Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, dan saya bersama Ibu wulan, S.Th. kami akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini kami beri judul "Memelihara Hati", kami percaya acara ini pasti akan bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, tatkala saya membaca bagian-bagian dari Alkitab sering kali saya menjumpai kata hati, nah tentunya ini yang dimaksud bukan hati secara jasmaniah lever ini tetapi ada maksud yang lain di situ. Nah salah satu ayat yang saya baca dari kitab Amsal itu mengatakan: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." Nah sekali lagi di sana dari Amsal 4:23 ini dikatakan "Jagalah hatimu", sebenarnya kata hati yang dimaksud di dalam Alkitab itu apa Pak Paul?
PG : Nah kata hati dalam bahasa atau terjemahan aslinya memang mengacu kepada jantung, tapi terjemahan kita pada hati. Nah jantung itu merupakan pusat manusia, jadi seolah-olah sepertinya semuatindakan kita, semua pikiran-pikiran kita itu diatur oleh hati atau oleh jantung.
Nah dengan kata lain firman Tuhan ingin mengajak kita untuk memperhatikan pusatnya kita itu agar jangan sampai yang keluar dari pusat itu hal-hal yang kotor, hal-hal yang bukan membawa kepada kehidupan. Nah sebaliknya kalau kita menjaga hati kita, firman Tuhan menekankan bahwa itu penting sekali sebab hati itu akan mengeluarkan sumber air hidup, nah ini yang akan menjadi pokok bahasan kita Pak Gunawan.
GS : Jadi meskipun hati itu bukan sesuatu yang kasat mata yang bisa kita lihat dengan mata kita, tetapi orang sering kali berkata o.....hatinya kotor, o......hatinya baik begitu Pak Paul, nah itu apa maksudnya?
PG : Saya kira yang dimaksud dengan hati kotor adalah hati yang mempunyai kecenderungan-kecenderungan, pola-pola yang justru tidak membangun, tidak menyehatkan malah bisa merusakkan. Hati yang ersih, hati yang bening itu artinya hati yang bisa melihat realitas dengan tepat.
Seperti kacamata atau seperti kaca, kalau bening kita bisa melihat realitas dengan tepat, tapi kalau kotor kita tidak bisa melihat realitas itu dengan tepat. Maka saya kira sama di sini hati yang bersih membuat kita bisa melihat dan bersentuhan dengan realitas secara tepat, tapi hati yang sudah kotor akan menyulitkan kita melihat dan bersentuhan dengan realitas.
GS : Sering kali dikatakan bahwa anak yang dilahirkan itu hatinya bersih, anak yang kecil itu hatinya masih bersih, tapi ketika dia menjadi dewasa dia mulai terpengaruh atau apa sehingga lama-lama dikatakan hatinya menjadi kotor. Sebenarnya faktor-faktor apa Pak Paul yang bisa mengotori suatu hati manusia itu?
PG : Ada beberapa Pak Gunawan, yang pertama adalah ketakutan. Nah ini memang jarang kita pikirkan bahwa ketakutan itu bisa mempengaruhi hati secara buruk, tidak positif. Ketakutan yang terlalu enguasai hati kita akan membuat kita melihat dunia sebagia tempat yang tidak aman dan akhirnya kita melihat manusia lain sebagai ancaman yang sewaktu-waktu dapat membahayakan kita.
Jadi kalau hati kita penuh dengan ketakutan, kita menjadi orang yang terlalu berhati-hati sampai-sampai kita tidak mudah percaya pada maksud baik sesama. Nah kadang-kadang ini kita bawa juga ke dalam hubungan dengan Tuhan Pak Gunawan, kita menjadi penuh curiga dengan Tuhan. Tuhan itu belum tentu berniat baik kepada kita, akhirnya yang paling baik pun Tuhan berikan kepada kita, kita susah menerima dengan penuh pengucapan syukur. Karena kita bertanya-tanya nah di belakang ini ada apa, jadi hati yang penuh ketakutan akhirnya akan mendistorsi pandangan kita tentang realitas yang sebenarnya dan malah menuduh orang seakan-akan ingin melukai, mengancam kita.
