Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerja sama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya, Daniel Iroth akan berbincang-bincang dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling keluarga. Perbincangan kami kali ini adalah tentang "LGBT" Bagian Pertama. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
DI : Pak Sindu, untuk LGBT ini – Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender – sudah akrab di telinga orang Indonesia. Apakah Pak Sindu bisa memberikan penjelasan tentang istilah LGBT ini ?
SK : Istilah LGBT merupakan satu kosakata akronim yang memang dipakai sebagai penunjukan identitas, Pak Daniel. Istilah ini memang yang banyak disebutkan oleh mayoritas kelompok-kelompok, komunitas dan media di Amerika Serikat dan negara-negara berbahasa Inggris. Sementara dalam fakta di lapangan, rupanya sekian kelompok orang yang berkaitan dengan LGBT ini tidak suka dengan istilah ini. Ada yang menyebutnya GLBT, ada juga yang merasa bahwa LG (Lesbian dan Gay) itu harus dipisahkan dari kelompok BT (Bisexual dan Transgender). Ada lagi kelompok yang menyebut diri LGBT QI. "Q" adalah singkatan dari Queer (dalam Bahasa Inggris) artinya adalah orang-orang yang belum yakin dengan identitas seksualnya. "I" adalah Intersex, adalah sekelompok orang yang merasa tidak jelas identifikasi karakteristik kelaminnya ini laki-laki atau perempuan karena kromosom XY (laki-laki) dan kromosom XX (perempuan) tidak terlalu jelas sehingga mereka disebut intersex. Jadi, banyak variasi yang muncul. Tapi untuk memudahkan, media sudah mewakili dengan kata LGBT dan itu yang marak juga dipakai di Indonesia.
DI : Saya melihat LGBT ini tiba-tiba menjadi topik hangat di Indonesia sejak tahun 2015, tepatnya sejak Mahkamah Agung Amerika Serikat melegalkan pernikahan sesama jenis pada tanggal 26 Juni 2015. Mengapa demikian, Pak Sindu ?
SK : Kalau boleh saya akan jelaskan tentang peristiwa itu, Pak Daniel. Memang pada tanggal 26 Juni 2015 Mahkamah Agung mengesahkan secara hukum, secara sah, secara legal, bahwa untuk seluruh negara bagian Amerika Serikat, yaitu sejumlah 50 negara bagian, sifatnya wajib / sah untuk membuat / memungkinkan adanya pernikahan sejenis – laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan. Dimana larangan pernikahan sejenis yang selama itu telah diterapkan oleh 14 negara bagian, dinyatakan batal secara hukum. Hukumnya wajib, harus melegalkan pernikahan sejenis, termasuk 14 negara bagian yang sejak lama memang tidak mengijinkannya. Jadi, pernikahan sejenis ini akhirnya menjadi legal dan itu membuat aktifis kaum gay yang selama ini mengkampanyekan legalisasi pernikahan bersorak-sorai. Ada pawai, ada karnaval. Rupanya hal ini sudah dari dulu mendapatkan dukungan dari warga negara Amerika Serikat sendiri, Pak Daniel. Survei menunjukkan 57% warga Amerika Serikat mendukung pernikahan sejenis.
DI : Ini kondisi yang sangat tidak mudah buat gereja-gereja, buat orang tua-orang tua Kristen dengan kondisi yang ada ini.
SK : Betul. Kondisi ini cukup menekan buat saudara-saudara kita, orang-orang percaya yang memang ingin berdiri di atas firman Tuhan, akhirnya mendapatkan tekanan-tekanan. Termasuk kelompok-kelompok pelayanan atau ministry yang selama ini memiliki keterpanggilan secara khusus untuk melayani kaum yang memiliki ketertarikan sejenis (same-sex attraction). Ada komunitas yang berjuang melayani, memuridkan dan membimbing kaum penyuka sejenis untuk menjadi komunitas yang baik. Tapi akhirnya mendapatkan serangan secara telak dari kelompok-kelompok yang sudah mendapatkan legalitas dari pemerintah Amerika Serikat ini.
DI : Ya. Saya melihat kelompok-kelompok ini memang sangat agresif. Mereka berusaha memengaruhi dengan berbagai macam cara.
