Membangun Konsep Diri Anak
Berita Telaga Edisi No. 125 /Tahun XI/April 2015
Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Rr. Fradiani Eka Y. Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon
Membangun Konsep Diri Anak
Konsep diri merupakan cara seseorang memandang atau menggambarkan dirinya. Kita dapat memiliki gambaran yang baik dan menyenangkan tentang diri kita. Sebaliknya, kita juga bisa mempunyai gambaran yang buruk tentang diri sendiri.
Setiap anak mempunyai konsep diri, dan kita perlu membangunnya sehingga konsep diri ini bisa terbangun dengan baik dan positif.
Ada beberapa ciri konsep diri yang positif, yaitu:
Untuk anak yang baik dan sehat, konsep dirinya biasanya ditunjukkan dalam tingkah lakunya yang relatif bebas dan gembira. Mereka merasa bebas dari rasa takut berlebihan atau perasaan sedih terus-menerus dan mereka juga relatif mudah mengendalikan kemarahan. Mereka mudah menunjukkan perasaan mereka yang sebenarnya dan dapat mengkomunikasikan diri dengan jelas. Mereka lebih disukai di dalam pergaulan, karena mereka tampil menyenangkan, mereka suka menolong dan lebih menyukai persahabatan.
Ada beberapa hal yang orang tua perlu perhatikan untuk membangun konsep diri yang baik dan sehat pada anak, yaitu:
Orang tua perlu menyatakan kasih dan perhatian yang cukup kepada anak. Kalau orang tua bisa menyatakan kasih, orang tua akan memperlihatkan bahwa anak ini memang layak untuk dikasih dan ini membuat anak mempunyai konsep diri bahwa saya ini memang anak yang pantas untuk dikasihi.
Kehadiran orang tua perlu cukup dan orang tua juga perlu menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Kehadiran dan komunikasi orangtua berfungsi untuk mengisi hidup anak sehingga anak merasa hidupnya terisi sehingga anak tidak merasa bahwa hidupnya kosong. Anak juga memerlukan nasihat, arahan dari orang tua sehingga mereka juga mengetahui siapa mereka sesungguhnya.
Orang tua perlu menghargai anak-anaknya. Anak memerlukan pujian dan pengukuhan atas apa yang baik yang telah mereka lakukan.
Keharmonisan keluarga cukup banyak mempengaruhi konsep diri anak. Orang tua yang harmonis membuat anak merasa bangga dengan keluarga mereka. Dan keluarga mereka bisa menjadi sumber identitas diri mereka yang kokoh.
Untuk anak yang memiliki kemampuan intelektual yang kurang, yang perlu orang tua lakukan untuk membentuk konsep diri anak yang baik adalah:
Jangan sampai memberikan kesan kepada anak bahwa kita menganggap remeh atau kita menyetujui celaan-celaan terhadap mereka.
Kita perlu membangun karakter yang baik pada mereka
Kita perlu memperhatikan keunggulan-keunggulan mereka, bukan saja menghargainya tetapi kita kembangkan sehingga mereka mempunyai kebanggaan juga.
Mazmur 139:13-17, adalah Mazmur Daud "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepadaMu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagiMu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mataMu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitabMu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya. Dan bagiku, betapa sulitnya pikiranMu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!" Ini menggambarkan waktu kita belum lahir pun Tuhan sudah membentuk kita dengan begitu ajaib.
Oleh : Heman Elia, M.Psi.
Audio dan transkrip secara lengkap bisa didapatkan melalui situs TELAGA dengan kode T173B.
Doakanlah:
Bersyukur tanggal 2 Mei 2015, Tuhan sudah memperkenankan Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) melayani selama 25 tahun.
Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari Ibu Gan May Kwee di Solo sebesar Rp 500.000,-.
Bersyukur transkrip, ringkasan dan abstrak dari rekaman terbaru yaitu T447 – T460 sudah selesai dan telah dikirim ke YLSA di Solo untuk dipasang di situs Telaga.
Buku “Memaksimalkan Karier Anda” sudah tersedia, doakan untuk usaha dari Bp. Andrew A.Setiawan dan Ibu Lortha Gb.Mahanani yang mencoba menjual buku tersebut.
Sampai dengan akhir April 2015, belum ada tambahan radio yang mau bekerjasama menyiarkan Telaga. Doakan hal ini.
Doakan untuk Sdri. Betty T.S. yang sedang mencari sponsor baru mulai bulan Juni 2015 untuk kebutuhan Euro 200/bulan, disamping kesulitan responden penelitian di Belanda. Doakan juga untuk 2 orang mahasiswa non-Kristen yang mulai tertarik, mulai minggu ini Sdri. Betty akan mendiskusikan tentang keselamatan dalam Tuhan Yesus.
Bersyukur untuk donasi yang diterima dari donatur tetap dalam bulan ini, yaitu dari :
001 – Rp 100.000,-
006 – Rp 150.000,- untuk 2 bulan
011 – Rp 150.000,-
Telaga Menjawab
Tanya?
Shalom!
Saya seorang ibu dari dua orang anak. Anak bungsu yang berusia tiga tahun adalah anak laki-laki yang nakal, agresif, dan sering memukul, termasuk memukul saya. Saya dan suami sama-sama bekerja sehingga pengasuhan anak ditangani oleh asisten rumah tangga.