WL : Pak Paul, saya jadi teringat baru beberapa hari yang lalu membaca sebuah tabloid, diceritakan sebuah kisah nyata ada seorang wanita diperkosa hampir setiap hari, tidak setiap hari tetapi sering sekali selama bertahun-tahun sampai bahkan hamil dua kali begitu. Jadi dia itu hampir setiap malam hidup dengan ketakutan Pak Paul, nah seberapa besar, ini 'kan faktor luar dari diri dia, dia mungkin berusaha menjaga hati dia untuk bersih tapi faktor ini secara tidak langsung dan tidak sadar mempengaruhi dia dan memang sampai besar hidup dengan ketakutan, bagaimana itu bukankah dia akan megalami kesulitan berelasi dengan Tuhan, Pak Paul?
PG : Betul, adakalanya kita tidak memiliki banyak pilihan Bu Wulan, kita menjadi korban situasi, menjadi korban perbuatan orang yang jahat kepada kita dan tidak bisa tidak reaksi kita adalah taut, kita tidak mau masalah atau trauma yang sama terulang lagi pada kita.
Nah memang tadi saya katakan ini akan mempengaruhi hati kita, jadi ada orang yang mempunyai alasan untuk bersikap seperti itu, ada orang yang tidak terlalu mempunyai alasan untuk bersikap seperti itu. Nah apapun kondisinya, beralasan atau tidak kita sebaiknya atau sebisanya berusaha untuk bertumbuh tidak diam dalam ketakutan kita, tapi kita bertumbuh membangun relasi dan mulai mempercayai orang kembali bahwa tidak semua orang itu berhati jahat dan ada yang tidak jahat. Nah tugas kita adalah memilah-milah mana yang baik, mana yang jahat dan tidak menyamaratakan semua orang sebagai orang-orang yang tidak bisa kita percayai. Jadi intinya adalah itulah kondisi sebagian dari kita yang mengalami peristiwa yang buruk tapi tetap kita jalan lagi, kita jangan menyerah dan berdiam diri dalam kondisi seperti itu, karena akhirnya akan mempengaruhi relasi dengan orang lain dan juga dengan Tuhan.
GS : Pak Paul, kalau Alkitab berkali-kali mengatakan jangan takut, itu adalah firman Tuhan apakah itu juga dalam rangka menolong manusia, menolong kita supaya hati kita itu makin lama makin bersih itu Pak?
PG : Saya kira ya, Tuhan ingin mengingatkan manusia bahwa masih ada Tuhan dalam dunia ini, dalam hidup ini masih ada Tuhan. Dan bahwa segalanya itu berada dalam kendali-Nya, seburuk apapun peritiwa yang kita alami tetap terjadi dalam perizinan yang Tuhan berikan.
Jadi Tuhan ingin mengingatkan: "Percaya kepadaKu, percaya kepada-Ku, jangan takut masih ada Aku. Nah ini janji yang kita akan terus pegang.
GS : Apakah ada hal lain Pak Paul yang bisa membuat hati seseorang itu menjadi kotor?
PG : Berikutnya adalah kemarahan. Nah ini mungkin bisa berkaitan juga dengan tadi yang dikatakan Ibu Wulan tentang seseorang yang mengalami perkosaan sampai begitu berkepanjangan. Sudah tentu slain dari takut, depresi, putus asa, salah satu yang akan juga dialami olehnya adalah kemarahan, marah kepada orang yang begitu jahat kepadanya.
Nah dengan kata lain, kalau kita mempunyai hati yang dipenuhi dengan kemarahan, sebetulnya kita ini sakit hati ingin melampiaskan kemarahan kita pada siapa atau apapun yang datang menghampiri kita. Kita cenderung melihat tindakan orang sebagai upaya untuk membuat kita marah, meskipun kita tahu sebetulnya bukan itu tujuannya, tapi kalau hati kita penuh dengan kemarahan kita cenderung menyangka orang memang sengaja membuat kita marah. Dan akhirnya kita akan senantiasa menemukan alasan untuk marah, ada orang yang seperti ini. Nah orang yang seperti ini akhirnya tidak bisa melihat realitas dengan tepat, tidak bisa melihat niat baik orang untuk menolongnya, membantunya, dia mungkin akan meledak, akan marah, merasa tersinggung, jadi benar-benar sedikit-sedikit dia marah karena sudah menganggap orang memang sengaja ingin membuatnya marah.