SK : Betul. Kalau saya kaitkan dengan pertanyaan Pak Daniel kenapa ini menjadi topik hangat di Indonesia, memang di satu sisi agak aneh. Karena di negara-negara Eropa sudah puluhan tahun pernikahan sejenis itu dimungkinkan. Misalnya Belanda, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya. Tapi kenapa Indonesia baru seperti panik, seperti kebakaran jenggot sejak Juni 2015 ini ? Jadi, disini kita bisa melihat bahwa rupanya secara sosiologi kita itu punya ikatan batin dengan bangsa Amerika Serikat. Itu bisa kita lacak ya. Makanan cepat saji mayoritas dari Amerika Serikat. Pizza-nya, ayam gorengnya, film-film hollywoodnya, berbagai genre musiknya, termasuk kehidupan seks yang permisif banyak kita tiru darinya. Bahkan dunia gereja, teologi, dunia pelayanan rupanya kita banyak hal belajar dan meniru pola Amerika Serikat. Sehingga krisis nasionalnya pun, krisis dalam dunia gereja, krisis dunia kekristenan dari Indonesia, kalau kita tarik benang merahnya memang ada ketersambungannya dengan Amerika Serikat. Ini menjelaskan mengapa isu LGBT ini baru hangat sejak tahun 2015.
DI : Memang sangat berbahaya bagi gereja. Saya dengar, kadang-kadang di negara bagian tertentu ada orang yang menutup gereja karena gereja tidak mau menikahkan orang sesama jenis. Kalau itu masuk ke Indonesia tentunya sangat berbahaya sekali, Pak Sindu.
SK : Ya.
DI : Apakah LGBT itu bicara hal yang sama, Pak Sindu ?
SK : LGBT bisa kita pisahkan dalam 2 kelompok penjelasan, Pak Daniel. Yang pertama LGB, yaitu Lesbian, Gay, dan Bisexual. Itu berbicara tentang orientasi seksual. Dalam kata lain, berbicara tentang ketertarikan seksual. Mereka secara identitas seksual mengakui diri adalah "Saya laki-laki" atau "Saya perempuan" hanya saja ketertarikan seksualnya "Saya laki-laki, tertarik secara seksual hanya kepada laki-laki" yang kemudian disebut kaum Gay. Sementara kalau orang tersebut menunjukkan identitas kelaminnya adalah perempuan tetapi memiliki ketertarikan seksual dengan sesama perempuan saja maka menyebut diri "Saya lesbian." Yang ketiga "Saya laki-laki tapi saya tertarik keduanya. Saya tertarik secara seksual pada perempuan juga pada laki-laki, bahkan saya melakukan praktek hubungan seksual dengan perempuan dan laki-laki" maka dia menyebut dirinya bisexual, punya dua ketertarikan seksual. Sehingga kalau dalam gurauan masa tahun 80-an, saya ingat ada istilah "Oh, ini laki-laki AC-DC." Bisa dengan laki-laki, bisa dengan perempuan. Sementara T (Transgender) berbicara hal lain. Transgender ini berbicara tentang identitas seksual. Kalau LGB berbicara tentang ketertarikan atau orientasi seksual, T berbicara tentang identitas seksual. Diwakili dengan KTP (Kartu Tanda Penduduk), Pak Daniel. Di dalam KTP itu ada berapa pilihan jenis kelamin, Pak Daniel ?
DI : Laki-laki dan perempuan.
SK : Rupanya kaum Transgender ini ingin ada pilihan yang ketiga, yaitu huruf "T". Huruf "L" untuk Laki-laki, huruf "P" untuk Perempuan. "Saya "T"" Apa itu ? "Transgender." Jadi, mereka menyatakan, "Saya ini laki-laki lho, tapi dalam jiwa saya itu seorang perempuan. Jadi, saya seorang perempuan yang terperangkap dalam tubuh laki-laki. Saya punya jakun, punya penis, organ kelamin dan penampilan fisik saya laki-laki, tapi sesungguhnya jiwa saya perempuan." Inilah transgender, sehingga muncullah waria, pria yang kewanita-wanitaan. Atau sebaliknya dia merasa, "Aku ini laki-laki tapi terperangkap dalam tubuh perempuan." Jadi, secara fisik dia perempuan, tapi dia tidak mau diakui sebagai perempuan. Dia akan potong rambut pendek, berpenampilan gaya laki-laki. "Aku ini transgender, aku bukan perempuan, sekalipun kamu lihat aku sebagai perempuan. Aku ini transgender." Ujungnya, kaum transgender ini ingin operasi plastik. Bagi laki-laki transgender, minimal dia suntik silicon atau operasi dengan silicon supaya muncul payudaranya. Beberapa dari mereka secara sengaja mengubah penis menjadi vagina. Operasi di Thailand atau negara-negara yang lain. Tapi beberapa belum seberani itu. Sebagian hanya membuat wajah mereka lebih tirus, operasi plastik di wajah, memunculkan pinggul atau buah dada, tapi untuk operasi kelamin, mereka belum berani. Inilah kaum transgender.
