T 603 A "TETAP BAHAGIA SETELAH PENSIUN"
oleh Pdt. Dr. Vivian A. Soesilo
Kata kunci: Adanya hubungan sosial setelah pensiun, bekerja dengan gaji lebih rendah, mengerjakan kegiatan sukarela, mengerjakan pelayanan dan misi sukarela, sewaktu masih bekerja tumbuhkan komunitas.
TELAGA 2024
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi dimana pun Anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (TEgur Sapa GembaLA KeluarGA). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya, Yosie, akan berbincang-bincang dengan Ibu Pdt. Dr. Vivian A. Soesilo, beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling keluarga dan perbincangan kami kali ini tentang "Tetap Bahagia Setelah Pensiun". Kami percaya acara ini bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Y: Shalom, Bu Vivian, senang bertemu kembali.
VS: Shalom, Yosie.
Y: Bu, temanya menarik ya, "Tetap Bahagia Setelah Pensiun" mengingat banyak kita kurang memikirkan pensiun, karena menganggap, "Ah, saya masih muda, ah masih jauh", tetapi menarik sekali ini menjadi satu persiapan untuk kita sekalian atau bahkan ada pendengar yang sudah mendekati masa-masa ini. Silakan Bu, apa yang ingin dipaparkan?
VS: Ya, saya ingin memaparkan berbagai hal mungkin ada beberapa di antara saudara pernah melihat yang dicantumkan di Harian Kompas bulan Juli yang baru lalu, judulnya tentang "Pensiun Tapi Sendirian", bahkan meninggal sendiri. Dikatakan lebih banyak orang di Jepang sekarang meninggal sendirian, di rumah mereka sendiri, bahkan diperkirakan pada tahun ini kurang lebih 68.000 orang Jepang meninggal sendirian di rumah. Orang di Jepang itu sekitarnya 80% di antara mereka usianya 65 tahun ke atas. Ini merupakan fakta dan hal yang menyedihkan. Kita tahu pensiun merupakan suatu fakta dalam hidup. Orang bekerja setelah usia tertentu akan pensiun pada usia pensiun. Setiap negara berbeda menentukan kapan pensiun. Institusi tertentu juga menentukan kapan orang pensiun, ada orang yang umur 55 tahun sudah dipensiunkan, ada orang yang 70 tahun dipensiunkan. Ada orang yang bekerja di perusahaannya sendiri atau usahanya sendiri, bisa pilih kapan mau pensiun. Ada orang yang sudah siap pensiun, karena sudah sangat lelah, mau menikmati hidup. Ada orang yang belum siap pensiun namun dipensiunkan, karena itulah peraturan dari institusi dimana ia berkarya atau bekerja. Ada orang yang karena alasan kesehatan jadi harus pensiun dini. Sekarang kita melihat apa hubungannya, hubungan sosial dan setelah pensiun itu ternyata penting sekali. Ini sudah diriset, sudah dipelajari oleh Harvard University. Para peneliti itu sudah melakukan penelitian selama 85 tahun terhadap 724 orang dari berbagai belahan dunia, terus-menerus mereka mengikuti perkembangan orang-orang itu dua tahun sekali ditanya. Orang-orang yang berpartisipasi dalam studi itu sewaktu mereka memasuki usia pensiun ditanyai tentang masa pensiun. Banyak orang menganggap stres paling besar yang dihadapi orang pensiun itu, karena masalah finansial, kesehatan dan penerimaan perawatan. Memang orang pensiun tidak ada pemasukan lagi seperti dahulu, kalau belum diatur sewaktu bekerja masalah finansial setelah pensiun dapat membuat orang stres. Demikian juga dengan bertambahnya umur, kesehatan sering dapat mundur, dengan itu ada orang yang membutuhkan perawatan tambahan dan sebelumnya tidak dibutuhkan. Ternyata hasil riset menentukan tantangan yang paling besar yang dihadapi orang pensiun adalah tidak dapat menggantikan hubungan sosial mereka yang sudah mereka bina begitu lama sewaktu bekerja. Mereka tidak merasa kehilangan pekerjaannya atau tugas-tugasnya, tetapi orang-orang dan hubungan pertemanan atau komunitasnya yang mereka merasa kehilangan. Orang yang menghadapi masa pensiun dengan tetap bahagia adalah orang-orang yang terus-menerus membina hubungan dengan orang-orang lain. Bagaimana mengembangkan sumber-sumber arti dan tujuan hidup itu juga penting. Orang pensiun waktunya makin banyak, namun kegiatan apa yang berarti. Ada orang menumbuhkan hobi, ternyata hobi saja itu tidak cukup. Hasil riset menemukan memulai hobi baru saja tidak cukup, masih ada kekosongan. Kalau hanya mengembangkan hobi untuk kepentingan sendiri, untuk memenuhi aktivitasnya sendiri atau berlibur untuk diri sendiri, itu tidak cukup. Ada orang merasa kesepian ditengah-tengah kerumunan orang banyak. Orang membutuhkan komunitas, orang pada usia pensiun tidak semuanya hanya mau mengumpulkan uang tetapi lebih banyak, karena ingin lebih bersama orang-orang lain. Ada komunitasnya.
