oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
Kata kunci: Empat hal yang bisa dipelajari dari kejatuhan orang Israel adalah Dewa yang disembah orang Mesir, mentalitas budak di Mesir, kebiasaan berdosa di Mesir, keinginan untuk menjadi tuan.
TELAGA 2023
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi dimana pun Anda berada. Kita bertemu kembali dalam acara TELAGA (TEgur Sapa GembaLA KeluarGA). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya, Necholas David, akan berbincang-bincang dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi, seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang "Jangan Bawa Mesir ke Kanaan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
ND: Pak Paul, dalam kesempatan ini kita akan berbincang-bincang dengan judul "Jangan Bawa Mesir ke Kanaan", tema ini sangat menarik, Pak Paul, mengapa kehidupan kita diibaratkan sebagai orang Israel yang membawa Mesir turut serta dalam hidup mereka ke Kanaan?
PG: Sedikit banyak perjalanan orang Israel dari Mesir ke Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan mencerminkan perjalanan hidup kita sebagai orang percaya, Pak Necholas. Kesalahan dan kejatuhan mereka serta kemenangan dan kemuliaan mereka adalah kesalahan dan kejatuhan kita serta kemenangan dan kemuliaan kita pula. Berikut adalah satu pelajaran tentang kesalahan dan kejatuhan mereka yang berguna untuk kita ingat, yaitu mereka membawa Mesir bersama mereka kedalam perjalanan di padang gurun sampai ke Kanaan. Itu sebab didalam peringatan-peringatan yang Tuhan berikan lewat para nabinya, Ia terus mengingatkan orang Israel akan hal itu. Mereka tidak meninggalkan Mesir, mereka membawa Mesir masuk ke Kanaan. Kita akan melihat beberapa hal dari Mesir yang mereka bawa masuk ke Kanaan dan kita coba terapkan untuk kehidupan kita pula.
ND: Menarik, Pak Paul karena kehidupan mereka bisa diibaratkan juga dengan kehidupan kita sendiri. Hal-hal apa saja, Pak Paul, dari kesalahan atau kejatuhan mereka yang bisa menjadi pelajaran bagi kita?
PG: Pertama adalah dewa yang disembah orang Mesir. Sebagaimana kita ketahui, tidak lama setelah keluar dari Mesir di kaki Gunung Sinai, Israel murtad dan membuat patung anak lembu emas untuk disembah. Penyembahan berhala dalam bentuk lembu adalah penyembahan berhala orang Mesir yang dipanggil lembu apis. Bedanya terletak pada warna, di Mesir warna berhala itu hitam sedang di Gunung Sinai yang mereka bangun, berhala itu berwarna emas, jadi sebetulnya patung itu bukan muncul mendadak dan bukan ciptaan orang Israel. Berhala itu, patung lembu itu adalah bagian dari kehidupan mereka di Mesir yang mereka bawa serta. Begitu Musa tidak kunjung turun gunung, mereka panik dan dalam kondisi panik mereka kembali kepada berhala yang lama, itulah yang kerap terjadi pada kita pula. Dalam kondisi panik kita kembali kepada berhala yang lama, cara yang lama, kehidupan yang lama, kita tidak mencari Tuhan, kita mencari berhala yang lama, misalnya kita lari ke perjudian, kita lari mencari uang sebanyak mungkin, kita lari mencari cinta sepuasnya. Maka berhati-hatilah dengan berhala lama, jangan meremehkan dan menganggapnya hilang, besar kemungkinan ia masih di sini didalam jiwa kita.
ND: Disini saya pahami bahwa kesalahan dan kejatuhan bangsa Israel yaitu membawa dewa mereka beserta dengan mereka, munculnya pada saat mereka mendapatkan masalah, atau dalam situasi kepanikan. Begitu juga dalam hidup kita, misalnya kita mengalami kesulitan, kita menjadi lupa berdoa, lupa mengandalkan Tuhan dan berusaha mencari atau menggunakan cara-cara yang kita anggap berhasil di waktu yang lampau.
