Pengembangan Diri

Olah raga hukum alamiah tubuh kemanusiaan kita, olah raga sudah menjadi bagian hidup kita, menolong kita memiliki ketahanan hidup, imunitas tubuh, pola tubuh – pola makan – pola istirahat juga perlu diperhatikan agar tujuan olah raga menjadi berkat.
Kita makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan, perhatikan pola hidup dan pola makan kita yang harus memberi sumbangsih kepada tubuh kita sebagai bait Allah agar supaya kita tetap bisa berkarya bagi Dia.
Tiga model pemimpin dalam hubungan dengan alih kepemimpinan yaitu pemimpin narsisistik, pemimpin regeneratif dan pemimpin multiplikatif. Pemimpin yang baik adalah yang berhasil melahirkan pemimpin baru yang memunculkan generasi berikutnya yang lebih kapabel dan berkembang
Iman dan akal sehat bukanlah hal yang bertentangan, Allah dalam diri manusia Yesus Kristus adalah paradoks, iman sejati dinyatakan lewat berdoa dan bertindak, “Ora et labora”, jadilah murid Kristus yang sedia, senang dan setia untuk belajar.
Toleransi adalah suatu keniscayaan, kita bertoleransi terhadap pelakunya bukan ajarannya, ada titik temu dalam masalah etika dan moral, untuk membangun toleransi antar umat beragama kita perlu mengembangkan sikap dasar untuk saling terbuka, menghargai dan mau berdialog satu dengan yang lain.
Kita tidak bisa memisahkan Injil dan Politik, bagi orang percaya dunia politik bukanlah panggung haram, malah sangat penting untuk digumuli dan ditekuni demi kemajuan bangsa dan kebaikan masyarakat luas.
Menjadi orang percaya dan berpolitik sangat terkait erat, dalam Perjanjian Baru kita tidak dapat memisahkan Injil dan politik, ada kesatuan yang terjadi dimana Injil lahir, tumbuh, berkembang dan menyebar, disanalah ada situasi politik yang menyebar di dalamnya.
Manusia didesain oleh Allah sebagai makhluk sosial dimana, manusia perlu berelasi, baik dengan Tuhan dan sesama manusia. Namun demikian tanpa adanya relasi dengan batasan yang benar maka kita akan membangun sebuah relasi tidak sehat dengan batasan yang tidak jelas, dengan cara mengikari apa yang menjadi milik kita dan mencoba mengaku-aku apa yang menjadi tanggung jawab orang lain. Oleh karena itu hal yang perlu dipelajari ialah kita perlu berelasi tanpa kehilangan identitas kita dan keunikan kita. Jadi setiap manusia membutuhkan relasi yang dalam, dimana relasi tersebut menerima keunikan dan identitas kita dengan berlandaskan pada kasih karunia.
Manusia didesain oleh Allah sebagai makhluk sosial dimana, manusia perlu berelasi, baik dengan Tuhan dan sesama manusia. Namun demikian tanpa adanya relasi dengan batasan yang benar maka kita akan membangun sebuah relasi tidak sehat dengan batasan yang tidak jelas, dengan cara mengikari apa yang menjadi milik kita dan mencoba mengaku-aku apa yang menjadi tanggung jawab orang lain. Oleh karena itu hal yang perlu dipelajari ialah kita perlu berelasi tanpa kehilangan identitas kita dan keunikan kita. Jadi setiap manusia membutuhkan relasi yang dalam, dimana relasi tersebut menerima keunikan dan identitas kita dengan berlandaskan pada kasih karunia.

Halaman