Y: Wah, menarik sekali ya Bu Vivian, ternyata riset menunjukkan bahwa hobi saja tidak cukup. Pensiun juga tidak hanya masalah uang, tetapi benar-benar harus mencari kegiatan-kegiatan yang berarti dan bertujuan. Apa saja, Bu, kegiatan-kegiatan itu sehingga kita bisa memersiapkan dari awal apa yang tadi sudah mendekati masa pensiun, sudah boleh terlibat didalamnya.
VS: Saya tahu beberapa orang tetap bahagia sewaktu pensiun, karena tetap aktif melakukan berbagai aktivitas kegiatan yang berarti, yang bertujuan. Hal-hal yang dilakukan tentunya harus memertimbangkan kondisi kesehatan tubuh juga, tetap aktif tapi ada batasannya, dengan tidak berlebihan atau "overworking". Saya tahu ada beberapa kegiatan berarti yang dilakukan orang yang sudah pensiun, termasuk beberapa hal, yang satu mau bekerja dengan gaji yang lebih rendah. Ada orang yang dahulu pekerjaannya professional dengan gaji yang cukup tinggi, tapi dia setelah pensiun memang memilih untuk bekerja dengan gaji lebih rendah dan pekerjaan yang ‘non-professionals’. Ini supaya dapat tetap bertemu dengan berbagai orang. Jadi masalahnya apa? Ada orang yang pekerjaannya bersih-bersih di "food courts", ini terjadi di Singapura dan di Australia. Saya melihat banyak melakukan waktu itu dan mereka senang, karena waktunya bisa fleksibel dan bisa bertemu banyak orang. Lalu ada yang juga melihat orang yang mau mengerjakan kegiatan suka rela, ini di berbagai organisasi, seperti di Rumah Sakit, sebagai "greeters" atau "ushers". Mereka bahkan berdiri di depan pintu masuk lalu bila bertemu dengan orang, tersenyum dan mengatakan, "Selamat pagi" atau "Selamat siang" lalu bertanya, "Mau ke ruangan mana?" "Ke gedung mana?" Mereka menunjuk-nunjukkan tempat-tempat itu dengan demikian bertemu dengan banyak orang. Dan saya juga tahu ada ibu-ibu yang pensiun, yang mau bekerja sukarela dengan anak-anak balita di tempat penitipan anak atau TK kecil. Apa yang mereka lakukan, mereka membantu guru-guru yang dalam keadaan sibuk, banyak anak, tapi ibu-ibu ini yang sudah pensiun duduk dengan berbagai anak, kemudian diajak membaca. Jadi sangat pribadi, kalau guru dalam bentuk kelompok, ini pribadi dan juga dikerjakan pekerjaan tangan. Anak-anak itu senang sekali dan ibu-ibu itu datang seminggu 2x dengan perhatian yang lebih khusus. Para guru senang dan juga anak-anak senang. Dikatakan, anak-anak bila bertemu dengan ibu-ibu, dari jauh sudah lari kemudian dirangkul kakinya, wah mereka senang dan ibu-ibu itu merasa berarti. Lalu saya lihat ada orang yang bekerja sukarela di toko-toko ‘non-profit organization’ seperti Salvo, "Salvation Army Store" dan juga ada ‘lifeline shops’, dan lain barang-barang ini adalah yang disumbangkan berbagai orang ke toko-toko itu untuk dijual murah sekali. Saya pernah membeli pada waktu musim dingin, baru pertama kali ke Amerika, dingin, "wintercoat" itu hanya 1 dolar.
