Tetap Bahagia Setelah Pensiun

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T603A
Nara Sumber: 
pdt. Dr. Vivian Andriani Soesilo
Abstrak: 
Hubungan sosial setelah pensiun, bekerja dengan gaji lebih rendah, mengerjakan kegiatan sukarela, mengerjakan pelayanan dan misi sukarela, sewaktu masih bekerja tumbuhkan komunitas.
Audio
MP3: 
Play Audio: 


Ringkasan
T 603A "Tetap Bahagia Setelah Pensiun" 
dpo.Pdt.Dr.Vivian A.Soesilo

Pensiun, sendirian, bahkan meninggal sendiri. Bulan Juli yang lalu Harian Kompas menulis mengenai sekarang lebih banyak orang di Jepang meninggal sendirian di rumah mereka, bahkan diperkirakan pada tahun 2024 ini kurang lebih 68.000 orang Jepang meninggal sendirian di rumah. Sekitar 80% berusia 65 tahun ke atas. Ini merupakan fakta dan hal yang menyedihkan. Pensiun merupakan suatu fakta dalam hidup. Orang bekerja setelah usia tertentu akan pensiun pada usia pensiun. Setiap negara berbeda usia berapa orang pensiun. Institusi tertentu juga menentukan kapan orang pensiun. Ada yang berumur 55 tahun sudah dipensiunkan, ada yang usia 70 tahun dipensiunkan. Ada yang bekerja di perusahaannya sendiri atau usaha sendiri, pensiun pada usia yang dikehendaki. Ada orang yang sudah siap pensiun karena sudah sangat lelah, mau menikmati hidup katanya. Ada orang yang belum siap penisun, namun dipensiunkan, karena itulah peraturan dari institusi di mana dia berkarya atau bekerja. Ada yang karena alasan kesehatan dia harus pensiun dini.

Hubungan sosial setelah pensiun.

Selama 85 tahun para peneliti dari Harvard mengadakan studi terhadap 724 orang dari berbagai belahan dunia, terus-menerus mengikuti perkembangan mereka dua tahun sekali. Orang-orang yang berpartisipasi dalam studi itu, sewaktu mereka memasuki usia pensiun, ditanyai tentang masa pensiun. Banyak orang menganggap stres paling besar yang dihadapi orang pensiun itu karena masalah finansial, kesehatan dan penerimaan perawatan. Memang orang pensiun tidak ada pemasukan, kalau belum diatur sewaktu bekerja, masalah finansial setelah pensiun dapat membuat orang stres. Demikian juga dengan bertambahnya umur, kesehatan orang dapat mundur. Ada orang yang membutuhkan perawatan tambahan yang sebelumnya tidak dibutuhkan. Ternyata hasil riset menemukan tantangan paling besar yang dihadapi orang pensiun adalah tidak dapat menggantikan hubungan sosial mereka yang sudah mereka bina begitu lama sewaktu bekerja. Mereka tidak merasa kehilangan pekerjaannya atau tugas-tugasnya, tetapi orang-orang dan hubungan pertemanan atau komunitasnya. Orang yang menghadapi masa pensiun dengan tetap bahagia ialah orang-orang yang terus membina hubungan dengan orang-orang lain. Bagaimana mengembangkan sumber-sumber arti dan tujuan hidup? Orang pensiun, waktunya makin banyak, namun kegiatan apa yang berarti? Hobi saja tidak cukup. Hasil riset menemukan memulai hobi baru saja tidak cukup, masih ada "kekosongan". Kalau hanya mengembangkan hobi untuk kepentingan sendiri, memenuhi aktivitas sendiri dan berlibur untuk diri sendiri saja masih tidak cukup. Ada orang merasa kesepian di tengah-tengah kerumunan orang banyak. Orang membutuhkan komunitas. Orang pada usia pensiun tidak semuanya hanya mau mengumpulkan uang, tetapi lebih banyak karena ingin bersama orang-orang lain, ada komunitasnya.