WL : Pak Paul, kalau dalam peristiwa yang berkaitan seperti tadi antara ketakutan dan kemarahan apakah kita bisa dengan mudah mengatakan misalnya jangan sering marah-marah, jangan gampang marah begitu. Terus misalnya yang takut itu, percayalah Tuhan itu menjaga kamu, padahal dia mengalami trauma itu bertahun-tahun Pak Paul, dia berusaha percaya Tuhan jaga, tapi terjadi lagi, terjadi lagi begitu. Terus kita bilang jangan cepat marah, bagaimana bisa mengatakan semudah itu, padahal orang ini 'kan trauma Pak Paul?
PG : Ada waktunya kita marah, sudah tentu dalam kasus seperti tadi itu akan sangat bermanfaat kalau dia bisa mengutarakan kemarahan-kemarahannya. Nah mudah-mudahan dalam pembimbingan yang ditermanya di situlah dia menemukan kebebasan untuk mengungkapkan kemarahan-kemarahannya, nah silakan lakukan itu.
Ketakutannya juga akan menyertai dia sebab memang untuk jangka yang panjang dia akan sangat takut sekali percaya kepada orang, sebab mungkin yang memperkosanya seseorang yang dia kenal yang dia anggap seharusnya bisa melindungi dia, tapi kok malah merugikannya seperti itu. Jadi memang untuk waktu yang panjang dia akan terpengaruh, dan tidak realistik bila kita berkata sekarang juga engkau harus lepaskan dan engkau harus berubah, betul itu. Namun sekali lagi yang saya tekankan adalah jadikan ini sebagai pokok pertumbuhan kita bukan sebagai sesuatu yang akan kita terima untuk seumur hidup kita, bahwa sama seumur hidup saya akan membenci manusia, saya akan tidak mempercayai manusia, nah saya kira kalau kita sampai ke titik itu ya tidak sehat juga.
WL : Berarti sehat juga ya Pak Paul, kalau kita harus lampiaskan "kemarahan" itu pada jangka waktu tertentu, ketakutan kita, dan kita tidak bisa definisikan itu sebagai luapan dari hati yang kotor.
PG : Ya tidak, karena memang adanya kotoran yang masuk ke dalam diri kita yang dilakukan oleh orang-orang, nah itu yang perlu kita bersihkan kembali, dalam pengertian kita mengungkapkan, mengelarkannya sehingga akhirnya tekanan emosi marah dan takut itu akhirnya bisa mulai lepas dari diri kita.
GS : Kemarahan seperti itu Pak Paul, tentu berbeda dengan kemarahan yang juga kita baca dalam Alkitab, Tuhan itu marah, Tuhan Yesus pun marah di Bait Allah. Nah itu sebenarnya bedanya di mana Pak?
PG : Ada alasan yang jelas, jadi yang saya coba tekankan adalah hati yang bersih bisa melihat dan bersikap kepada realitas secara tepat. Kalau memang kita harus marah kepada realitas yang membut kita itu marah, silakan marah.
Tuhan bersikap marah kepada orang Israel karena tidak patuh, karena menyembah illah lain dan sebagainya. Jadi ada waktunya kita marah tapi tepat sasaran. Yang saya tadi coba ungkapkan adalah hati yang dipenuhi kemarahan terus-menerus sehingga membabi buta, tidak tepat sasaran. Tidak ada orang yang ingin membuatnya marah, dia anggap sengaja membuatnya marah dan sebagainya.
GS : Jadi kalau kita marah kepada anak yang tidak disiplin segala itu masih bisa (PG : Wajar dam seharusnyalah kita marah). Kalau kita tidak marah mereka malah menjadi-jadi. Selain itu apa ada lagi Pak Paul?
PG : Yang lain adalah kecemasan. Kecemasan ini artinya kita melihat ketidakpastian dalam setiap aspek kehidupan. Saya mengerti memang tidak ada yang pasti dalam hidup ini, tapi juga jangan sampi kita senantiasa hanya melihat ketidakpastian dalam hidup.
Kita menjadi orang yang hanya menyoroti sisi negatif dari segalanya atau istilah yang lebih populer sekarang ini negatif thinking, kita akhirnya juga gagal melihat yang baik karena hanya melihat sisi yang buruk. Nah hidup seperti ini hidup yang mencemaskan dan hati kita penuh dengan ketakutan atau kecemasan-kecemasan kecil seperti ini, sehingga melihatnya yang negatif, melihatnya yang buruk nah orang yang seperti ini saya kira tidak juga bisa melihat realitas dengan tepat.
