis saya layak untuk dihormati oleh anak-anak.
  • Adakalanya orang tua beranggapan dengan semakin keras perlakuannya kepada anak, semakin berwibawalah dia. Justru sebetulnya reaksi yang tersembunyi pada diri anak sewaktu anak menjadi ketakutan terhadap orang tua ialah rasa tidak suka, rasa tidak hormat, bahkanrasa benci kepada orang tua.

Langkah-langkah yang harus dilakukan orang tua di dalam membangun wibawa:

  1. Kolose 3:18 "Hai istri-istri tunduklah kepada suamimu sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan."

    Ingin saya tekankan bahwa wibawa orang tua muncul kalau orang tua hidup sesuai dengan peranan dan tugasnya sebagai orangtua. Waktu orang tua memunyai hubungan yang kuat, yang baik dan yang harmonis, anak-anak tidak bisa tidak akan memandang orang tua dengan penuh hormat. Jadi wibawa yang pertama muncul dari kualitas hubungan suami-istri, ini tidak bisa ditawar-tawar.

  2. Kolose 3:19 "Hai suami-suami kasihilah istrimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia."

    Ini mengandung 2 unsur:

    • Perintah, yakni kasihilah istrimu.Sekali lagi anak-anak akan menghormati ayah dan ayah menjadi ayah yang berwibawa waktu anak-anak melihat ayah mengasihi mama. Ini adalah hal yang penting sekali untuk dilihat si anak. Dan waktu ayah dilihat mengasihi ibu, anak-anak cenderung akan menghormati ayah.
    • Larangan, jangan berlaku kasar terhadap istri. Tuhan juga tegaskan larangan jangan memperlakukan istrimu dengan kasar.
  3. Kolose 3:21 "Hai bapa-bapa janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya."

    Terhadap istri, Tuhan hanya memberikan satu perintah, ayah malah tiga, memang pria itu perlu banyak dilarang. Yang dimaksud menyakiti hati itu sebetulnya memunyai arti, jangan membuathati anak itu menjadi pahit. Pahit itu mencakup unsur tersinggung, benci, tidak ada lagi gairah untuk dekat dengannya, tidak mempedulikan orang ini, masa bodoh dengan orang ini. Intinya kita memasukkan yang pahit ke dalam hatinya. Adakalanya orang tua atau dalam hal ini khususnya ayah bisa membuat hati anak pahit biasanya, yang pertama melalui disiplin yang berlebihan. Dan yang kedua adalah ayah kalau marah cenderung melihat anak itu sebagai "sparring partnernya" kecenderungan pria memang berkelahi, sejak kecil makanya yang sering berkelahi secara fisik adalah anak pria.

Salah satu kasus di Alkitab, di mana Absalom itu memberontak kepada Daud, itu adalah contoh hilangnya wibawa sebagai akibat perbuatan Daud sendiri. Daud memberikan contoh hidup yang tidak berintegritas.

Orang tua harus memiliki kehidupan yang benar, bukan saja kualitas hubungan suami-istri harus baik, bukan saja perlakuan terhadap anak tidak memahitkan perasaan anak, tapi kehidupan orang tua juga harus berintegritas.

Pada akhirnya harus kita sadari, bahwa kewibawaan itu datang dari pihak Tuhan, dan itu harus kita kelola dengan baik. Untuk membina hubungan yang harmonis suami istri maupun terhadap anak, jadi tetap dibutuhkan wibawa. Yang harus kita camkan adalah, wibawa tidak datang dengan sendirinya, wibawa itu bergantung pada perbuatan kita sebagai ayah dan ibu. Jadiyang terutama adalah orangtua harus hidup takut akan Tuhan. Sekali dia takut akan Tuhan, dia lebih takut untuk memperlakukan istri atau suami, dan anak-anak dengan lebih baik, sehingga hidupnya pun akan lebih benar. Jadi semuanya itu saya kira adalah hal-hal yang membangun wibawa orang tua.

Bagaimana Menghadapi Orangtua yang Tidak Berwibawa?

Tapi memang harus saya akui, adakalanya orang tua bersifat atau bersikap kekanak-kanakan, tidak berarti sewaktu seseorang menjadi orangtua jiwa dan karakternya akan menjadi matang sesuai dengan usia dan tanggung jawabnya. Ada orang tua yang kekanak-kanakan, memunyai kebutuhan yang bahkan lebih besar dari anak-anak mereka, contoh misalnya kebutuhan untuk disayangi seharusnya‘kan orang tua yang menyayangi anak, memberikan kepada anak kasih sayang. Tapi ada orang tua yang begitu tidak aman dengan dirinya, karena kemungkinan besar, masa lalunya sehingga dia menjadi orang tuayang akan memanipulasi anak untuk senantiasa menyayangi, mengutamakan dia.

