Melampaui Efisiensi

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T380A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kita hidup di era efisiensi. Kata efisiensi mengandung arti melakukan atau menghasilkan sebanyak mungkin dengan tenaga dan waktu sesedikit mungkin. Segala perencanaan yang kita buat didasarkan atas hukum efisiensi. Tidak boleh ada yang terbuang, semua mesti terpakai sebaik mungkin — termasuk tenaga dan waktu. Lewat pembahasan ini kita melihat bahwa Tuhan tidak selalu bekerja berdasarkan hukum efisiensi. Kehendak Tuhan berada di atas hukum efisiensi.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Kita hidup di era efisiensi. Kata efisiensi mengandung arti melakukan atau menghasilkan sebanyak mungkin dengan tenaga dan waktu sesedikit mungkin. Segala perencanaan yang kita buat didasarkan atas hukum efisiensi. Tidak boleh ada yang terbuang, semua mesti terpakai sebaik mungkin—termasuk tenaga dan waktu. Lewat pembahasan kali ini kita melihat bahwa Tuhan tidak selalu bekerja berdasarkan hukum efisiensi. Kehendak Tuhan berada di atas hukum efisiensi.

Ada empat mukjizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagaimana dicatat di Lukas 8:22-56. Keempat mukjizat tersebut terjadi pada hari yang sama. Pertama, Tuhan meneduhkan angin ribut dalam perjalanannya ke Gerasa. Kedua, Tuhan membebaskan seseorang yang dirasuk setan di Gerasa. Ketiga, Tuhan menyembuhkan perempuan yang selama 12 tahun menderita pendarahan. Dan, keempat Tuhan menyembuhkan dan menghidupkan kembali anak Yairus, pengurus rumah ibadat.

Bila kita meneropong semua ini dari lensa modern, kita akan berkata bahwa Tuhan sibuk dan pekerjaan-Nya banyak. Itu sebab seyogianya Ia mengatur waktu dan penggunaan tenaga-Nya seefisien mungkin, supaya target dapat tercapai dan tidak ada yang terbuang. Namun ternyata bukan itu yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Dari lensa kita yang hidup di masa kini kita harus mengakui bahwa Tuhan Yesus tidak melakukan pekerjaan-Nya sesuai dengan prinsip efisiensi. Coba kita telusuri mulai dari yang paling belakang, yakni penyembuhan putri Yairus.

Pada waktu Tuhan tiba di rumah Yairus, putrinya telah meninggal. Singkat kata Tuhan datang terlambat—dari kacamata manusia. Masalahnya adalah, seharusnya itu tidak terjadi. Tuhan Yesus berangkat dari Galilea, wilayah di mana Ia membangkitkan putri Yairus, menyeberang danau Tiberias, ke Gerasa. Inilah titik awal perjalanan-Nya. Kalau saja Ia menilik putri Yairus sebelum ia menyeberang danau, putri Yairus tidak harus meninggal dunia. Tetapi, sebagaimana kita ketahui, Ia datang setelah Ia kembali dari Gerasa, bukan sebelumnya.

Sebagai Putra Tunggal Allah, kita mafhum bahwa Yesus tahu segalanya—termasuk kondisi sakit putri Yairus. Jika kita berada di posisi Tuhan Yesus, maka pastilah kita akan kunjungi putri Yairus terlebih dahulu sebelum berangkat ke Gerasa, supaya ia tidak sampai harus meninggal dunia. Inilah efisiensi. Dan, itulah yang dilanggar-Nya.

Berikutnya, Tuhan Yesus tidak mendapat sambutan hangat di Gerasa. Bukannya menerima ucapan terima kasih karena Ia telah membebaskan seseorang dari belenggu iblis yang begitu dahsyat, Ia malah disuruh pergi. Itu yang membuat Tuhan Yesus kembali ke Galilea. Perjalanan ke Gerasa begitu sulit—melewati danau dan angin ribut—dan di Gerasa Tuhan Yesus hanya dapat melakukan satu mukjizat. Dari segi efisiensi, ini adalah pemborosan tenaga dan waktu—belum lagi bila dilihat dari lensa manusia, ini pun menyerempet bahaya diterjang badai.

Berdasarkan pengamatan ini, ada 3 pelajaran yang bisa kita petik.

  • Pertama, kita tidak selalu dapat memahami penggunaan waktu dan cara kerja Tuhan. Sepandai-pandainya kita berpikir, mustahil kita akan bisa mengerti dengan jelas penggunaan waktu dan cara kerja Tuhan. Itu sebabnya, hidup dengan Tuhan menuntut iman. Kita pun mesti percaya bahwa kehendak-Nya lebih baik daripada kehendak kita.
  • Pelajaran kedua yang dapat kita petik adalah ternyata di dalam daftar prioritas Tuhan, "mendesak" tidak sama dengan "penting." Menyembuhkan anak Yairus adalah hal yang mendesak—bukankah ia sudah sakit sekarat? Sedang, membebaskan orang yang dirasuk setan adalah pekerjaan yang tidak "mendesak" sebab bukankah itu bisa dilakukan kemudian? Perbedaan waktu beberapa jam tidaklah terlalu membuat banyak perbedaan. Namun Tuhan memprioritaskan pergi ke Gerasa. Itu terlebih penting bagi-Nya.
  • Pelajaran ketiga yang dapat kita petik adalah, bagi Tuhan tidak ada suatu pun yang terlalu berat. Bagi Kristus Sang Juruselamat, meneduhkan angin ribut, membebaskan orang dari belenggu iblis, menyembuhkan pendarahan, dan membangkitkan orang mati—semua sama ringannya. Kepada Yairus Tuhan Yesus berpesan (Lukas 8:50), "Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat." Pesan yang sama ingin Tuhan sampaikan kepada kita. Jangan takut, percaya saja, dan persoalan apa pun yang kita hadapi, Ia akan sanggup menolong kita!