DI : Apa yang membuat Pak Sindu menganggap isu LGBT ini penting untuk dibicarakan ?
SK : Kita merespons dari situasi di Indonesia ya. Sebenarnya kalau saya melihat, kita berada di dalam respons yang kurang proporsional.
DI : Maksudnya bagaimana, Pak Sindu ?
SK : Kita lebih melihat isu LGBT ini hanya semata-mata dari aspek bahaya dan keterancaman yang sepertinya dulu tidak ada dan sekarang ada dan ini adalah bahaya yang sangat amat besar sekali. Padahal kalau kita lihat di firman Tuhan, di Alkitab, ini isu sama tuanya dengan isu kejatuhan manusia dalam dosa.
DI : Maksud Pak Sindu ?
SK : Kalau kita buka di dalam Kejadian 19:5 (Versi AYT) itu adalah peristiwa Sodom dan Gomora. Kalau kita baca Kejadian 19:5, disana dengan jelas dikatakan bahwa penduduk-penduduk kota Sodom adalah pelaku sodomi, lelaki yang memasukkan penis ke anus laki-laki. Maka dari kata Sodom muncul kata Sodomi, tindakan seksual yang seperti itu. Mereka ingin menyodomi malaikat-malaikat yang menyamar menjadi manusia untuk menjemput Lot dan keluarganya. Itu yang tercatat pertama di Alkitab. Juga di dalam Imamat 18:22, saya bacakan, "Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan karena itu suatu kekejian." Jadi, itu sudah menjadi gaya hidup bangsa-bangsa pada umumnya, termasuk ketika bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju negeri Kanaan, Tuhan menurunkan Hukum Taurat. Salah satu ayatnya adalah jangan melakukan praktek homoseksualitas. Jadi, itu sudah umum. Kalau kita lihat di Imamat 18 ada banyak larangan lainnya. Larangan untuk incest, larangan berhubungan seks dengan binatang. Jadi sebenarnya, firman Tuhan dengan jelas mengingatkan bahwa isu ketertarikan sejenis, perilaku homoseksual, itu hanyalah salah satu dosa seksual, bukan satu-satunya dan juga bukan yang terbesar, juga bukan yang terberat. tapi salah satu. Dengan kata lain, saya mau katakan "Saya ini bukan LGBT lho. Saya ini lebih baik, lebih kudus, lebih murni." Belum tentu. Mungkin kita bukan LGBT, tapi kita bergumul dengan masturbasi, mengalami keterikatan dengan pornografi, kemudian kita melakukan hubungan seks di luar nikah. Itu sama-sama berdosanya, sama-sama buruknya. Makanya disini saya mengajak lewat pembahasan ini, mari kita bersikap proporsional. Jangan melihat mereka seperti begitu gelap dan begitu kudusnya diri kita. Tidak, mereka juga bagian dari kita, manusia-manusia yang bergumul dengan dosa. Katakan "kebetulan" kita mengalami bentuk kejatuhan seksual yang lain, sementara mereka mengalami kejatuhan seksual dalam bentuk LGBT. Tetapi sebenarnya di hadapan Tuhan, kita sama. Sama-sama bergumul, sama-sama orang berdosa, sama-sama membutuhkan anugerah.