GS : Pak Paul, mengenai kecemasan, kadang-kadang kita itu cemas terhadap sesuatu yang kita sendiri tidak tahu, tetapi hati ini risau Pak Paul, kecemasan macam apa itu Pak?
PG : Yang tadi Pak Gunawan ungkapkan adalah bisa jadi memang kita ini sedang mencemaskan sesuatu yang kita tidak ingat atau sadari, tapi kita bawa kecemasan itu, sehingga akhirnya kita terus measakan adanya riak-riak, gelombang-gelombang dalam jiwa kita yang membuat kita tidak bisa tenang.
Tapi juga bisa kita memang orang yang mempunyai banyak kecemasan dalam hidup, sehingga kita tidak bisa melihat keindahan hidup ini, kita hanya menyoroti keburukan hidup ini. Nah ada orang yang juga seperti itu sehingga jarang bisa mengucap syukur, jarang bisa berterima kasih, yang lebih sering keluar dari mulutnya adalah misalnya keluhan atau bahkan umpatan.
GS : Tetapi kejadian yang berikutnya itu memang membuktikan kecemasannya itu Pak Paul. Saya punya teman seperti itu lalu betul anaknya misalnya tertabrak, betul suaminya telepon dipecat.
PG : Ok, kalau misalkan memang dia mempunyai naluri yang kuat seperti itu dan hanya terjadi kadang-kadang saya kira itu wajar. Kalau setiap hari dia cemas nah itu menjadi tidak wajar, berarti pkirannya terlalu dikuasai oleh hal-hal yang negatif, seolah-olah hal yang negatif itu selalu siap untuk menerkamnya.
WL : Maksud Pak Paul kalau kita cemas sedikit saja tidak apa-apa, Pak Paul?
PG : Maksud saya begini, jangan sampai segala hal kita pandang dari sisi negatif bahwa seolah-olah hidup itu penuh dengan hal-hal yang negatif yang selalu siap untuk menghadang kita. Nah ada orng yang selalu menyoroti hidup dari sisi negatif seperti itu.
WL : Ya maksud saya kalau yang cemas sedikit-sedikit, khawatir sedikit-sedikit kan tidak apa-apa, karena saya pikir sehat juga. Karena kalau kita tidak pernah khawatir tentang apapun juga, kita tidak pernah planning apapun. Misalnya mempunyai anak karena kita khawatir nanti masa depannya bagamana, itu sebabnya kita merencanakan dia harus sekolah di mana yang lebih baik, harus bagaimana-bagaimana, bisa begitu Pak Paul maksudnya?
PG : Baik sekali, tidak apa-apa ya, jadi yang penting seimbang. Kita bisa melihat yang positif dan negatif, nah orang yang hatinya dipenuhi kecemasan hanya melihat yang negatif dia gagal meliha ada sisi positifnya juga.
GS : Ada juga orang itu yang selalu hidup di dalam persaingan yang rasanya tidak ada akhirnya Pak Paul. Setelah dia mencapai sesuatu dia berusaha lagi, berusaha lagi, orang mengatakan seperti dia itu berambisi Pak.
PG : Ya itu masuk dalam kategori kekuasaan Pak Gunawan, jadi orang ini memang haus akan kuasa dan melihat segala hal dari ukuran kuasa. Dengan kata lain yang tadi Pak Gunawan katakan, dia memanang sesama sebagai pesaing yang harus dia taklukkan dan akhirnya hidup tidak bisa damai dengan realitas, dia selalu melihat realitas seolah-olah sedang menantang, dia harus taklukkan.
Susah sekali orang seperti ini hidup rukun dengan sesama tanpa prasangka apa-apa, selalu ingin maju, ingin di depan dan harus nomor satu orang lain harus dia kalahkan.
WL : Tapi Pak Paul, kalau saya amati pria lebih rentan dibandingkan dengan wanita tentang topik kekuasaan ini, mengejar kekuasaan. Saya pikir waktu iblis mencobai Tuhan Yesus juga bidang ini yang dikejar, ayo tunjukkan kuasa-Mu.
PG : Saya kira itu betul karena memang nomor satu pria lebih mengandalkan otot dan otot itu identik dengan kuasa juga. Pada masa kecil waktu dia diejek dia harus misalkan berkelahi menunjukkan totnya, nah waktu dia menang dia menjadi orang yang lebih berkuasa daripada orang yang dikalahkan, jadi saya setuju pria lebih rentan terhadap hal ini.
