Bimbingan Rohani Bagi Korban Bencana

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T460A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Salah satu cara menolong korban bencana adalah dengan memberikan bimbingan rohani yang tepat. Intinya kita berusaha memandu korban untuk kembali percaya kepada Tuhan. Berikut akan dibahas beberapa cara yang bisa kita terapkan
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
  1. Perencanaan hidup. Selain konseling psikologis, diperlukan pula konseling karier. Korban kehilangan mata pencaharian dan mungkin tidak dapat kembali ke karier semula. Lewat konseling karier korban mulai dapat memikirkan dan merencanakan alternatif lainnya.

  2. Berdamai dengan dan bersandar pada Tuhan. Dalam bimbingan rohani, sebagai langkah awal penting bagi kita untuk memastikan kondisi rohani korban sebelum bencana datang. Apakah korban hidup akrab dengan Tuhan? Apakah korban matang secara rohani? Makin hidup dekat dengan Tuhan dan matang rohani, makin mudah korban berserah kepada Tuhan dan mempercayakan hidupnya (termasuk bencana ini) pada kebaikan dan pemeliharaan Tuhan yang sempurna. Sebaliknya, makin tidak akrab dengan Tuhan dan tidak dewasa secara rohani, makin cepat dan mudah korban menyalahkan Tuhan dan mempertanyakan kebaikan maupun pemeliharaan Tuhan.

    Kepada yang dewasa secara rohani, bimbingan rohani lebih merupakan dukungan doa dan penguatan lewat janji Tuhan yang tersurat di Firman-Nya. Kepada yang kurang dewasa, bimbingan rohani untuk sementara ditangguhkan. Bimbingan rohani pada tahap ini cenderung berdampak negatif sebab akan lebih memercikkan api kemarahan kepada Tuhan. Sebaiknya kita hanya mendengarkan kemarahan korban dan memberinya kesempatan melampiaskan keluhannya tanpa mencoba untuk memberinya penjelasan rohani, mengapa Tuhan mengizinkan semua ini terjadi. Setelah reda kemarahannya dan sampai pada tahap menerima, barulah bimbingan rohani dapat dimulai.

    Kuncinya di sini adalah (a) jangan mengaitkan malapetaka dengan kemarahan atau hukuman Tuhan karena memang belum tentu demikian dan (b) jangan menyalahkan korban sebagai penyebab datangnya bencana ini, sehingga korban terus mencari-cari kesalahan atau dosanya.

  3. Dua pertanyaan yang menuntut pergumulan adalah, (a) mengapakah Tuhan membiarkan malapetaka ini terjadi dan (b) apakah maksud Tuhan di belakang malapetaka ini? Sebagai pembimbing kita perlu menuntunnya untuk:

    • Melihat dan memahami karakter Allah yakni baik dan penuh kasih

    • Meyakini bahwa karakter Allah tidak pernah berubah apa pun yang terjadi

    • Menyerahkan ketidakmengertian ini kepada pemeliharaan-Nya

Dengan kata lain, pada akhirnya kita harus memandu korban untuk kembali mempercayai Tuhan. Ini adalah kuncinya. Berilah kepada korban waktu untuk sembuh sebab bagaimanapun juga, malapetaka sebesar ini telah mencederai rasa percaya korban pada karakter dan pemeliharaan Tuhan sebab sebagai insan, kita cenderung mengaitkan kebaikan Tuhan dengan hal-hal baik yang diberikan-Nya.

Firman Tuhan: "Dibuat-Nya padang gurun menjadi kolam air dan tanah kering menjadi pancaran-pancaran air." (Mazmur 107:35)