Hidup dalam Realitas

Scott Peck, seorang psikiater, berpendapat bahwa seberapa sehatnya seseorang bergantung pada seberapa dalam dan jauhnya ia tinggal dalam realitas. Dengan kata lain, makin kita melihat dan mengakui kenyataan kehidupan ini, makin kita sehat secara jiwani. Dalam Amsal 12 terdapat beberapa pedoman kehidupan yang berkaitan dengan tema hidup dalam realitas seperti yang dibahas berikut ini.

Gagal Mendisiplin Anak

Mendisiplin anak bukanlah pilihan melainkan keharusan. Anak memerlukan disiplin sama seperti dia memerlukan kasih. Tanpa disiplin anak akan bertumbuh kembang bukan saja tanpa arah tapi juga tanpa kekang yang menjadikannya tak terkendali. Pertanyaannya adalah mengapa ada anak yang tetap liar walaupun orangtua sudah berusaha mendisiplinnya? Berikut akan dibahas mengapa disiplin bisa gagal.

Mengapa Anak Memberontak?

Salah satu sumber kesedihan terbesar bagi orangtua adalah pemberontakan anak. Sebagai manusia yang terbatas, kita telah berusaha membesarkan anak sebaik-baiknya, namun pada akhirnya anak memutuskan untuk melawan kita. Saat itu kita termenung dan bertanya-tanya, “Apa yang terjadi? Kesalahan apa yang telah kami perbuat?” Berikut akan dibahas masalah pemberontakan anak untuk menolong kita mengintropeksi diri.

Tatkala Divonis Terminal

Hampir dapat dipastikan setiap kita akan harus berhadapan dengan kematian orang yang terdekat dengan kita. mungkin itu ayah atau ibu, suami atau istri, kakak atau adik, bahkan bisa saja kematian anak sendiri. Pada umumnya kita diharapkan dan mau mendampingi orang yang dekat dengan kita mulai dari dia sakit sampai akhirnya pulang ke rumah Bapa di Surga. Berikut beberapa masukan untuk menolong kita mendampingi si penderita sakit.

Mendampingi di Saat Akhir

Meski kita tahu pada akhirnya kita harus mati, tapi pada umumnya kita merasa tidak siap untuk mati sewaktu menerima kabar bahwa kita menderita penyakit terminal. Biasanya diperlukan WAKTU untuk akhirnya kita bisa menerima kenyataan itu. Berikut akan dipaparkan proses penerimaan kenyataan yang menakutkan berdasarkan pemikiran Elizabeth Kubler Ross.

Menjadi Konselor yang Efektif (2)

Dalam perbincangan Menjadi Konselor Yang Efektif bagian 1 telah dibahas 5 karakteristik diri yang sehat yang perlu dimiliki oleh seorang konselor agar efektif dalam pelayanannya. Berikut akan dibahas 2 karakteristik selanjutnya.

Menjadi Konselor yang Efektif (I)

Dengan meningkatnya kesadaran akan kebutuhan layanan konseling, maka meningkat pula kebutuhan akan konselor-konselor yang efektif. Seperti dokter yang memberikan obat bagi tubuh pasiennya, konselor memberikan “dirinya yang sehat” sebagai obat bagi jiwa orang yang dilayaninya. Dengan kata lain, diri konselor yang tidak sehat adalah racun bagi orang yang dikonselingnya. Berikut akan dibahas tujuh karakteristik diri yang sehat yang perlu dimiliki oleh seorang konselor.

Berdamai dengan Perasaan

Bagi sebagian orang, perasaan terasa membingungkan sehingga mereka mengabaikannya. Ada juga yang terlalu mengikuti naik turunnya perasaan, sehingga hidup terasa labil dan kurang daya juang. Makna berdamai dengan perasaan adalah memberi ruang pada perasaan lewat mengakui, merangkul dan tidak berusaha mengabaikan, menekan, maupun dikuasai perasaan. Berikut akan dibahas lima langkah berdamai dengan perasaan.

Menanggapi Perasaan dalam Komunikasi

Sebagian orang merasa canggung ketika orang lain membagikan perasaannya, tidak tahu bagaimana menanggapinya - apalagi dalam percakapan formal. Berikut akan dibahas langkah praktis menanggapi perasaan dalam komunikasi.

Solusi Kecanduan Game

Tidak mudah untuk lepas dari kecanduan, dalam hal ini kecanduan game. Perlu tekad dan usaha yang kuat agar tak lagi tergantung pada permainan ini. Berikut akan dibicarakan solusi untuk kecanduan game.

Halaman

Berlangganan Front page feed