Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya, Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang "Pergumulan Melewati Tragedi". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Paul, yang namanya tragedi itu kadang-kadang kita tidak siap untuk menghadapinya sehingga banyak kekacauan yang terjadi menggoncang kehidupan kita, tetapi sebenarnya bisa atau tidak kita mempersiapkan diri menghadapi tragedi yang tiba-tiba datang menimpa kita ?
PG : Saya kira kita memang bisa menyiapkan diri, misalnya beranggapan atau berpikir bahwa kita sebagai orang Kristen tidak terbebaskan dari tragedi, kita tidak bisa berpikir bahwa selama kita hidup dalam Tuhan maka Tuhan akan selalu menghindarkan kita dari tragedi. Kesiapan seperti ini juga bisa menolong kita dalam menghadapi tragedi namun sesiap-siapnya kita menghadapi tragedi, sewaktu tragedi datang kita tetap tidak siap, Pak Gunawan. Kita akan tetap terhempas dan harus bergumul menghadapinya, memang tidak ada jalan pintas untuk melewati tragedi, jalan itu panjang dan berbatu dan kita yang melewatinya akan terluka-luka dan tersayat-sayat namun di setiap jengkal yang kita lalui, Tuhan akan menyertai kita. Dia akan menuntun sampai kita keluar dengan selamat. Saya akan mencoba untuk memaparkan beberapa pergumulan yang mesti kita lalui tatkala kita sedang menghadapi tragedi.
GS : Tragedi ini misalnya kita mengalami kematian dari orang yang sangat kita kasihi atau kita tiba-tiba bangkrut karena kondisi ekonomi yang tiba-tiba memburuk atau ada peristiwa-peristiwa yang lain, peperangan dan sebagainya sehingga hal-hal itu sulit kita prediksi lebih dahulu, walaupun kita tahu itu bisa terjadi tapi kapan terjadinya, bencana alam yang besar dan sebagainya.
PG : Betul.
GS : Pak Paul dalam hal ini kira-kira apa yang Pak Paul ingin sampaikan, bagaimana kita menghadapi tragedi ?
PG : Ada beberapa pergumulan yang harus kita lewati selama kita menghadapi tragedi, coba akan saya bagikan dan juga beberapa masukan bagaimana kita bisa menghadapinya. Pertama, kita akan mengalami pergumulan karena tidak adanya penjelasan mengapa tragedi ini mesti terjadi. Tidak bisa tidak, kita ingin tahu mengapa tragedi menimpa kita. Sesungguhnya keingintahuan kita bersumber dari reaksi protes terhadap Tuhan yang kita anggap bertanggungjawab terjadinya tragedi ini. Kita protes sebab kita merasa tidak seharusnya kita mengalami tragedi ini, kita berkata kita telah hidup baik, kita telah berusaha menyenangkan Tuhan jadi tidak semestinya Tuhan membiarkan tragedi menimpa kita. Kenyataan bahwa tragedi tetap terjadi walaupun kita telah hidup benar di hadapan Tuhan, membuat kita bingung dan tidak mengerti Tuhan. Seolah-olah kita tidak mengenal Allah yang kita kenal dengan baik, sebelum tragedi kita mengenalnya sebagai Allah yang baik dan mengasihi kita, anak-anak-Nya. Sebelum tragedi kita mengenal Allah sebagai Allah melindungi kita dari bahaya dan memberi hanya yang terbaik kepada anak-anak-Nya. Sekarang kita bingung dan tidak mengerti, siapakah Allah yang sebenarnya, mengapa Ia membiarkan hal yang buruk dibiarkan menimpa kita. Jadi memang hal-hal ini membuat kita tidak bisa tidak, bergumul, Pak Gunawan. Kita benar-benar tidak mengerti dan membutuhkan penjelasan mengapa Tuhan membiarkan tragedi ini terjadi.