Kegiatan-kegiatan yang berarti dan bertujuan:

Saya tahu beberapa orang yang tetap bahagia sewaktu pensiun itu tetap aktif melakukan berbagai kegiatan yang berarti. Hal-hal itu dilakukan tentunya dengan memertimbangkan kondisi kesehatan tubuh juga. Tetap aktif, ada batasan, dengan tidak berlebihan, atau ‘overworking’. Saya tahu ada beberapa kegiatan berarti yang dilakukan orang yang sudah pensiun termasuk di bawah ini:

  1. Bekerja dengan gaji lebih rendah. Ada orang yang sudah pensiun dari pekerjaannya yang bergaji lebih tinggi (‘professional jobs’), memilih tetap bekerja dengan gaji lebih rendah untuk pekerjaan yang ‘non-professionals or less professional jobs’. Hal ini dimaksudkan agar supaya dapat tetap bertemu dengan berbagai orang. Misalnya sebagai tukang bersih-bersih di ‘food courts’ di Singapura dan di Australia atau gereja dengan waktu fleksibel.
  2. Mengerjakan kegiatan sukarela. Saya tahu berbagai orang yang bekerja sukarela di berbagai organisasi seperti di Rumah Sakit sebagai ‘greeters’ atau ‘ushers’, menunjukkan gedung yang mana dan mengantar ke mana ruangannya yang dicari oleh pengunjung Rumah Sakit itu. Beberapa ibu melakukan pekerjaan sukarela bagi anak-anak balita di tempat penitipan anak atau TK kecil. Mereka membantu guru-guru dalam hal membaca secara pribadi untuk anak-anak yang dibagi menjadi berbagai kelompok, juga mengerjakan aktivitas tangan. Para ibu itu datang seminggu dua kali. Anak-anak sangat senang dengan perhatian yang lebih khusus, para guru juga senang dengan kehadiran mereka membantu anak-anak kecil. Ada orang-orang yang bekerja sukarela di toko-toko "non-profit organization" seperti Salvo (‘Salvation Army Store’), "Lifeline Shops" yang "menjual" barang-barang dengan harga yang sangat murah. Toko-toko itu menerima sumbangan dari berbagai pihak dan barang-barangnya dijual dengan harga yang sangat murah sekali. Dana yang diterima "Salvo Shops" untuk membantu berbagai hal, misalnya "disaster funds" atau "emergency donation funds". Kalau "Lifeline shops", dananya untuk membantu orang-orang yang mengalami berbagai "domestic violence". Para sukarelawan itu datang seminggu dua kali untuk menyortir barang-barang, membersihkannya, menatanya, menjualnya, dalam proses itu bertemu dengan berbagai orang. Rasul Paulus mengajarkan di Kisah Para Rasul 20:35, "Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima". Saya melihat banyak sukarelawan yang sudah tidak bekerja pun dapat memberi waktu dan keterampilan mereka. Betul, saya melihat dengan memberi mereka menerima kebahagiaan.
  3. Mengerjakan pelayanan dan misi sukarela Ada orang-orang yang sudah pensiun tetap membantu berbagai pelayanan di gereja. Ada gereja yang membuka ‘Op Shops’ (‘Opportunity Shops’), ‘Thrift Shops’, ‘Charity Shops’, cara kerjanya sama seperti ‘Salvo Shops’ di atas. Ada orang yang melakukan misi dengan sukarela menjadi mentor bagi orang-orang yang lebih muda, mengajar berbagai keterampilan pelayanan di institusi, melakukan berbagai pelayanan di gereja, menginjili, mendoakan berbagai orang dan sebagainya. Rasul Paulus mengajarkan di Surat Filipi 2:4 (TB2), "Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga". Hal-hal itu dilakukan selain untuk mendukung misi, membuat hidup lebih berarti dan juga ada kesempatan bertemu dengan orang-orang dalam komunitas yang mendukung.
  4. Sewaktu masih bekerja, tumbuhkanlah komunitas Dari berbagai sumber dikatakan, jangan menunggu waktu pensiun baru memikirkan tentang komunitas. Namun, semasa masih aktif bekerja, mulailah membina komunitas. Mungkin dapat ikut kegiatan di gereja atau di komunitas, sehingga pada usia pensiun masih ada komunitasnya. Tanpa komunitas, orang menjadi kesepian dan tidak bahagia. Selain itu, butuh hati yang besar, mau lebih banyak memberi, bukan untuk kepentingan diri sendiri, apa pun bentuknya, entah itu waktu, atau keterampilan kita dan sebagainya. Dengan memberi kita dapat membahagiakan orang lain, akhirnya membahagiakan diri kita sendiri.