PG: Betul sekali, Pak Necholas. Jadi apa-apa yang pernah kita lakukan dulu, yang kita jadikan berhala, yang kita jadikan jalan keluar kita seringkali itu tetap bersemayam dalam diri kita. Untuk sementara kita dalam Tuhan, kita sudah lahir baru, kita bersandar kepada Tuhan, namun pada saat kita panik, kita minta tolong Tuhan, kelihatannya Tuhan tidak mendengar doa kita, misalkan kita minta kesembuhan tapi Tuhan tidak menyembuhkan kita, kita ingat dan diingatkan akan berhala-berhala kita yang lama itu. Kita ingat, oh kita biasa dulu dengar ada orang ini yang bisa menyembuhkan, ini ada orang pintar, ini yang bisa berbuat ini itu akhirnya kita kesana kesini, kita panik, kita kembali kepada berhala-berhala kita yang lama, maka Tuhan mau kita berhati-hati dengan berhala yang lama, jangan sampai kita bawa berhala itu kedalam hidup kita sebagai seorang Kristen.
ND: Selain dewa yang disembah oleh orang Mesir, yang dibawa oleh orang Israel dalam perjalanan mereka ke Kanaan, hal-hal apa lagi Pak Paul yang menjadi kesalahan mereka?
PG: Kedua adalah mentalitas budak di Mesir, ini yang mereka bawa ke Kanaan. Selama beratus-ratus tahun Israel menjadi budak orang Mesir, tidak heran walau telah meninggalkan Mesir, mereka terus membawa mentalitas budak. Begitu tidak setuju dengan Musa mereka siap mengeroyok dan membunuhnya tatkala haus dan lapar, mereka mengamuk menuntut Musa menyediakan keperluan mereka. Begitu susah, mereka siap-siap pulang ke Mesir, sewaktu tidak ada yang melihat, mereka mencuri. Itulah yang dilakukan oleh Akhan di Yerikho, dia mengambil dan menyembunyikan barang curiannya. Perbuatannya mengakibatkan kekalahan Israel melawan Ai, kota yang jauh lebih kecil daripada Yerikho. Inilah mentalitas budak dan acap kali itu pula yang kita bawa ke dalam hidup kita yang baru bersama Yesus Tuhan kita. Sewaktu tidak setuju dengan Tuhan, kita marah, tatkala kebutuhan kita tak terpenuhi, kita mengamuk dan menyalahkan Tuhan dan menuntut-Nya menyediakan keperluan kita. Begitu mengalami kesusahan, kita siap pulang ke kehidupan kita yang lama. Begitu kita anggap Tuhan tidak melihat, kitapun mengambil barang yang bukan milik kita. Tuhan memanggil kita dan menghendaki kita mengubah mentalitas kita, bukan lagi budak, sekarang kita adalah anak. Tuhan Allah adalah Bapa dan kita adalah anak, jadi bersikaplah sebagai anak, perlakukanlah Tuhan sebagai Bapa, bukan sebagai mandor.
ND: Saya lihat disini perbedaan antara budak dan anak. Budak ini cenderung mengamuk, menuntut, jika apa yang dibuat oleh tuannya itu tidak sesuai dengan hatinya, tetapi seorang anak berani berserah dan berani memercayakan dirinya. Percaya bahwa bapanya akan memenuhi keperluannya dan bapanya sangat memerhatikan dia, sekalipun apa yang dia alami ini saat ini tidak sesuai dengan keinginannya.
PG: Betul sekali, jadi anak itu kenal ayahnya, anak itu tahu bahwa bapa itu sayang dia, jadi anak itu tidak gampang-gampang untuk mau mengeroyok bapanya, karena tahu bapanya sayang dia, jadi mentalitas budak adalah mentalitas yang gampang-gampang menyalahkan. Tapi yang kedua juga yang tadi saya sudah singgung, menganggap Tuhan itu seperti mandor kalau kita bermentalitas budak. Selama kita diawasi kita baik-baik, kita tidak berdosa, kita melayani Tuhan, begitu kita bebas, tidak diawasi, tidak ada mandor budak boleh berbuat semau-maunya. Kita mesti ingat bahwa Dia adalah Bapa kita, bukan mandor kita. Tugas yang Dia berikan kepada kita, bukan untuk menyengsarakan kita, bukan untuk menguras tenaga kita untuk kesenangan pribadi-Nya, bukan. Tugas yang Dia berikan adalah tugas yang mulia, menjadi duta-duta-Nya, kaki tangan-Nya, menjadi kepanjangan Tuhan di dunia ini supaya membawa manusia mengenal siapa Tuhan dan Juruselamat kita. Janganlah kita membawa mentalitas budak ke dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen.
ND: Sebagai anak kita juga semakin memahami apa isi hati dari Bapa kita. Sebagai orang percaya kita belajar semakin memahami apa isi hati Tuhan.