GS : Seringkali disamping protes, kita sudah terbiasa dengan hukum sebab akibat, kalau kita melihat ada peristiwa yang tragis itu terjadi dalam keluarga kita atau menimpa diri kita, kita selalu bertanya, "Ini apa sebabnya, sekarang akibatnya seperti ini, apa yang salah atau siapa yang salah", begitu Pak Paul. Pertanyaan itu mau tidak mau, keluar.
PG : Tidak bisa tidak, kita ini manusia memunyai pengharapan yang tersirat, yaitu dengan kita hidup berkenan kepada Tuhan, kita hidup baik-baik maka Tuhan akan memberikan kita imbalan. Imbalannya apa ? Melindungi kita, memberkati kita dan menjauhkan kita dari marabahaya atau tragedi, maka pada waktu tragedi menimpa kita seolah-olah protes kenapa Tuhan tidak melakukan bagian-Nya, kita telah melakukan bagian kita, hidup baik, hidup menyenangkan Tuhan. Sekarang mengapa Tuhan tidak melakukan bagian-Nya, menjaga kita dari bahaya atau tragedi, itu sebabnya kita protes dan kita bergumul pada waktu kita tidak mendapatkan penjelasan.
GS : Apalagi kalau kita membandingkan dengan orang lain, lalu kita berkata, "Saya lebih baik dari dia, mengapa dia tidak mengalami ini, saya yang lebih baik justru mengalami hal yang buruk ini, begitu Pak Paul.
PG : Sekali lagi saya mengakui bahwa ini reaksi manusiawi, Pak Gunawan, karena waktu kita dalam penderitaan kita seringkali menengok ke kiri ke kanan dan melihat orang, memang tidak bisa tidak kita memunyai rasa sedih, mengapa orang ini bisa begitu bahagia, hidupnya kelihatan jarang ada problem sedangkan kita tidak habis-habisnya dirundung masalah ? Kita salah apa ? Atau kita memang menengok ke kiri dan ke kanan, melihat orang-orang ini hidupnya kelihatannya tidak benar, hidupnya tidak lurus tapi justru semuanya baik-baik saja. Mengapa saya yang hidupnya benar, menyenangkan Tuhan malah banyak sekali tantangan, hal-hal ini biasanya muncul dalam hati kita dan saya kira ini manusiawi, Pak Gunawan.
GS : Apakah ketika pergumulan itu timbul dalam diri kita, apakah kita membiar-kannya berkembang terus atau kita melakukan sesuatu supaya ini berhenti, Pak Paul ?
PG : Kita harus membawanya dalam doa dan kepada Tuhan, kita harus memang secara terbuka menanyakan kepada Tuhan dan menyuarakan keluhan kita kepada Tuhan. Tidak apa-apa, Tuhan tidak marah waktu mendengar kita menyuarakan keluhan kita atau kebingungan kita kepada Tuhan, sebab Dia mengerti bahwa kita ingin tahu penjelasannya kenapa, tapi Dia memang tidak bisa memberikan penjelasan itu sebab bisa saja terlalu rumit, terlalu melampaui kemampuan kita untuk bisa mengertinya sekarang, jadi akhirnya kita harus berkata, "Meskipun saya tidak mengerti, tapi saya percaya Tuhan itu baik dan tidak akan membiarkan yang buruk menimpa dalam hidup kita".
GS : Itu seperti saya teringat doa Tuhan Yesus di atas kayu salib ketika Dia menderita, Dia bertanya kepada Bapa-Nya, "Mengapa Engkau meninggalkan Aku" dan tidak ada jawaban sama sekali, begitu Pak Paul.
PG : Kalau Yesus Putra Allah berdoa seperti itu, "Mengapa Engkau meninggalkan Aku ?" kita bisa mengerti bahwa kita sebagai manusia tidak bisa tidak, akan juga sekali waktu dalam penderitaan menyuarakan teriakan yang sama "Mengapakah Engkau meninggalkan aku" ?
GS : Pergumulan yang lain apa, Pak Paul ?