Y: Wah, murah ya !
VS: Murah sekali dan itu dibeli langsung di"laundry", bisa dipakai dengan anggaran mahasiswa bagus sekali. Uang yang digunakan dikumpulkan untuk membantu kalau ada "disaster" atau bila ada orang yang membutuhkan. Juga kalau ‘lifeline’ itu khusus untuk membantu orang-orang yang membutuhkan konseling. Yang ketiga adalah mengerjakan pelayanan dan misi sukarela. Ada orang yang mau mengerjakan pelayanan dan misi sukarela di gereja. Ada gereja, di gerejanya sendiri ada ‘Op shops’ ("Opportunity Shops"), disana mereka juga mengerjakan seperti yang di "Salvation Army Store". Ada orang yang mengerjakan misi dengan sukarela menjadi mentor bagi orang-orang yang lebih muda, dia meneruskan keterampilan pelayanan di suatu institusi, melakukan berbagai pelayanan, menginjili, mendoakan berbagai orang. Hal ini dilakukan untuk mendukung misi, membuat hidup lebih berarti dan juga untuk ada kesempatan bertemu dengan orang-orang dalam komunitas yang mendukungnya. Disini juga ada orang sewaktu masih bekerja sudah menumbuhkan komunitas, sudah memikirkan. Nanti komunitasnya seperti apa? Jadi tidak menunggu pensiun baru mencari komunitas, tapi sebelumnya. Jadi dikatakan jangan menunggu waktu pensiun baru memikirkan komunitas, namun sewaktu masih aktif bekerja, membina komunitasnya. Mungkin bisa ikut kegiatan di gereja, atau di komunitas sehingga pada waktu pensiun masih ada komunitasnya. Tanpa komunitas orang menjadi kesepian dan merasa tidak bahagia. Selain itu orang perlu hati yang besar, mau lebih banyak memberi bukan untuk kepentingan dirinya sendiri, apapun bentuknya, entah itu waktu, keterampilan dan ilmu. Saya tahu memang ada orang yang pandai, dia S3 sudah memersiapkan, mau mengajar di tempat itu secara sukarela dan membina orang-orang yang muda secara sukarela. Dengan memberi kita dapat membahagiakan orang lain, akhirnya juga membahagiakan dirinya sendiri. Nah, sekarang saya juga melihat ada orang-orang yang saya ingat dulu bagaimana dengan usia pensiunnya, dengan berbagai keadaan masih bisa membahagiakan orang lain.
Y: Wah, luar biasa ya, Bu. Tapi sebetulnya menurut saya beberapa yang Ibu ceritakan itu sangat penting, edukasi yang sangat penting, tapi belum banyak disadari oleh masyarakat kita terutama di Indonesia. Beberapa tadi Ibu ceritakan di luar negeri, memang kita sering melihat mereka begitu aktif sampai masa tua. Bagaimana Bu Vivian mendorong orang Indonesia ini punya mental yang kuat tetap sampai masa tua, atau punya contoh-contoh sehingga semangat kita bangkit. Meski tua tetap semangat, tetap aktif.