PG: Betul sekali, Pak Necholas. Inilah yang sebetulnya terjadi pada si anak sulung didalam kisah anak yang hilang di Lukas pasal 15. Si anak sulung marah kepada si bapa pada waktu si bapa menyambut menerima si anak bungsu yang telah menghabiskan harta warisannya dan hidup dalam dosa. Dia marah sekali, dia merasa diperlakukan tidak sama, tidak adil, dia bekerja begitu keras, itulah omongan seorang budak, orang yang menganggap bapanya mandor, bukan bapanya. Karena itu si bapa jawabnya hanya dengan kata-kata yang singkat, "Semua yang kumiliki adalah milikmu". Jadi dia tidak bisa melihat itu, maka kita juga hati-hati jangan bawa mentalitas budak kedalam kehidupan kita sebagai orang Kristen.
ND: Baik, selain dewa yang disembah oleh orang Mesir itu dan mentalitas budak di Mesir yang dibawa oleh orang Israel, hal apa lagi, Pak Paul, yang bisa kita pelajari dari kejatuhan orang Israel?
PG: Ketiga adalah kebiasaan berdosa di Mesir, itu yang mereka bawa. Sebagaimana kita ketahui berkali-kali Israel jatuh ke dalam dosa perzinahan, bukan saja semasa di perjalanan di gurun pasir, tetapi juga setelah menetap di Kanaan. Mereka berzinah dengan bangsa-bangsa lain, itu sebab dalam kemarahan-Nya Tuhan menegur mereka yang telah berzinah, bukan saja secara spiritual tetapi juga secara seksual. Israel terbiasa berzinah sejak di Mesir dan kebiasaan itu mereka bawa sampai ke Kanaan. Kebiasaan lama susah hilang, apalagi kebiasaan yang membawa kenikmatan. Meski tahu itu salah, kita terus saja melakukannya. Kita pun bergumul dengan kebiasaan lama yang berdosa terutama kebiasaan yang membawa kenikmatan. Meski tahu itu salah, kita sulit melepaskannya. Kenikmatan yang membayang di pikiran terus memanggil-manggil, bila kita tidak berjalan akrab dan patuh pada kehendak Tuhan, pastilah kita jatuh. Sekali kita jatuh, kita sulit bangkit, lebih mudah untuk keluar dari jerat kebiasaan lama yang berdosa daripada berusaha keluar setelah kita jatuh kembali. Jadi jaga diri jangan sampai kita jatuh.
ND: Ini kebiasaan yang sulit dilepaskan, ya Pak Paul dari orang Israel, mereka sudah lama sekali bergulat dengan dosa-dosa mereka dan mereka tidak bisa meninggalkannya meskipun mereka sudah keluar dari Mesir.
PG: Betul sekali. Dan memang salah satu dosa yang sangat dominan adalah dosa perzinahan, maka Tuhan lewat nabi-nabi-Nya selalu menegur mereka karena mereka jatuh kedalam dosa perzinahan, baik secara spiritual maupun secara seksual. Ada banyak dosa yang biasa kita lakukan, yang kalau tidak hati-hati kita masih simpan dan bawa kedalam kehidupan kita sebagai anak Tuhan. Apa saja misalnya yang bisa kita ingat-ingat, misalnya tidak berkata benar, berbohong, ada di antara kita yang terbiasa tidak berkata benar, melebih-lebihkan, mengada-adakan, menutupi, menyembunyikan. Nah, setelah menjadi anak Tuhan, aduh kita juga bawa itu ke dalam kehidupan kita sebagai anak Tuhan. Yang lain apa? Ada misalkan di antara kita yang memang suka sekali dengan kekayaan, inginnya jadi orang kaya, nah setelah menjadi anak Tuhan, akhirnya itu yang kita bawa, selalu mencari kekayaan, meskipun sekarang kita berikan nama yang lain, yang lebih rohani yaitu berkat Tuhan. Tapi berkat dalam bentuk apa? Kekayaan, jadi ada banyak kebiasaan lama yang berdosa yang mesti kita tinggalkan, benar-benar kita tinggalkan, tidak kita bawa lagi kedalam kehidupan kita sekarang sebagai anak-anak Tuhan.
ND: Kebiasaan-kebiasaan berdosa yang lama, yang sudah melekat ini tentunya sulit sekali ya, Pak Paul. Mungkin Pak Paul ada contoh atau tips bagaimana kita bisa mulai melepaskan diri dari kebiasaan berdosa kita.