GS : Sebenarnya ada suatu kenikmatan tersendiri Pak Paul pada waktu kita bisa katakan mengalahkan orang lain atau mencapai sesuatu yang kita idam-idamkan Pak, apakah itu sesuatu yang salah?
PG : Saya kira tidak selalu salah, jadi intinya adalah hal ini jangan sampai menguasai kita. Adakalanya kita ingin menang dan itu adalah hal yang positif, kita mempunyai daya kompetitif, tapi jngan sampai itulah yang mengisi hidup kita atau hati kita sehingga akhirnya kita melihat orang di sekeliling kita sebagai orang-orang yang sedang mencoba bersaing dengan kita.
GS : Berarti unsur kenikmatan itu bisa mengganggu hati kita juga Pak Paul?
PG : Bisa Pak Gunawan, jadi salah satu faktor lain yang bisa mengotori hati kita ialah kenikmatan. Kita dikuasai oleh segala jenis kenikmatan yang memberi kelegaan sementara misalnya seks, narkba, harta, jadi yang kita pikirkan hanya itu, bagaimana bisa mendapatkan hal-hal ini.
Akhirnya kita tidak bisa berhubungan dengan lawan jenis kita dengan murni, tidak berani menghadapi stres dalam hidup karena kita lari ke narkoba dan sebagainya.
WL : Berarti Pak Paul, kalau seorang anak Tuhan yang menjaga hatinya bersih berarti tidak boleh menikmati, di sini 'kan katanya kenikmatan jadi harus hidup yang puritan, benar-benar "suci banget", apakah seperti itu maksudnya Pak Paul?
PG : Bukan, karena memang kenikmatan adalah bagian dari pemberian Tuhan, nah misalkan dalam hal hubungan seksual antara istri dan suami kita, itu bagian yang memang Tuhan berikan kepada kita. Nmun jangan sampai kita menjadi orang yang dikuasai oleh pikiran-pikiran ini sehingga yang kita cari adalah kenikmatan, tidak ada hal lain yang kita cari.
Dan segala hal kita hanya ukur dari sudut itu saja.
GS : Padahal tuntutan kenikmatan itu selalu bertambah terus Pak Paul?
PG : Ya maka kita harus menjaga juga, jangan sampai akhirnya terlalu tinggi dan menguasai kita. Ada orang yang hidupnya itu benar-benar dari satu kenikmatan kepada kenikmatan lainnya, dia tidakbisa hidup benar-benar lepas dari kenikmatan.
WL : Pak Paul, saya cuma mau tanya, tadi 'kan Pak Paul menyebut bahwa kenikmatan ini memberikan kelegaan tapi hanya sementara maksudnya bagaimana Pak Paul?
PG : Tidak ada yang permanen, kita misalkan mencari-cari harta, baju, kita membeli satu baju hanya akan memberikan kenikmatan misalnya selama sebulan, dua bulan, setelah itu baju yang sama tida lagi memberikan kenikmatan seperti pertama kali kita memakainya.
Ada orang yang terus mencari itu dan itulah yang menjadi pemenuhan kebutuhannya. Saya kira kalau hati diisi oleh keinginan seperti ini tidak bersih lagi, tidak bisa melihat realitas kehidupan.
WL : Padahal kodrat manusia memang tidak pernah puas Pak Paul?
PG : Betul, jadi kita harus bisa menjaganya.
GS : Nah sehubungan dengan yang Bu Wulan katakan tidak pernah puas Pak Paul, itu suatu ketamakan atau keserakahan ya?
PG : Ya dan itu salah satu hal yang mengotori hati kita Pak Gunawan, yaitu kita ingin memiliki lebih dan tidak pernah merasa cukup akhirnya kita cenderung mengesploitasi orang demi keuntungan pibadi.
Jadi orang yang tamak hanya memikirkan apa yang bisa aku sedot lagi, apa yang bisa aku peroleh lagi, jarang atau tidak bisa memikirkan apa yang aku bisa berikan kepada orang, sekali lagi dia gagal melihat hidup dengan benar.
GS : Kalau begitu bagaimana kita harus memelihara hati ini supaya jangan dikuasai oleh hal-hal yang seperti itu, Pak Paul?
PG : Tuhan meminta kita untuk menjaga hati kita Pak Gunawan, karena kalau tidak unsur pencemaran akan mudah muncul. Jadi langkahnya adalah, karena Tuhan meminta kita menjaga kita harus akui kalu memang ada keinginan atau kebutuhan tertentu itu.
