Misteri Kesembuhan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T468A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kita tahu bahwa Allah mampu menyembuhkan semua sakit penyakit. Tapi kita pun tahu bahwa Allah tidak menyembuhkan semua orang yang sakit. Mengapa demikian? Sesungguhnya apa yang menjadi kriteria Allah untuk menyembuhkan orang sakit? Mari kita bahas hal ini agar memiliki pemahaman yang tepat.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
Kita tahu bahwa Allah sanggup menyembuhkan semua sakit penyakit. Tetapi, kita pun tahu bahwa Allah tidak menyembuhkan semua orang yang sakit. Mungkin kita bertanya-tanya, sesungguhnya apakah yang menjadi kriteria Allah untuk menyembuhkan kita ? Mengapa Ia tidak menyembuhkan semua orang yang sakit ? Marilah kita melihat hal kesembuhan ini agar kita memperoleh pemahaman yang tepat.
  1. Meskipun dalam pelayanan-Nya di dunia Tuhan Yesus menyembuhkan banyak orang, dalam pengajaran-Nya jarang sekali Ia menyebut hal kesembuhan. Sebagaimana kita ketahui pokok pengajaran-Nya adalah tentang Allah Bapa, tentang diri-Nya sebagai Putra Allah dan Juruselamat dunia, dan tentang Roh Kudus. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa kesembuhan adalah penting tetapi bukanlah hal terpenting. Bagi Allah, terpenting adalah keselamatan jiwa manusia, bukan kesembuhan tubuh manusia. Saya kira jika kita jujur dengan diri sendiri, kita mesti mengakui bahwa bagi kita, terpenting adalah kesembuhan tubuh kita, bukan keselamatan jiwa kita. Di sini kita melihat sebuah perbedaan antara apa yang penting bagi Allah dan apa yang penting bagi manusia. Tuhan tidak terlalu mementingkan kesembuhan sebab bukankah pada akhirnya kita semua akan mati ? Kesembuhan tidak membebaskan kita dari kematian. Kesembuhan hanyalah menunda kematian untuk sementara. Bagi Tuhan, terpenting adalah hidup bersama-Nya di surga dalam kekekalan, bukan penambahan beberapa tahun hidup di dunia.
  2. Tuhan mendengarkan setiap doa kesembuhan meski ia tidak selalu mengabulkannya pada saat kita memohonnya. Di dalam Lukas 13:10-17 dicatat sebuah kisah penyembuhan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus terhadap seorang perempuan yang bungkuk punggungnya. Satu hal yang menarik adalah, pada saat itu si perempuan tidak secara langsung memohon untuk disembuhkan. Tuhan memanggilnya dan langsung menyembuhkannya. Namun, dapat disimpulkan ia telah berdoa memohon penyembuhan selama 18 tahun—lamanya waktu ia menderita. Di saat yang tidak diduga, Tuhan menyembuhkannya.
    Hal yang sama dicatat di Yohanes 5:1-9. Di kolam Siloam Tuhan Yesus menyembuhkan seorang yang lumpuh selama 38 tahun. Sebagaimana dapat kita lihat, orang itu tidak secara langsung meminta untuk disembuhkan. Tuhan Yesus yang mendatanginya dan menanyakan, "Maukah engkau sembuh?" Kita dapat menduga selama 38 tahun ia berdoa dan berharap untuk disembuhkan. Namun,Tuhan menetapkan hari kesembuhannya pada hari itu — setelah 38 tahun ia sakit. Di saat yang tidak disangkanya, Tuhan menyembuhkannya. Kenyataan bahwa tanpa diminta, Tuhan menyembuhkan si perempuan yang bungkuk setelah 18 tahun dan si laki-laki yang lumpuh setelah 38 tahun, itu menandakan sesungguhnya Tuhan telah mendengar doa-doa mereka selama ini. Tuhan tidak menjawab doa mereka lebih awal karena Ia memunyai waktu-Nya dan rencana-Nya. Setiap tindakanTuhan—termasuk penyembuhan—terjadi dalam waktu dan rencana-Nya.
  3. Tuhan menghormati iman orang yang berdoa dan berharap kepada-Nya. Di Matius 20:29-34 dicatat peristiwa di mana dua orang buta memohon Tuhan Yesus untuk berhenti dan menyembuhkan mereka. Pada saat itu Yesus dan para murid sedang berjalan meninggalkan Yerikho dan ada begitu banyak orang yang mengerumuninya. Sewaktu mendengar kedua orang buta itu berteriak-teriak, orang banyak pun menyuruh mereka diam, tetapi mereka terus berteriak. Tuhan Yesus menghampiri mereka lalu bertanya, "Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu ?" Mereka menjawab, "Tuhan, supaya mata kami melihat." Matius mencatat, "Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia."
    Di satu pihak Tuhan menjawab doa sesuai kehendak dan rencana-Nya tetapi di pihak lain, Ia pun menjawab doa sesuai dengan iman dan pengharapan kita. Makin berharap dan beriman, makin besar kemungkinan Tuhan menjawab doa yang kita panjatkan. Jadi, kesimpulannya adalah, berharap dan berimanlah bahwa Tuhan bukan saja sanggup tetapi akan menyembuhkan kita, sekaligus, berserahlah pada kehendak dan rencana-Nya.