Kesaksian Miss Schuam & Miss Christiana Tsai

Mereka berdua memberikan contoh kepada saya bagaimana tetap melayani Tuhan dengan setia dan bahagia pada usia pensiun, meskipun mengalami berbagai tantangan. Mereka berdua juga melakukan misi yang diajarkan Tuhan Yesus meskipun dengan keterbatasan mereka, mereka membagikan firman Tuhan dan melakukan Amanat Agung Tuhan kepada banyak orang. Matius 28:18-20, "Yesus mendekati mereka dan berkata:’Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman’."

Miss Schuam:

Pertama kali saya bertemu Miss Schuam pada tahun 1975. Saat itu dia berumur 92 tahun. Saya waktu itu baru saja tiba di kampus Vennard College, University Park, Iowa, USA. Keesokan harinya tiba-tiba Miss Schuam datang membawa sekuntum mawar diletakkan di botol kecil dengan diberi "kartu" ayat firman Tuhan tulisan tangannya. Itulah cara Miss Schuam menyambut saya dengan mawar yang dia tanam di depan rumahnya sendiri dan tulisan tangannya untuk menghibur saya. Dia mengajak saya mengunjungi orang-orang sakit di Rumah Sakit dan para lansia di "retirement village", menyetir mobil sendiri. Saya juga diajak ikut "Ladies Bible Study & Prayer Group". Saya saat itu baru tiba, belum ada kegiatan kuliah. Saya mau saja sekalian ingin melihat dan ingin melayani di sekitar kota Oskaloosa. Semua dengan membawakan sekuntum bunga mawar dan ayat-ayat Alkitab. Tidak mahal, tetapi menyenangkan banyak orang dan membawa orang dekat pada Tuhan. Masa pensiun semacam Miss Schuam menyenangkan banyak orang dan membuat hidupnya sendiri berarti.

Miss Christiana Tsai, The Queen of the Dark Chamber.

Sepanjang musim panas tahun 1977 (Mei - Agustus) saya ikut program pelayanan di "Ambassador For Christ", Paradise, Pennsylvania. Di sana selain dilengkapi untuk pelayanan bagi para mahasiswa di berbagai universitas di Pennsylvania, New York, New Jersey, kami juga diberi kesempatan melayani pada waktu diadakan berbagai "summer retreat" di berbagai tempat. Salah satu hal yang menarik perhatian saya ialah pelayanan dari Miss Christiana Tsai. Dia mendonasikan tempat yang luas itu untuk tempat pelatihan dan misinya untuk menjangkau banyak jiwa bagi Kristus. Miss Tsai tidak dapat melihat sinar terlalu lama. Dia sakit malaria di tulang yang tidak memungkinkan kena sinar. Setiap hari tinggal di ruang yang tertutup serba hitam. Tetapi dia dalam waktu yang sedikit digunakan untuk menginjili orang-orang dengan mendikte asistennya menulis berbagai pesan firman Tuhan yang dibuat traktat. Orang yang mengunjunginya diinjili. Dia sangat menguatkan dan menghibur berbagai orang yang datang, termasuk saya. Banyak orang mengenal Kristus karena pelayanannya. Sewaktu saya mengunjunginya, dia tidak merasa kasihan pada diri sendiri, apalagi mengomel. Yang ada adalah bersyukur pada Tuhan, apapun keadaannya, membawa orang mendekat pada Tuhan.

Marilah kita belajar tetap bahagia di masa pensiun untuk kemuliaan nama Tuhan, untuk membuat kehidupan diri kita sendiri berarti dan membuat orang lain hidupnya lebih senang.