Dalam keadaan seperti itu, dimana kondisi orang tua sudah sedemikian buruknya di mata anak itu, yang seharusnya dilakukan anak adalah:

  1. Anak-anak perlu melihat dengan jelas di mana duduk masalahnya, sebab ada kecenderungan anak-anak ini akan terjerat di dalam hubungan yang tidak sehat. Di sini anak-anak perlu melihat dengan pikiran yang jernih di mana duduk masalahnya, tempatkan masalahnya di tempat yang sebenar-benarnya.

    Amsal 23:22, "Dengarkanlah ayahmu yang memperanakkan engkau, dan janganlah menghina ibumu kalau dia sudah tua."

    Di sini ada dua kata yang perlu diperhatikan:

    • Yang pertama ialah kata "mendengarkan".Mendengarkan dalam pengertian kita tidak semena-mena menutup telinga terhadap apa yang dikatakan oleh orangtua kita.

    • Yang kedua, Tuhan berkata jangan menghina ibumu kalau dia sudah tua. Sebetulnya dengarkanlah dan jangan menghina sebetulnya dua sisi dari satu logam yang sama. Menghina artinya kalau memang orang tua salah, dan memang mereka punya kelemahan-kelemahan, Tuhan meminta kita jangan menghina, menginjak-injak, atau memaki-maki mereka.

  2. Anak harus berani untuk memisahkan diri dari orang tua secara emosional dan kalau perlu secara fisik. Artinya begini, adakalanya karena kita sudah menjadi bagian keluarga, kita akhirnya tidak berani untuk pisah atau misalnya mandiri karena kita merasa kita ini harus bertanggung jawab berbuat sesuatu dan sebagainya untuk mereka.

  3. Anak harus melihat ayah dan ibu secara spesifik sekali.

  4. Anak harus mengampuni. Kita mengampuni bukan berarti tidak mengakui kemarahan kita, kita perlu mengakui luka yang ditimbulkan oleh orang tua kita bahwa kita telah diciderai olehnya.

Kita harus kembali pada Tuhan, orang yang sungguh-sungguh beriman tidak akan mengukur untung rugi dalam menghormati dan memperlakukan orang tua dengan baik.

Oleh: Pdt. Dr. Paul Gunadi

Audio dan transkrip secara lengkap bisa didapatkan melalui situs www.telaga.org dengan kode T46A dan T46B.



TELAGA MENJAWAB

TANYA

Shalom,

Saya ingin berkonsultasi mengenai kebencian saya kepada ayah. Saya dan adik masih duduk di bangku sekolah tinggi, dirumah kami ada nenek yang harus kami rawat. Saya merasa ayah selalu menyusahkan ibu dan tidak mau dinasehati. Mereka hanya buruh tani dan mengalami kesulitan ekonomi. tapi ayah terus saja merokok. Ayah juga tidak pernah ke gereja. Waktu ayah sakit sampai berbulan-bulan, dia berjanji kalau sembuh akan berhenti merokok dan akan ke gereja. Tapi dia tidak menepatinya dan malah berkata asal percaya Yesus sudah pasti selamat tak perlu ke gereja. Ayah saya hanya memikirkan dirinya sendiri. Saya, ibu, dan adik tiap hari mengingatkannya berhenti merokok dan menyuruhnya ke gereja, sampai kami capek sendiri. Saya benci ayah. Saya sering merasa capek dengan semua ini. Saya ingin lepas dari kebencian ini. Saya sudah berdoa pada Tuhan tapi hati saya belum tenang. Saya merasa harus ada doa pelepasan. Tolong beri saya solusi. Terima kasih.


JAWAB

Shalom,

Anakku yang dikasihi Tuhan, jelas bahwa engkau seorang anak ayah yang baik, juga anak Tuhan yang baik. Sekarang engkau mengetahui betapa sulitnya mengubah hati manusia, sampai kita boleh berkata mustahil dan hanya Tuhan sendiri yang mampu, maka untuk itu kita berdoa mohon campur tangan Tuhan.

Tugas kita hanyalah mengingatkan, meminta kesediaan ayah untuk ke gereja dan berhenti merokok, ditambah memberi alasan-alasannya – bahwa datang di Rumah Tuhan itu dikehendaki Tuhan sebab di sana kita bisa beribadah, mendengar firman Tuhan, bersekutu dengan anak-anak Tuhan, dan seterusnya. Merokok tidak baik buat kesehatan dan bila dalam jumlah besar bisa menggoncangkan perekonomian rumah tangga. Nah, kalau kita sudah kemukakan hal itu secara jelas, secara dewasa dan sopan kepada ayah, selanjutnya kita tinggal berdoa mohon Tuhan berkenan menggerakkan hati ayah. Kapan dan bagaimana proses perubahan terjadi itu bergantung pada Tuhan dan sikap ayah. Sedangkan engkau, adikmu, dan ibumu hanya bisa mendampingi dengan memberi teladan hidup menurut ajaran Kristus, yaitu tetap mengasihi ayah sebab Hukum Tuhan yang ke-5 mengatakan anak harus menghormati orangtuanya, begitu pula istri harus mengasihi suaminya.