PG : Tidak adanya kepastian berapa lama tragedi ini akan berlangsung, ada yang tragedi yang berlangsung cepat, ada tragedi yang berlangsung lama namun efek atau akibat dari semua tragedi berlangsung lama. Dalam pergumulan menghadapi tragedi dan akibatnya, biasanya kita bertanya kapankah kita akan dapat keluar dari penderitaan ini, dalam penantian itulah kadang kita hilang harapan dan iman, Pak Gunawan. Kita berdoa dan berdoa memohon campur tangan Tuhan tapi pertolongan tidak kunjung datang, istri yang sakit tetap sakit, suami yang lumpuh tetap lumpuh, ayah yang kehilangan pekerjaan tetap tidak bekerja, ibu yang harus bekerja banting tulang tetap harus bekerja banting tulang. Kita menjadi tidak sabar dan di dalam ketidaksabaran kita mulai bimbang dan ragu, apakah Tuhan peduli dan memerhatikan saya ? Apakah Tuhan sanggup menolong saya ? Apakah Tuhan mau menolong saya, jika mau sampai kapankah saya harus menunggu ? Inilah pertanyaan yang kita ajukan kepada Tuhan dalam bimbang dan ragu, jadi ini adalah pergumulan kedua yang biasanya kita harus lalui.
GS : Biasanya pertanyaan-pertanyaan seperti ini hanya kita gumulkan dalam diri kita sendiri atau kita sampaikan kepada orang lain yang dekat dengan kita, Pak Paul ?
PG : Saya kira ada baiknya waktu kita memang tidak bisa lagi untuk menanggungnya, kita bagikan kepada misalnya sahabat kita atau bahkan kepada hamba Tuhan sebagai ungkapan bahwa kita memang sedang dalam pergumulan. Mudah-mudahan mereka juga bisa memberikan kepada kita penghiburan dan kekuatan dan sudah tentu boleh datang kepada Tuhan menyuarakan semua ini kepada-Nya. Sebab sekali lagi Dia mengerti, kita sudah menunggu, sudah menunggu tapi tidak mendapatkan jawaban, sampai berapa lama kita harus menderita, kita tidak mengerti, Pak Gunawan. Ada seseorang yang saya kenal, saya sudah mengunjunginya, dia dalam kondisi coma jadi artinya dia tidak bisa lagi memberi reaksi, dia hanya di tempat tidur dan diberikan makanan lewat slang sonde tapi dia tidak bicara, tidak bisa buka mata. Dia dalam kondisi seperti ini beberapa tahun. Bukan sehari, bukan sebulan, bukan beberapa bulan tapi sudah beberapa tahun, saya datang melihat dia begitu, saya datang melihat dia tetap begitu. Tidak bisa tidak saya bisa membayangkan betapa sulitnya, baik untuk dia kalau dia masih bisa menyadari dirinya atau untuk orang yang merawatnya dan sudah tentu mereka akan bertanya-tanya seberapa lama lagi kami harus menunggu penderitaan ini berlalu. Inilah yang sanggup mengguncangkan iman kita, kita akhirnya bisa hilang harapan dan iman dan menyimpulkan bahwa Tuhan itu tidak peduli, tidak mendengarkan doa kita tapi nanti kita akan belajar bahwa Tuhan sebetulnya memerhatikan. Tuhan memerhatikan, Dia tidak menutup telinga dan membutakan mata terhadap penderitaan kita.
GS : Lalu pertanyaan seperti itu diajukan kepada Pak Paul yang mengunjungi, orang itu masih bisa berkomunikasi, Pak Paul ditanya seperti itu biasanya jawabannya bagaimana, Pak Paul ?
PG : Pertama memang saya mengakui bahwa saya tidak memunyai jawaban, saya tidak mengerti mengapa Tuhan membiarkan ibu mereka menderita sakit seperti ini, dalam keadaan coma bertahun-tahun, saya tidak mengerti sama sekali mengapa Tuhan tidak bertindak, baik itu menyembuhkannya secara total atau membawanya pulang ke rumah-Nya. Setelah saya berkata bahwa saya tidak mengetahui jawabannya, yang kedua adalah saya tetap mau berkata, "Kita mesti percaya bahwa Allah itu baik, Ia adalah Bapa kita bahwa Dia mendengarkan doa kita" tapi ini adalah hal yang kita tidak bisa jawab dan mengerti namun nanti di sorga waktu kita berjumpa dengan Allah, Tuhan baru akan memberikan penjelasan supaya kita mengerti.