VS: Saya ingin menceritakan dulu waktu pertama kali saya studi di Amerika, waktu itu masih tahun 1975, datang sudah lelah setelah melewati perjalanan jauh. Pagi harinya ternyata ada yang ketuk-ketuk di kamar di asrama, orang tua namanya Miss Schuam, dia mengenalkan dirinya sendiri, membawa satu kuntum bunga mawar, diletakkan di botol kecil. Ada tulisan ayat Alkitab untuk menyambut mahasiswa baru datang dari luar negeri. Miss Schuam menceritakan pada saya, "Mau ikut ada ibadah doa dan juga ada dia mau berkunjung ke beberapa tempat, ke Rumah Sakit, ke tempat orang lansia". Tahukah usianya Miss Schuam? Dia sudah berumur 92 tahun!
Y: Wow………
VS: Tapi dia menyetir sendiri.
Y: Masih aktif, kuat, sehat, luar biasa.
VS: Dia memunyai hati yang besar, menyenangkan orang-orang muda yang baru mau kuliah. Dia begitu terhadap satu-satu orang yang baru datang.
Y: Selalu disambut.
VS: Pada waktu saya ke rumahnya, dia berkebun, ada bunga-bunga mawar. Saya sebelum kuliah dimulai, diajak ke Rumah Sakit, ya saya ikut saja supaya bisa melihat-lihat. Mau mengunjungi berapa orang, dia sudah menyiapkan.
Y: Bunganya sudah disiapkan ya, Bu?
VS: Sudah, sudah disiapkan. Diletakkan di botol kecil-kecil, lalu bertemu orang yang sakit dan mengatakan, "Halo, bagaimana?" Ini dan juga memberi dengan senyum gembira, mendoakan mereka dan juga ayat-ayat itu dicantumkan dengan menggunakan gunting hiasan. Lalu dia menulis dengan tangan, ayat-ayat firman Tuhan, diberikan. Membuat orang gembira, itu tidak mahal tapi memberi dengan hati. Dilakukan dengan sukacita. Di usia seperti itu bisa menyemangati berbagai umur orang dan berbagai keadaan. Tidak butuh banyak, tapi hati yang mau.
Y: Tidak membutuhkan dompet yang kaya, tapi hati yang kaya, ya Bu Vivian.
VS: Ya, menggembirakan, dia sendiri juga merasa hidup berarti. Jadi sibuk, sudah mau pergi sibuk, menulis ayat Alkitab, sibuk menyiapkan bunga-bunga itu. Setiap orang hanya sekuntum bunga. Ya saya contoh juga, waktu tahun 1977 saya mengunjungi Ibu Christiana Tsai. Pada waktu itu saya tinggal di tempat pelayanan yang bernama "Ambassador for Christ" di Paradise, Pennsylvania. Ibu ini mulai muda kena penyakit malaria tulang, ia tidak bisa tinggal di tempat yang ada sinar matahari, sinar lampu, tidak bisa. Semuanya harus dalam ruangan tertutup rapat dan gelap. Coba apa yang dia bisa lakukan dalam kegelapan? Harus banyak di ruangan tertutup, ternyata hatinya mencintai Tuhan luar biasa! Dia salah satu, dia memunyai tanah yang besar, dia berikan untuk misi, untuk "Ambassador for Christ" dimana saya ikut pelatihan di situ. Itu dilatih untuk orang-orang muda yang mau menginjili kemana-mana. Saya "summer holiday" disitu, dilatih untuk pergi ke universitas bagaimana dengan orang-orang muda disana, di New York, New Jersey dan berbagai tempat untuk penginjilan. Selain itu, dia juga kalau orang-orang datang, karena dia terkenal, di depan rumahnya ada tertulis, "Kalau mau ikut Yesus, diselamatkan". Selama ia duduk disitu di kamar yang gelap, ada satu orang yang mau mengunjungi dia, diberi traktat yang ditulis sendiri. Ada asistennya diberitahu, asistennya yang menulis, karena dia berada dalam kegelapan. Dia menginjili orang, jadi orang yang datang. Saya karena tinggal di kompleks yang tidak jauh, saya ingin bertemu dengan Ibu Christiana Tsai. Bayangan saya mungkin saya memberikan dukungan, dalam keadaan seperti itu bisa stres. 24 jam sehari, 7 hari seminggu sepanjang tahun dalam kegelapan. Ternyata disitu bukan saya yang memberikan semangat, tapi dia menyemangati orang-orang muda, "Terus melayani Tuhan". Semangatnya luar biasa, itu yang dilakukan, di usia pensiun ketika itu, tetap melakukannya dengan penuh semangat dalam keadaan yang tidak menyukakan.
