Pola Pikir Hitam Putih

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T010A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Pola pikir tidak sehat yang mencenderungkan seseorang untuk mengalami problem kejiwaan misalnya depresi. Pola pikir ini disebut pola pikir hitam putih yang membagi pola dalam 2 kutub hitam putih, baik jelek.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Pola pikir hitam putih ungkapan dari seorang pakar psikologi bernama David Burn dalam bukunya New Mood Therapy. Dia menyebutnya Either or atau All or Nothing. Pola pikir hitam putih adalah pola pikir yang cenderung membagi dunia ini dalam 2 kutub hitam atau putih, benar atau salah, jelek atau baik, suka atau tidak suka. Sedangkan hidup ini tidak bisa kita bagi dalam 2 kutub sejelas itu. Hidup ini seperti pelangi di mana banyak warna yang terdapat di antara hitam dan putih. Pola pikir ini juga disebut pola pikir yang tidak sehat yang mencenderungkan seseorang untuk mengalami problem kejiwaan. Pola pikir ini bersumber dari pengalaman-pengalaman masa lampau juga bisa muncul secara genetik.

Seorang anak yang memiliki pola pikir hitam putih ini cenderung mempunyai sikap yang ekstrim, teman itu harus dekat dengan dia, harus mengerti dan setuju dengan dia. Tatkala teman berbeda pandang dengannya dia menganggap teman itu tidak mau mengerti dia, menjauhkan diri dari dia, tidak lagi menyukainya sedangkan bukan itu yang terjadi.

Seseorang yang mempunyai pola pikir ini akan mulai terganggu pada saat dia ingin membangun hubungan yang akrab dengan lawan jenisnya. Sebab akhirnya pasangan itu dituntut untuk mengikuti jejak dia, harus mengikuti pikirannya.

Biasanya ada 2 reaksi yang akan timbul apabila pasangan merasa tidak sanggup atau terlalu letih menghadapi pasangannya yang menuntut sesuatu sempurna:

  1. Dia akan mencoba merasionalisasi, misalnya yang muncul adalah menyalahkan diri, seolah-olah karena sayalah, suami atau istri saya tidak bahagia.

  2. Dia/istri ini akan menyerah, dia akan masa bodoh, dia akan menjaga jarak dengan si suami, bersikap apatis.

Yang sering kali menjadi korban orang yang berpikiran pola hitam putih adalah:

  1. Pasangannya
  2. Anak-anaknya, jadi anak-anak sering kali menjadi korban yang besar sekali karena anak ini benar-benar hidup dalam kungkungan yang kaku yang tidak memberikan dia ruang gerak, dia tidak bisa lagi menjadi dirinya. Sewaktu dia ingin mencoba sesuatu dia akan merasa takut, takut kalau gagal, sebab dia harus memenuhi standar tertentu, kalau tidak ayah akan marah sekali. Jadi ketakutan ini akan menghalangi dia mencoba, sedangkan salah satu unsur yang penting dalam pertumbuhan anak adalah keberanian untuk mencoba.

Dalam bukunya David Burn menuliskan bahwa pola pikir hitam putih adalah benih munculnya gangguan depresi, jadi orang-orang yang mengalami gangguan depresi cenderung memiliki pola pikir hitam putih. Jadi orang seperti ini kalau berhasil dia akan senang, akan tetapi kalau dia gagal sedikit, langsung dia pukuli dirinya secara emosional, dan membuat dia akhirnya:

  1. Benar-benar menabrak tembok dalam hidup, waktu dia menabrak dia jatuh, dia mengalami depresi.

  2. Tidak sampai dia depresi, kalau dia mau percaya pada teman atau konselor atau pendeta yang bisa memberitahu dia. Memberi masukan-masukan bahwa cara pikir tersebut membahayakannya.

Ayub 1:21, "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Kemudian Ayub menyambung: "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan." Dan ayat 22 disambung: "Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut." Ayub tidak memiliki pola pikir hitam putih, seolah-olah di sini Tuhan menarik berkatNya dari Ayub, tapi dia tidak berkata Tuhan jahat. Ayub justru berkata kita harus terima bahwa kita diberkati tapi kita juga terima pada waktu kita tidak merasa dan melihat berkat Tuhan itu. Dan bahkan dia kembalikan hal yang sangat bersifat eksistensial, "Aku datang telanjang, aku datang tidak membawa apa-apa dari kandungan ibuku, makanya dia putuskan Tuhan yang memberi Tuhan yang mengambil terpujilah nama Tuhan. Nah ini benar-benar pola pikir yang di tengah-tengah, tidak hitam putih sama sekali.