DI : Saya setuju sekali, Pak Sindu. Kita memang tidak boleh memandang diri lebih baik dibandingkan orang lain. Yang saya lihat memang gereja dan orang tua Kristen itu perlu memerhatikan bahwa memang masalah LGBT ini sesuatu yang serius. Karena seorang ahli mengatakan bahwa mereka berusaha memengaruhi orang lain untuk menjadi anggota LGBT juga. Di sisi lain di Amerika itu, Pak Sindu sudah mengungkapkan kasus-kasus tentang prostitusi, pelacuran, yang lewat dunia maya. Bagaimana dengan kondisi seperti itu, Pak Sindu ?
SK : Seperti yang disampaikan oleh Pak Daniel, di Amerika Serikat sendiri beberapa tahun lalu terbongkar kasus prostitusi yang besar lewat dunia maya. Jadi, ada situs yang dibuat untuk memfasilitasi orang-orang melakukan praktek prostitusi secara benar-benar aman dan terselubung. Sampai akhirnya ada ‘hacker’ melakukan penyingkapan dari situs ini sehingga rahasia datanya terbongkar dan disana dari sekian banyak klien-klien prostitusi kelas atas ini ternyata sekian puluh hingga ratus adalah hamba-hamba Tuhan, teolog-teolog, rohaniwan-rohaniwan, termasuk yang terkenal di tingkat dunia. Ini mencengangkan, menggemparkan. Inilah sebuah skandal dalam dunia kekristenan di Amerika Serikat. Sebenarnya skandal ini juga ada di Indonesia, hanya saja kita dengarnya satu - dua orang dan tidak sebanyak itu. Tapi ini fenomena gunung es, yang muncul di permukaan atau yang ketahuan hanya segelintir orang, tapi di bawah permukaan air laut, seperti gunung, besar sekali. Ada banyak hamba Tuhan, murid-murid Kristus, orang-orang percaya yang tampilannya baik, hidup dalam pelayanan, tetapi terjerat dalam masalah seksual dan moral, sekalipun bukan dalam isu LGBT. Nah, saya mengajak kita proporsional. Ini hanya salah satu. Ada lebih banyak lagi secara moral, secara integritas, terjadi di luar isu LGBT.
DI : Berapa jumlah orang-orang yang mengalami pergumulan ini di Indonesia, Pak Sindu ?
SK : Sejauh ini memang tidak ada data resmi. Karena pemerintah memang tidak melakukan survei. Tetapi dari data-data LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) ataupun dari PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa). Kita bisa melihat datanya begini. Untuk Kota Jakarta tahun 2003 diperkirakan ada 4000 – 5000 kaum lelaki suka lelaki (LSL), artinya kaum Gay. Tahun 2009 diperkirakan ada 60.000 – 80.000 kaum Gay. Tahun 2013, di kota yang sama diperkirakan ada lebih dari 100.000 kaum Gay. Jadi, ada lonjakan 2000% dari tahun 2003 ke 2013 atau dalam waktu 10 tahun. Sementara untuk tingkat Indonesia tahun 2009 diperkirakan ada 800.000 ribu kaum Gay. Tahun 2011 diperkirakan ada 3 juta. Jadi, mengalami kenaikan 300% dari tahun 2009 ke 2011 atau dalam jangka waktu 2 tahun. Jadi, ini merupakan gambaran-gambaran yang sesungguhnya, yang pertama angka itu ada, yang kedua angka itu bertambah atau berlipat ganda sejalan dengan masa tahun. Memang ini sangat bisa kita pahami, Pak Daniel. Dunia memang semakin tua. Firman Tuhan katakan dunia semakin terhilang dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Pasti pola-pola LGBT dan pola-pola kejatuhan seksual dari kalangan heteroseksual itu ya tidak akan pernah surut, malah tambah banyak, karena pola manusia yang semakin hidup meninggalkan Allah dan hidup menurut maunya sendiri.
DI : Lalu, menurut Pak Sindu apa yang menjadi penyebab ketertarikan sejenis ini ?
SK : Ketertarikan sejenis ini kalau saya simpulkan ada 3 penyebabnya. Yang pertama yaitu adalah masa 0 sampai 12 tahun, Pak Daniel. Dimana cinta yang utuh dari kedua orang tua kandung tidak didapat oleh sang anak, baik anak laki-laki ataupun anak perempuan.
DI : Lebih dalam lagi tentang hal itu, bagaimana Pak Sindu ?