Nah keinginannya atau kebutuhannya mungkin sekali tidak apa-apa, tapi kita harus perhatikan cara pemenuhannya, caranya itu jangan sampai cara yang tidak berkenan kepada Tuhan.
GS : Artinya tidak berkenan itu yang melampaui batas-batas kewajaran itu Pak?
PG : Betul, misalkan gara-gara kita menginginkan harta misalnya kita menginginkan satu televisi, akhirnya kita melakukan hal yang salah. Kita mengambil uang yang bukan milik kita, kita memeras rang dan sebagainya nah cara salah itulah yang Tuhan tidak perkenankan, keinginannya itu sendiri saya kira manusiawi.
WL : Berarti sangat berlawanan dengan apa yang orang-orang dunia percaya, dengan tujuan menghalalkan cara Pak Paul, sedangkan buat kekristenan tidak seperti itu Pak Paul.
PG : Betul, karena Tuhan melihat dua-duanya tujuannya dan juga caranya.
GS : Pak Paul, apakah ada ayat firman Tuhan yang mendukung ini semua?
PG : Yang lain adalah firman Tuhan berkata bahwa hati yang bersih itu akan memancarkan air kehidupan, dengan kata lain hati yang kotor juga akan memancarkan air yang kotor. Firman Tuhan adalah ir yang bersih itu jadi kita mesti mengisi hati kita dengan firman Tuhan.
Nah ini yang Tuhan Yesus katakan kepada perempuan Samaria : "Barangsiapa minum air ini ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya akan menjadi mata air di dalam dirinya yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." Ini saya ambil dari
Yohanes 4:13,14. Jadi intinya adalah kadang-kadang memang kita tidak bisa menguasai, menjaga hati kita dengan seksama, dengan kekuatan kita sendiri kita memerlukan kekuatan Tuhan. Dan firman Tuhanlah yang akan terus membasuh hati kita, meluruskan motivasi kita, yang menegur cara kita yang mungkin tidak tepat, nah firman Tuhan itulah yang harus kita isi. Maka saya tidak akan terkejut kalau orang mudah sekali akhirnya melenceng kalau dia tidak dengan konsisten setia mengisi hatinya dengan firman Tuhan, tapi orang yang terus haus dan dahaga akan kebenaran dia akan dipuaskan oleh firman Tuhan.
GS : Tapi bagaimana dia memiliki kehausan itu kalau dia tidak menyadari akan kebutuhan itu Pak Paul?
PG : Dia mesti memang melakukannya dengan kesadaran yaitu saya perlu, saya ini tidak bisa hidup tanpa firman Tuhan, jadi saya mau membiasakan diri membaca firman Tuhan dengan teratur kalau bisasetiap hari agar firman Tuhan menjadi bagian dari pikiran kita yang alamiah.
WL : Pak Paul, tadi firman Tuhan dari Yohanes 4 itu mengatakan mata air yang ada dalam diri kita yang kita terima dari Tuhan, yang tadi analoginya pada perempuan Samaria itu akan terus-menerus memancar. Saya berpikir kita masih manusia berdosa termasuk perempuan itu tadi, apakah akan terus tidak pernah gagal, terus-menerus memancarkan maksudnya hati yang bersih itu, saya pikir tidak juga Pak Paul?
PG : Saya kira realistik untuk kita menyadari tidak selalu kita akan dapat memancarkan air kehidupan itu, adakalanya yang muncul mungkin kata-kata kasarlah atau kemarahan yang tidak semestinya an sebagainya, saya kira itu bagian dari kehidupan kita sebagai manusia.
Tapi yang penting kita menyadari ya sudah kita perbaiki, kita meminta Tuhan menolong kita untuk lain kali tidak mengulanginya lagi.
GS : Itu yang terpenting adalah sumbernya itu harus dibetulkan dulu oleh Tuhan Pak Paul, bahwa kadang-kadang airnya itu kotor karena pengaruh-pengaruh dari luar hal itu bisa terjadi dalam semua sumber, tetapi dari sumber yang bersih itu tidak mungkin keluar yang kotor kata firman Tuhan.
Terima kasih sekali Pak Paul juga Ibu Wulan untuk perbincangan ini juga para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah dengan setia mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Memelihara Hati". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id, saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.END_DATA