Dulu saya sempat ingin menggugurkan anak bungsu ini. Sekarang saya bertanya-tanya, apakah memang ada dampak dari penolakan (hendak diaborsi) terhadap anak? Jika ada, bagaimana cara me-nanganinya? Saya sangat menyesali keinginan untuk mengaborsi dia.
Kemudian apa yang harus saya lakukan dalam hal mendidik anak agar dia tidak agresif dan nakal lagi ?
Terima kasih atas jawabannya. Tuhan memberkati.
Jawab
Ibu yang terkasih,
Penolakan bisa dalam dua bentuk:
Penolakan secara pasif, misalnya kurang kasih sayang
Penolakan secara aktif, misalnya kita diperlakukan dengan cara yang sungguh-sungguh menyakiti
Anak yang akan diaborsi mengalami penolakan. Ia akan merasa tidak dikasihi dan tidak diterima.
Dampak penolakan pada kehidupan korbannya adalah:
Reaksi-reaksi yang agresif, misalnya pemberontakan;
Penolakan terhadap diri sendiri – memiliki konsep diri yang rendah; dan
Melindungi diri sendiri, artinya tidak bisa merasa merasa aman dalam suatu hubungan dan cenderung mengalami kesulitan berelasi dengan orang lain.
Menangani dampak ini perlu dari berbagai sisi, yaitu:
Orang tua perlu menunjukkan kasih kepada anak agar ia merasa diterima dan dikasihi. Dalam hal ini bukan berarti memanjakan anak dan membiarkan tindakan pemberontakannya. Tindakan agresifnya adalah ungkapan kemarahan dan protes kepada orang tua, jadi jangan fokus pada perilakunya tapi kepada kebutuhan hatinya yang terdalam untuk diterima dan dikasihi. Mungkin orang tua perlu menjalani konseling bersama anak agar mengerti bagaimana dapat menunjukkan kasih dan penerimaannya kepada anak.
Orang tua dan anak perlu mencari orang yang dapat menolong secara rohani untuk mendoakan – doa memohon ampun dan pelepasan.
Menurut kami usia tiga tahun masih sangat dini untuk ditangani dengan segera. Agar hubungan dengan anak dapat diperdamaikan dan anak dapat bertumbuh dengan sehat, langkah awalnya adalah membereskan akar masalah penolakannya.
Selanjutnya, orang tua perlu memahami pola-pola yang kurang tepat dalam mendidik anak selama ini, khususnya dalam pola mendisiplin anak, juga cara-cara menunjukkan kasih yang dibutuhkan anak. Bisa menggunakan pola imbalan dan pendisiplinan yang tepat untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan dan membentuk perilaku positif yang diharapkan. Jadi anak perlu tahu aturan main di rumah – perilaku apa yang diharapkan dan perilaku apa yang tidak diperbolehkan. Buat perjanjian jika anak menurut maka ia akan mendapat imbalan (bisa berupa hadiah, pelukan/ciuman, pujian, dll).
Jangan memperhatikan anak karena tindakan-tindakan negatif yang ia lakukan, sebaliknya, tindakan positifnya harus lebih mendapat perhatian dan penghargaan. Untuk mendukung hal ini, Ibu dapat membaca buku-buku tentang mendisiplin dengan kasih karangan Dr. James Dobson serta buku-buku lain yang mendukung hal praktisnya.
Demikian penjelasan kami, semoga dapat membantu Ibu untuk mendidik anak terkasih. Tuhan memberkati.
Salam: Pengasuh Program Telaga
Judul Baru
T447 A Mekanisme Pertahanan Diri
T447 B Mekanisme Pertahanan Diri
T447 C Mekanisme Pertahanan Diri
T447 D Mekanisme Pertahanan Diri
T447 E Mekanisme Pertahanan Diri
T447 F Mekanisme Pertahanan Diri
T448 A Awas Bahaya Bullying
T448 B Strategi Menghadapi Bullying
T449 A Cyber Bullying
T449 B Menolong Korban Bullying
T449 C Menolong Pelaku Bullying
T450 A Percaturan Relasi Saudara Kandung
T450 B Menjadi Sahabat bagi Saudara Kandung
T450 C Menciptakan Anak-anak yang Rukun
T451 A Cinta Uang Vs Cinta Tuhan
T451 B Cinta Uang Vs Cinta Tuhan
T451 C Mewaspadai Ilah Mamon
T452 A Dampak Kekudusan dan Kerukunan pada Anak
T452 B Pesan dari Milton
T453 A Dosa Keturunan
T453 B Mengapa Dosa Lama Mudah Kembali?
T454 A Berani Mengambil Keputusan
T454 B Antara Rasio dan Perasaan
T455 A Badai di Awal Pernikahan
T455 B Penyesuaian di Awal Pernikahan
T456 A Mengasuh Anak Kembar
T456 B Kesalahan dalam Mendisiplin Anak
T457 A Air menjadi Anggur
T457 B Pincang tapi Berjalan
T458 A Menyelaraskan Perbedaan
T458 B Membangun Pernikahan
T459 A Cepat Tersinggung
T459 B Menyenangkan Hati Orang
T460 A Bimbingan Rohani bagi Korban Bencana
T460 B Penghiburan dalam Kedukaan
- 5071 kali dibaca