Y: Tidak berdaya sebenarnya.
VS: Tapi dia bisa melakukannya, disini saya melihat ternyata kalau kita mau belajar bahagia di masa pensiun, kita harus juga memunyai hati yang mau memuliakan nama Tuhan, melakukan kegiatan yang bisa membuat orang bahagia, bukan diri sendiri saja bahagia. Kalau orang lain bahagia, Tuhan senang, hati kita juga senang. Keadaan apapun juga, juga dalam usia berapapun juga, kita tetap bisa melakukannya.
Y: Tidak dibatasi oleh kondisi dan usia kita ya, Bu Vivian.
VS: Betul.
Y: Yang saya tangkap orang-orang yang seperti ini harus orang yang istilahnya sudah selesai dengan dirinya, karena kalau tidak, susah. Menurut Ibu Vivian, tips saja singkat, bagaimana kita bisa tetap seperti tadi, tetap bersyukur pada Tuhan, hidup untuk kemuliaan Tuhan dan selesai dengan diri kita. Supaya kita tetap bahagia di masa pensiun, tetap bisa memberi untuk orang lain.
VS: Nah, ini tentunya ya sudah harus membereskan diri sendiri, hidup kita mensyukuri setiap hari bangun tidur, "Syukur Tuhan, hari ini aku masih hidup". Berarti masih hidup, kita diberi kesempatan untuk bekerja bagi Tuhan. Apapun keadaannya, itulah kita sudah beres hubungannya dengan Tuhan. Kita beres, semua orang ya bermasalah kalau salah minta ampun pada Tuhan. Kalau kita bersalah pada orang lain, langsung minta maaf, begitulah. Kita sudah membereskan semuanya, kapan saja kita bisa terus melakukan, memuliakan Tuhan. Jadi tidak berhenti, untuk pelayanan itu tidak berhenti, terus saja.
Y: Pelayanan tidak ada pensiun ya, Bu.
VS: Tidak ada. Dan apapun bentuknya, masih bisa. Seperti tadi ibu yang tidak bisa keluar kemana-mana, ya masih bisa di tempat tidurnya, dengan tulisan tangannya menyebarkan ke orang-orang.
Y: Bahkan Ibu Christiana Tsai, saya memunyai bukunya dia bisa menceritakan kisah hidupnya ditulis orang lain dan memberkati banyak orang, Bu Vivian.
VS: Betul, dia menulis buku yang berjudul "The Queen of the Dark Chamber", dia bisa menguatkan orang lain.
Y: Jadi kuncinya kenal Tuhan, tahu tujuan hidup kita didalam Tuhan dan terus melakukannya, tidak membatasi diri kita sendiri, justru itu membuat kita lebih semangat lagi untuk bekerja dan kita juga pasti bahagia sendiri. Akhirnya kita menerima upah.
VS: Betul dan juga selain itu sewaktu masih bekerja sudah memikirkan nanti lain kali saya mau pensiun itu bagaimana jadi uang tadi dibereskan, masih ada cukup dan juga memikirkan nanti saya di usia pensiun memikirkan pekerjaan apa? Bagaimana bisa melayani Tuhan, dengan sukarela sebagaimana sudah saya ceritakan. Kalau dipersiapkan jauh-jauh hari, di usia pensiun tidak stres, tapi sudah ada perhitungan, uangnya cukup untuk hidup. Lalu kalau cukup, ada cukup waktu untuk menyenangkan Tuhan, tidak bingung.
Y: Pentingnya menata hidup kita, keuangan, hubungan sosial kita dan pasti sumbernya hubungan kita dengan Tuhan. Alangkah indahnya kalau kita semua bisa seperti itu, tapi kenyataannya banyak orang tua semakin tua banyak penyesalan semakin mengomel dan semakin stres. Bagaimana menghadapi atau tips supaya kita bisa bahagia penuh di masa tua?