PG: Memang satu hal yang kita harus jaga adalah agar kita jangan sampai kita jatuh lagi. Kita harus benar-benar menjauhkan diri, mendisiplin diri, sebab seperti tadi sudah dikatakan, melepaskan diri atau keluar dari dosa yang kita ulang, itu jauh lebih susah daripada melepaskan diri dari dosa yang pertama kali kita keluar darinya. Jadi kalau kita sudah lepas kemudian kita jatuh lagi, untuk bisa keluar dari dosa yang sama itu, yang kita ulang itu, luar biasa susahnya. Itu saya sudah lihat, jadi susah sekali meskipun kita bisa berkata, "Oh, seharusnya kita lebih kuat", karena kita pernah menikmati hidup lepas dari dosa itu, tapi begitu kita jatuh kedua kali akan sulit sekali untuk kita bisa lepas. Dosa yang lain atau apa yang bisa kita lakukan supaya kita tidak jatuh, kita memang harus mengakui kita masih memunyai potensi itu dan kita masih mau melakukannya daripada kita berpura-pura, daripada kita tidak mau mengakuinya, lebih baik kita akui. Dengan kita mengakui, dengan kita datang kepada Tuhan minta Tuhan menjaga, menolong kita, kita lebih bisa tertolong. Terutama ini, akui di hadapan orang yang bisa kita percaya, mentor kita, pembimbing kita, minta dia menolong menjadi pengawas, kepadanya kita memertanggungjawabkan perbuatan kita. Dengan cara itu kita lebih bisa menjaga diri dan jauh dari godaan-godaan itu dan sudah tentu yang ketiga kita mesti berjalan akrab dengan Tuhan. Begitu kita mulai tidak akrab dengan Tuhan, kebiasaan-kebiasaan lama kita bisa kembali, maka kita harus selalu berjalan dekat karena begitu kita mulai menjauh, Roh Kudus akan menegur kita, kita akan dengar, kita akan patuhi. Jadi jangan sampai berjalan jauh dari Tuhan, jalanlah akrab, sehingga kita bisa mendengar panggilan suara Roh Kudus.
ND: Jadi kita perlu akui kemudian menyadari bahwa itu memang menjadi masalah kita, lalu kita minta pertolongan orang lain yang bisa kita percaya untuk turut mengontrol kita dan kita juga hidup setiap hari bergaul akrab dengan Tuhan.
PG: Betul, betul sekali. Ini di kota Los Angeles ada sebuah gereja namanya Calvary Chapel, ada banyak gereja Calvary Chapel tapi ini yang di sebuah kota kecil namanya Diamond Bar, pendetanya bernama Raul Ries, dia dari latar belakang yang buruk sekali, akhirnya bertobat Tuhan pakai dia menjadi Gembala Sidang dan dia populer sekali, di radio-radio dia berbicara, berkhotbah, sudah berpuluhan tahun hidup kudus di hadapan Tuhan sampai hari ini. Salah satu dosen saya kebetulan adalah teman dia, secara pribadi. Dosen saya cerita kepada saya, dia itu tahu bahwa Pdt. Raul Ries tidak akan pergi diundang misalnya khotbah di luar kota misalnya di luar kota sendirian, dia akan pergi dengan istrinya. Kalau istrinya tidak bisa ikut, dia akan minta staf laki-laki untuk pergi dengan dia, mengapa dia begitu? Dia tahu latar belakang dia, dia tahu kelemahan dia dan dia mau berjaga-jaga maka itu yang dia lakukan, dia memagari dirinya, maka kita mesti tahu, akui kebiasaan lama kita yang tidak baik itu, kita mesti memang kemudian memagari diri supaya kita tidak berkesempatan untuk melakukan dosa itu.
ND: Karena kebiasaan berdosa itu membawa kenikmatan sehingga diri kita, manusia yang lemah, daging yang lemah ini cenderung akan kembali kepada kebiasaan itu.
PG: Betul sekali, betul sekali, Pak Necholas. Salah satu hal juga yang sekarang menjadi masalah adalah pornografi, karena sekarang begitu mudahnya masuk, melihat gambar-gambar yang porno itu. Nah, ada banyak orang yang bertobat, meninggalkan kehidupan lama itu. Ini yang mesti dijaga karena sekali saja jatuh, balik lagi semuanya, kebiasaan-kebiasaan lama itu dan begitu jatuh, susah sekali lepas, maka kita mesti awas dengan kelemahan-kelemahan dan kebiasaan lama kita yang berdosa.