Kita perlu mengetahui bahwa setiap pribadi yang sudah dewasa mempunyai tanggung jawab masing-masing kepada Tuhan. Kita tidak bisa dan tidak boleh memaksakan kehendak kita, betapapun baiknya menurut kita, terhadap pribadi lain (dalam hal ini ayah). Ayah sama sepertimu, ia juga milik Tuhan yang Maha Bijaksana. Biarlah Tuhan sendiri yang berkarya dalam hidup ayah. Kita hanya dapat mendampingi dan membantu ayah mendekat kepada Tuhan dan mengadakan perubahan-perubahan positif seperti yang kita ucapkan dalam doa. Jika engkau mempunyai pemahaman yang benar maka tidak akan membenci ayahmu. Beliau pasti juga punya pergumulannya sendiri yang engkau tidak ketahui. Yakinlah bahwa suatu hari ayah akan ikut Tuhan secara nyata dan berhenti merokok.

Dulu saya punya ayah seperti ayahmu, Nak. Beliau tidak mau ke gereja dan suka merokok walaupun sakit asma dan kami bukan keluarga kaya. Akhirnya Tuhan mengubah hidupnya, ayah mau dibabtis dan ke gereja, berhenti merokok, dan akhirnya diberi kesembuhan total ketika Tuhan memanggilnya pulang ke Surga. Sekarang saya hanya dapat mengenang ayah dan merindukan beliau. Kasihilah ayahmu sebab itu yang diinginkan Tuhan untuk kau lakukan. Justru dengan kasih yang tulus maka hati ayah akan tergerak untuk berubah. Percayalah, sebab ini bukti Engkau beriman kepada Yesus Kristus. Dia mau menunjukkan kasih-Nya kepada ayah melalui kasihmu.

Saya mendoakan engkau, ayah, ibu, adik, dan nenekmu.

Salam: Daud Adiprasetya




DOAKANLAH:

  1. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari Ibu Gan May Kwee di Solo sebesar Rp 500.000,-.
  2. Bersyukur Bp. Hendra, M.K. telah bersedia menjadi konselor yang berdomisili di Jakarta.
  3. Bersyukur selama bulan Nopember 2016 telah dilakukan 3x syuting fragmen Telaga untuk melengkapi rekaman video yang sudah ada.
  4. Doakan agar 3x syuting fragmen berikutnya bisa diselesaikan pada awal bulan Desember 2016, doakan untuk kesiapan para pemain dan juga peralatan dan lokasi yang digunakan.
  5. Bersyukur akhirnya beberapa artikel seputar berpacaran bisa diselesaikan oleh Bp. Andrew A. Setiawan dalam bulanini.
  6. Doakan agar buku "Tertawa dan Menangis Bersama Anak" (Telaga - 2) bisa selesai dalam hari-hari ini.
  7. Doakan untuk Ev. Sindunata Kurniawan dalam menyelesaikan rekaman lanjutan dari LGBT dan bila memungkinkan ada beberapa rekaman lainnya lagi.
  8. Doakan untuk rencana pembuatan video Telaga agar dalam bulan Desember 2016 Sdr. Jethro bisa bertemu di Malang untuk membicarakan hal ini.
  9. Doakan untuk kesibukan di akhir tahun 2016.
  10. Bersyukur untuk donasi yang diterima dalam bulan ini dari donatur tetap, yaitu :
    001 – Rp 100.000,-
    003 – Rp 600.000,- untuk 3 bulan
    006 – Rp 200.000,- untujk 2 bulan
    011 – Rp 150.000,-
    015 – Rp 1.500.000,- untuk 3 bulan



JUDUL TERBARU

T474 B Rehabilitasi Remaja Bermasalah
T485 A Memahami HIV AIDS
T485 B Hidup Bersahabat dengan HIV AIDS
T486 A LGBT (I) : Mengenal LGBT
T486 B LGBT (II) : Penyebab LGBT
T486 C LGBT (III) : Pulih dari LGBT
T487 A Menyiapkan Anak dalam Masa Berpacaran
T487 B Mendampingi Anak dalam Masa Berpacaran
T488 A Bila Anak Tidak Menikah
T488 B Bila Anak Bercerai
T489 A Pelecehan Seksual pada Anak (I)
T489 B Pelecehan Seksual pada Anak (II)
T490 A Masalah Suami Istri di Masa Tua (I)
T490 B Masalah Suami Istri di Masa Tua (II)
T491 A Memahami dan Merawat Penderita Dementia
T491 B Pergumulan di Hari Tua
T492 A Tantangan Orangtua Tunggal
T492 B Keluarga Sambung
T493 A Orangtua Baru dan Tantangannya
T493 B Tantangan Istri yang Harus Bekerja
T494 A Pengantin Baru dan Tantangannya
T494 B Penyebab Perselingkuhan Meluas