VS: Kalau saya lihat ini adalah penerimaan, jadi menerima fakta kehidupan, ya memang pensiun untuk semua orang akan datang. Mau tidak mau akan dihadapi, jadi persiapkan dulu jauh sebelumnya, akan masa datangnya akan ada dan saya harus mau menerima keadaan itu. Kalau mengomel ya yang diomeli apa? Kalau kita bisa menerima jangan mengomel lagi, tapi apa yang bisa dilakukan.
Y: Bagian kita.
VS: Jadi saya mau berusaha supaya bisa tetap berguna. Penyesalan, yang disesali apa? Saya belum melakukan ini, saya belum melakukan itu. Waktunya sudah tua, sudah pensiun, ya tidak apa-apa selama masih ada nafas, belum terlambat. Masih bisa melakukan. Tadi saya katakan dalam keadaan apapun masih bisa, jadi belum terlambat. Lho sudah 80 sekian tahun, tapi Ibu Schuam sudah 92 tahun. Itu bisa, tidak apa-apa, saya tahu ada satu orang di konseling, dia merasa stres setelah suaminya meninggal. Apa artinya hidup, rumahnya besar, dia orang Kristen, tapi dia melakukan apa? Kamarnya ditutup bukan karena penyakit, semuanya gelap jadi dia melakukan, aku tidak tahu artinya hidup, mau apa? Konselor datang ke rumahnya, dilihat, "Kamu kurang Kristen", maksudnya apa? Lihat, tadi saya mau masuk ke rumahmu, banyak bunga yang indah. "Mau diapakan bunga-bunga itu?" Coba kamu jadi orang Kristen dengan memerhatikan dengan bunga-bunga yang ada. Dia melakukan seperti Miss Schuam itu, lalu bunga-bunga dikatakan oleh konselor, "Coba setiap orang ternyata rumahnya tidak jauh dari kampus", mahasiswa-mahasiswa baru atau mahasiswa yang ulang tahun coba diberi sekuntum bunga, mereka akan senang. Dia melakukan lalu bertanya kepada bagian tata usaha, siapa yang kira-kira mahasiswa baru, siapa yang ulang tahun. Dengan bunga-bunga itu diberikan kepada masing-masing mereka. Sekian tahun ia melakukannya, pada waktu mau meninggal itu disebutkan "Miss Violet Lady", banyak ribuan mahasiswa datang, karena banyak yang tersentuh hatinya karena diperhatikan. Tidak memakai uang banyak, tapi dengan kasih. Itu dikatakan dengan kasih. Mengasihi orang merupakan ajaran dari Tuhan, itu berarti, sampai mahasiswa berdatangan untuk menghadiri upacaranya. Ribuan yang datang.
Y: Luar biasa, jadi kuncinya penerimaan, berdamai dengan keadaan sehingga kita tidak punya alasan untuk bersungut-sungut tetapi memeluk masa pensiun, masa tua kita ini dengan ucapan syukur. Penyesalan ya tidak terlambat, masih ada kesempatan untuk melakukan sesuatu yang berarti sampai maut yang menjemput kita.
Terima kasih banyak Ibu Vivian untuk edukasinya, untuk semangatnya, cerita-ceritanya yang menginspirasi. Saya juga mau umur 94 tahun tapi penuh arti. Saya selama ini berpikir 70 tahun ini cukup seperti dikatakan dalam Alkitab. Tapi dengan cerita Ibu Vivian, kalau 94 tahun bisa penuh makna, mengapa tidak! Terima kasih, Tuhan memberkati Bu Vivian, tetap sehat dan semangat.
VS: Puji Tuhan.
Y: Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Ibu Pdt. Dr. Vivian A. Soesilo dalam acara Telaga (TEgur sapa gembaLA keluarGA), kami baru saja berbincang-bincang tentang "Tetap Bahagia Setelah Pensiun". Bagi Anda berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami melalui surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 56 Malang atau Anda juga dapat mengirimkan email ke telaga@telaga.org ; kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org; saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.