SK : Jadi yang dimaksud cinta utuh itu punya dua sisi mata uang, Pak Daniel. Yaitu sisi kasih sayang dan sisi arahan / disiplin. Kasih sayang ibarat tali yang diulur, sementara arahan itu sifatnya menarik tali itu. Ulur dan tarik ini sama-sama dibutuhkan, itulah cinta yang utuh. Punya dua sisi atau dua dimensi yang berkaitan erat satu sama lain untuk membentuk yang namanya cinta utuh.
DI : Jadi, ada kasih sayang dan…?
SK : Batasan dan arahan.
DI : Ya, batasan dan arahan. Jadi, keduanya sama-sama dibutuhkan ?
SK : Dibutuhkan. Kasih sayang bisa kita bahasakan dengan 4 hal minimal. Yang pertama yaitu sentuhan sehat – dipeluk, dikecup, dibelai secara sehat. Anak-anak sangat butuh sentuhan fisik yang sehat. Kedua adalah kebersamaan yang dirasakan anak – ditemani dalam aktifitas-aktifitasnya - sehingga anak tidak merasa kesepian. Ada orang tua atau salah satu orang tua kandung mendampingi dalam beragam aktifitas mereka. Yang ketiga, kata-kata peneguhan – kamu cantik, kamu ganteng, bapak bangga dengan kamu, ibu puas dengan hasil belajarmu, kamu belajarnya tekun, hasil memang tidak bagus sekali, tapi ibu lihat kamu tekun. Wah, bagus, ayo terus maju. Yang keempat, kasih sayang dinyatakan oleh perawatan fisik. Diperhatikan makanannya, kebersihan badannya, diperhatikan ketika dia sakit, ditemani berobat, ditemani dalam masa perawatan. Ada perhatian kesehatan fisik. Jadi, minimal ada 4 bahasa kasih sayang.
DI : Saya pikir sangat baik buat orang tua untuk boleh menghindarkan anak-anak kita masuk ke dalam ketertarikan sesama jenis dengan memberikan cinta yang utuh. Begitu ya, Pak Sindu ?
SK : Ya. Kalau anak mendapat cinta yang utuh yang didalamnya ada arahan dan disiplin – maksudnya ada batasan-batasan, misalnya, "Sekarang jam belajar, berhenti dulu mainnya." Termasuk diet media, "Tidak boleh main gadget. Kamu pakai gadget setelah lulus SD. Sekarang lebih banyak membaca dan bermain. Ayo papa dan mama temani kamu membaca dan bermain, tidak usah pakai gadget." Itu menolong. Termasuk pendidikan seks sesuai tahap perkembangan. Seks dibahas secara terbuka sesuai usia perkembangan. Itu penting. Mengapa anak bisa dipengaruhi lingkungan ? Karena orang tua tidak membekali. Berarti orang tua kurang dari aspek cinta yang utuh. Kalau usia 0 – 12 tahun mendapat cinta yang utuh, kasih sayang dan arahan disiplin - yang di dalamnya ada diet media, arahan pembentukan karakter, pendidikan seks sesuai tahap perkembangan – itu sudah menjadi satu pelindung yang sangat solid, melindungi anak dari segala kemungkinan isu LGBT.
DI : Pak Sindu, sebagai penutup, apakah ada firmanTuhan yang ingin dibagikan yang berkaitan dengan LGBT ini ?
SK : Saya bacakan dari Matius 9:13, "Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar melainkan orang berdosa." Berita inilah yang perlu kita terapkan dalam isu LGBT. Mereka dipanggil oleh Tuhan untuk diselamatkan dan dipulihkan. Bagian kita seperti Yesus adalah memberitakan dan menyatakan belas kasihan lebih daripada kita menghakimi dan menolak orang-orang yang bergumul dengan isu LGBT ini.
DI : Ya. Saya melihat apa yang Pak Sindu bagikan ini sangat berguna untuk kita para orang tua boleh memberikan cinta yang utuh buat anak-anak kita supaya mereka boleh dijauhkan dari segala pola dan gaya hidup yang salah.
DI : Terima kasih banyak, Pak Sindu. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K. dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "LGBT" bagian Pertama. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan, serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa dalam acara TELAGA yang akan datang.