ND: Baik, selain hal-hal tadi yang sudah Pak Paul sampaikan, yaitu dewa yang disembah oleh orang Mesir, kemudian ada mentalitas budak dan kebiasaan berdosa, hal apa lagi Pak Paul yang bisa kita pelajari dari kejatuhan orang Israel?
PG: Keempat dan terakhir adalah keinginan menjadi tuan, karena terus diperhamba begitu bebas, Israel menjadi sangat susah diatur, mereka menjadi orang yang susah diperintah, perlu ketegasan baik dari pihak Tuhan maupun Musa untuk membuat mereka taat. Tidak heran, berkali-kali Tuhan menghukum mereka karena ketidaktaatan mereka. Terakhir adalah mereka harus mengembara di padang gurun Sinai selama 40 puluh tahun, jadi bukan saja Mesir menciptakan jiwa budak pada mereka, tetapi juga jiwa pemberontak dan ini yang mereka bawa dari Mesir ke Kanaan. Nah, kita yang terbiasa hidup dalam perhambaan dosa sebelum menerima keselamatan dari Kristus, biasanya membawa jiwa pemberontak kedalam hidup bersama Tuhan, kita susah tunduk, kita maunya melawan, tidak heran untuk membentuk jiwa yang memberontak, Tuhan harus menggunakan disiplin yang keras, kadang Ia menghadirkan kegagalan untuk membuat kita bergantung dan percaya kepada-Nya, kadang Ia menghancurkan kita agar kita rendah hati dan tidak pongah. Adakalanya Tuhan mengambil semua milik kita supaya kita tidak menilai sesama manusia dari lensa materi dan lebih menghargai serta mengasihi sesama. Jadi Tuhan membawa Israel keluar dari Mesir tapi Israel membawa Mesir bersamanya. Tuhan telah membawa kita keluar dari hidup yang lama tapi seringkali kita tetap membawa hidup yang lama bersama kita. Maka lepaskanlah, jangan kembali ke Mesir. Ingatlah dan terimalah berkat Musa kepada Israel sebelum ia mati, "Berbahagialah engkau hai Israel, siapakah yang sama dengan engkau, suatu bangsa yang diselamatkan oleh TUHAN, perisai dan pertolongan dan pedang kejayaanmu" (Ul. 33:29). Kita adalah orang yang berbahagia sebab kita telah diselamatkan Tuhan, Dialah perisai pertolongan kita dan pedang kejayaan kita, jangan jadikan Mesir sebagai perisai pertolongan dan pedang kejayaan kita.
ND: Setelah sekian lama menjadi budak di Mesir, justru setelah bebas Israel menjadi bangsa yang sulit diatur, semau-maunya sendiri, sesuka hatinya, mengapa bisa demikian, ya Pak Paul ?
PG: Karena kebanyakan kalau kita ini pernah menjadi hamba, memang akhirnya kita ingin bebas, bebas sebebas-bebasnya, kita tidak mau lagi diperintah atau tunduk kepada siapapun, nah kita mesti sadar, kita sebelum menerima keselamatan Tuhan, kita adalah hamba, kita adalah budak dosa, sekarang kita menerima kebebasan, kita menerima kasih karunia, kita tidak lagi hidup didalam ketakutan, kita tahu Tuhan Bapa yang mengasihi kita. Hati-hati, hati-hati ada banyak orang yang tidak bisa menghargai dan memakai kebebasan ini, justru lepas kendali, justru akhirnya melewati batas, lompat pagar, berbuat sekehendak hati yang akhirnya membuat mereka jatuh lagi kedalam dosa, maka hati-hatilah dengan keinginan untuk bisa bebas, untuk bisa menjadi tuan atas hidup kita ini.
ND: Baik, terima kasih Pak Paul atas pemaparan pada kesempatan perbincangan kita kali ini. Kita diajak untuk belajar dari orang Israel agar kita tidak membawa Mesir ke Kanaan.
Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (TEgur sapa gembaLA keluarGA), kami baru saja berbincang-bincang tentang "Jangan Bawa Mesir ke Kanaan". Jika Anda berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami melalui surat ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat mengirimkan email ke telaga@telaga.org; kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org; saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.