GS : Jadi kita melibatkan diri kita untuk bergumul bersama-sama dengan Dia sehingga dia tidak merasakan sendirian dalam pergumulan ini, begitu Pak Paul ?
PG : Betul sekali, Pak Gunawan.
GS : Selain hal-hal itu, pergumulan yang lain apa, Pak Paul ?
PG : Yang ketiga adalah tidak adanya jawaban dari Tuhan. Kita berdoa dan mengharapkan pertolongan tetapi tidak mendapatkan akhirnya kita berdoa dan mengharapkan jawaban, apa pun itu, tapi tetap juga tidak mendapatkan. C.S.Lewis, seorang penulis, melukiskan perasaannya pada waktu ia berdoa dan berdoa setelah kematian istrinya seperti mengetuk-ngetuk pintu tetapi kemudian terdengar suara gembok dikunci dari dalam, bukan sekali malah dua kali dan setelah itu sunyi senyap. Pada saat seperti itu reaksi kita pada umumnya kecewa dan sedih, kita merasa sendirian dan ditinggalkan Tuhan. Inilah pergumulan ketiga yang kita juga mesti hadapi, Pak Gunawan. Kita mengetuk-ngetuk pintu, pintu tidak dibukakan, kita mengharapkan jawaban tapi tidak ada jawaban. Sekarang pertanyaannya apakah sikap kita sebagai anak-anak Tuhan, kita mau coba pelajari. Saya akan dasari ini dari firman Tuhan di Yohanes 8:12, Tuhan Yesus berfirman, "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan melainkan ia akan mempunyai terang hidup". Setidaknya ada 2 makna yang terkandung dalam perkataan Tuhan Yesus ini, pertama oleh karena Dia adalah terang maka kita akan melihat dan mengenal-Nya dalam hidup kita akan mengalami banyak hal, menyenangkan dan tidak menyenangkan.Tuhan dapat memakai semua pengalaman itu sebagai kesempatan untuk mengenal-Nya secara lebih mendalam. Sebelum anak saya meninggalkan Tuhan, Pak Gunawan, saya sudah tahu bahwa Allah mengasihi kita termasuk saya, tapi setelah anak saya meninggalkan Tuhan barulah saya mengerti bahwa Allah sungguh mengasihi kita, saya menemukan bahwa saya tidak dapat marah dan membenci anak saya walaupun dia telah meninggalkan Tuhan dan tidak hidup berkenan di hadapan Tuhan. Saya menemukan bahwa saya hanya dapat kembali mengasihi dia, lewat pengalaman itu barulah saya mengerti mengapa Tuhan tidak bisa membenci kita anak-anak-Nya. Dia hanya bisa mengasihi dan mengasihi kita, jadi pelbagai pengalaman yang Tuhan ijinkan terjadi sebetulnya memberi kesempatan kepada kita untuk mengenal Yesus, Terang dunia secara lebih pribadi dan mendalam.
GS : Memang dari pihak Tuhan bisa seperti itu, Pak Paul, Dia tetap mengasihi kita, tapi bagi orang yang mengalami tragedi itu pada satu titik tertentu itu justru dia bisa meninggalkan Tuhan karena dia tidak menemukan jawaban dan tidak melihat yang akan terjadi di depan sehingga dia putus asa dan akhirnya meninggalkan Tuhan, Pak Paul.
PG : Bisa jadi memang pada saat tragedi menimpa kita sepertinya berada di persimpangan jalan, kita bisa jalan ke kiri yaitu jalan untuk meninggalkan Tuhan dan berkata, "Tuhan tidak peduli, untuk apa saya peduli lagi kepada Tuhan" tapi jalan kedua adalah berdasarkan firman Tuhan yang tadi telah kita baca bahwa Yesus adalah Terang dunia, kita justru bisa berdoa dan berkata, "Tuhan saya ingin mengenal Engkau lebih dekat lagi lewat tragedi ini, jadi ajarkanlah saya yang Engkau ingin saya belajar tentang diri-Mu’. Kalau kita bersikap seperti itu, Pak Gunawan, maka tragedi akan menjadi pelajaran yang baru dan yang dalam untuk kita. Tadi saya sebutkan penulis C.S.Lewis, dia sangat mencintai istrinya tapi akhirnya istrinya sakit dan dia harus merawatnya sampai ia meninggal dunia. Sudah tentu kita akan berkata, "Ya, kasihan Lewis itu", tapi ada hal yang lebih dalam yang terjadi karena dia mencintai istri dan kehilangan istrinya, dia lebih mengerti misalkan tentang cinta. Oleh karena itu dia pernah menulis buku tentang "Cinta", buku yang begitu bagus sekali. Singkat kata, dia mengerti banyak tentang kehidupan, tentang cinta, tentang kedukaan karena istrinya meninggal dunia. Jadi dalam persimpangan jalan, saya berharap kita tidak memilih jalan yang salah dan berkata, "Tuhan tidak peduli, Tuhan begitu jahat". Tidak, kita mau berkata, "Tuhan, ada yang Engkau ingin ajarkan, singkapkanlah Dirimu supaya saya mengenal Dirimu lebih dalam lewat tragedi atau lewat kesusahan ini".
GS : Jadi itu sangat tergantung sekali dengan bagaimana relasi orang itu dengan Tuhan, baik ketika sedang sehat maupun ketika mengalami tragedi itu, Pak Paul.
PG : Betul, sudah tentu kalau kita memang dari awalnya mudah menyalahkan orang, maunya Tuhan membuat hidup kita lebih mudah, maka kita bisa membayangkan begitu cepatnya kita akan nantinya menyangkal Tuhan kalau tragedi menimpa sebab sejak awal kita mengharapkan Tuhan itu hanya untuk menolong dan membuat hidup kita lebih lancar. Tapi kalau kita datang kepada Tuhan dengan pengertian yang benar bahwa kita umat-Nya, kita memang seharusnya menyembah dan melayani-Nya dan bukanlah hak kita untuk menuntut apa-apa dari Dia, justru ketika tragedi menimpa kita tidak lari, kita tahu bahwa Tuhan memunyai rencana dan kuasa, kita berserah kepada-Nya.
GS : Tapi ada juga setelah tragedi itu lewat, setelah beberapa waktu kemudian orang itu bisa kembali lagi kepada Tuhan. Menyadari bahwa ternyata itu sesuatu yang baik untuk saya.
PG : Betul dan kebanyakan kita seperti itu, Pak Gunawan. Kita mungkin marah sesaat tapi setelah melewati tragedi, kita bisa menengok ke belakang dan mengerti. "Oh itu sebabnya dulu Tuhan mengijinkan itu terjadi" baru kita kembali kepada Tuhan menghargai pelajaran yang telah Dia berikan itu.
GS : Saya melihat itu sebagai pemeliharaan Tuhan atas anak-anak-Nya, Pak Paul.
PG : Betul sekali, meskipun kita goncang, kita apa, tangan Tuhan ternyata cukup panjang untuk memegang kita dan tidak membiarkan kita terlalu jauh melarikan diri dari-Nya.
GS : Makna yang lain apa, Pak Paul?
PG : Tadi kita telah membaca, Yesus berkata, "Akulah terang dunia, barangsiapa mengikut Aku ia tidak akan berjalan dalam kegelapan melainkan ia akan memunyai terang hidup". Jadi makna kedua adalah lewat Yesus, Terang dunia, kita tidak lagi meraba-raba dalam kegelapan sebab sekarang kita dapat melihat hidup secara jelas dan tepat. Memang kita tidak memunyai jawaban mengapa tragedi terjadi tapi kita dapat mengerti tempat dan peran tragedi dalam rencana Allah. Saya akan kisahkan kisah kehidupan Naomi. Dalam kitab Rut dikisahkan kehidupan Naomi, seorang ibu dengan suami dan kedua putranya, mereka terpaksa mengungsi dari Betlehem ke tanah Moab karena bala kelaparan. Di Moab, suami Naomi meninggal dunia, kemudian kedua putranya menikah dengan 2 wanita Moab, untuk sejenak kehidupan Naomi membaik tapi sayang situasi baik tidak berlangsung lama, satu persatu putra Naomi meninggal dunia, akhirnya Naomi kembali ke Betlehem bersama menantunya, Rut. Pada waktu orang menyapanya, Naomi berkata, "Jangan sebutkan aku Naomi, sebutkan aku Mara sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku, Dengan tangan yang penuh aku pergi tapi dengan tangan yang kosong Tuhan memulangkan aku". Pak Gunawan, waktu kita membaca ayat ini, tidak bisa tidak hati kita trenyuh, kita bisa mengerti betapa pahit hidupnya Naomi, "tangan yang penuh aku pergi tapi dengan tangan yang kosong Tuhan memulangkan aku". Nama Naomi berarti menyenangkan, sedang nama Mara bermakna pahit, itu sebabnya Naomi minta dipanggil Mara. Naomi sedih, dia kehilangan semuanya tapi di luar pengetahuannya, tragedi ini berada dalam rencana Allah, akhirnya Rut menikah dengan Boaz, mereka memunyai anak bernama Obed. Obed menjadi ayah Isai dan Isai menjadi ayah Daud dan Daud menjadi nenek moyang Yesus, Juruselamat dunia. Lewat Rut, Allah memerlihatkan kasih-Nya kepada semua bangsa bukan saja Israel dan bahwa rencana keselamatan-Nya adalah untuk semua bangsa di bumi dan lewat Naomi, Allah menunjukkan bahwa Dia sanggup mengubah yang pahit menjadi manis. Di akhir hidupnya Naomi memomong anak Rut, Obed, sebagai anaknya sendiri meskipun Naomi tidak mengetahui bahwa anak yang digendongnya itu akan menjadi kakek bagi raja Daud. Tuhan mengubah yang pahit menjadi manis.
GS : Kalau kita melihat kehidupan Rut dan banyak tokoh yang lain, seperti tadi C.S.Lewis dan seterusnya, sebenarnya melalui tragedi itu kalau kita berjalan dalam terang Tuhan, kita juga akan dipakai oleh Tuhan menjadi terang bagi orang-orang lain yang mengalami tragedi dalam kehidupannya, begitu Pak Paul.
PG : Betul, firman Tuhan berkata bahwa dengan penghiburan yang kita terima dalam kesusahan kita, kita dapat menghibur orang lain. Betul sekali karena kita mengalami sesuatu yang memang buruk, kita bisa mendapatkan kekuatan dan pertolongan Tuhan, kita bisa menghibur orang lain sehingga orang lain pun yang membutuhkan pertolongan bisa menerimanya dari kehidupan kita.
GS : Orang yang ditolong juga merasa, "Iya ya kamu mengalami hal yang sama atau bahkan lebih berat dari saya", bukan sekadar hiburan yang kosong, yang teoritis. Dia sendiri mengalami dan kemudian dia menceritakan bagaimana dia bisa mengatasi jalan yang gelap dalam tragedi yang dia alami.
PG : Pak Gunawan, sekarang kita mengerti rencana Tuhan bahwa kadang kala Tuhan membiarkan kita mengalami sebuah penderitaan sebab sebetulnya ada orang lain yang nantinya akan memerlukan penghiburan dan hanya kitalah yang dapat dipakai Tuhan untuk menghibur orang tersebut. Jadi untuk supaya kita bisa menjadi orang yang dipakai Tuhan menolong orang tersebut, maka Tuhan membiarkan kita mengalami sebuah penderitaan itu.
GS : Terima kasih, Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang topik "Pergumulan Melewati Tragedi". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami melalui surat yang dapat dialamatkan kepada Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan, serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.