Keterampilan Untuk Memahami

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T354B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Memahami orang lain bukanlah hal yang mudah, karena dituntut untuk bisa memahami pemikiran dan perasaan seseorang. Kendati sulit, keterampilan ini sangatlah dibutuhkan untuk membangun suatu relasi yang sehat dan langgeng. Untuk itu disini dipaparkan bagaimana cara memahami yang benar dan mudah diterapkan
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Salah satu keterampilan penting yang mesti dikuasai dalam hidup adalah keterampilan untuk memahami. Yang saya maksud dengan keterampilan untuk memahami adalah kemampuan untuk MENGERTI PEMIKIRAN DAN PERASAAN ORANG. Singkat kata, keterampilan ini memungkinkan kita untuk menempatkan diri dalam posisi dan diri orang sehingga kita bukan saja dapat mengerti alam pemikirannya, tetapi juga alam perasaannya.

Inilah keterampilan yang kerap disebut sebagai keterampilan untuk BEREMPATI. Tanpa kemampuan untuk memahami, mustahil buat kita MEMBANGUN RELASI yang sehat dan langgeng. Itu sebabnya penting bagi kita untuk mengerti, bagaimanakah caranya menumbuhkan keterampilan untuk memahami.

  • Hal pertama yang mesti kita ketahui adalah, sesungguhnya keterampilan untuk memahami bukan sepenuhnya berasal dari asahan lingkungan. Dengan kata lain, sama seperti keterampilan lainnya, FAKTOR BAWAAN ATAU LAHIRIAH BERPERAN BESAR dalam keterampilan ini.
  • Kendati demikian, itu tidak berarti bahwa kita tidak dapat belajar memahami. Sama seperti keterampilan lainnya, keterampilan memahami DAPAT DIKEMBANGKAN walaupun pada akhirnya kualitas masing-masing pribadi untuk memahami tidak sama. Namun meskipun tidak sama dan mungkin tidak dapat mencapai kualitas tertinggi, pada akhirnya kemampuan untuk memahami bahkan pada kadar yang rendah pun sudah cukup untuk membangun relasi yang langgeng dan sehat.
  • Berikut, sama seperti keterampilan sosial lainnya, keterampilan untuk memahami paling efektif untuk dipelajari—dan diajarkan—pada MASA BELIA. Pada umumnya anak kecil jauh lebih mudah dan tanggap untuk belajar. Jadi, masa kecil adalah masa terbaik untuk menumbuhkan keterampilan untuk memahami.
  • Oleh karena orang pertama yang dikenal anak adalah orang tua dan orang yang paling banyak terlibat dalam kehidupannya juga adalah orang tua, maka ORANG TUA ADALAH GURU YANG PALING EFEKTIF untuk mengajarkan keterampilan untuk memahami.
  • Sama seperti keterampilan sosial lainnya, keterampilan untuk memahami paling tepat diajarkan LEWAT CONTOH KEHIDUPAN YANG KONKRET. Orang tua mesti mendemonstrasikan keterampilan untuk memahami lewat situasi kehidupan yang riil, baik yang berkaitan dengan anak itu sendiri ataupun orang lain. Misalkan, ketika anak mendapatkan nilai ujian yang tidak memuaskan, orang tua dapat menanyakan apa penyebabnya dan berusaha memahami kesulitan anak, tanpa menghakimi atau menghukumnya. Jika hal seperti ini terjadi berulang kali, secara alamiah anak pun mulai mencontoh tindakan orang tuanya sewaktu ia diperhadapkan dengan situasi kehidupan yang serupa.
  • Selain dari contoh konkret, orang tua juga dapat mengajarkan keterampilan untuk memahami kepada anak melalui APA YANG DIALAMI OLEH SI ANAK. Misalnya, anak mengadu bahwa ia dikucilkan oleh teman-temannya. Mungkin kita dapat mengajaknya untuk melihat dirinya dari kacamata temannya. Kita dapat menanyakan apakah yang mereka katakan tentang penyebab mengapa mereka tidak mau berteman dengannya. Bila ia menjawab, bahwa teman-teman menuduhnya egois, mungkin kita dapat menanyakan kepadanya, alasan mengapa mereka sampai menuduhnya egois. Mungkin ia tidak bermaksud egois, namun tanpa disadarinya, tindakan atau sikapnya membuat teman-teman beranggapan bahwa ia adalah seorang anak yang egois. Pada waktu anak mulai dapat melihat dirinya dari sudut pandang orang lain, ia pun mengembangkan kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain dan ini akan menjadi modal baginya untuk berempati—memahami alam pemikiran dan perasaan orang lain.
  • Terakhir, orang tua dapat pula mengajarkan keterampilan untuk memahami melalui PEMBAHASAN AKAN TOPIK YANG SAMA. Misalnya, sewaktu kita tengah membahas atau membicarakan tentang tindakan Raja Herodes Agung yang memerintahkan pembunuhan anak berusia dua tahun ke bawah setelah mendengar kelahiran Bayi Yesus, kita pun dapat menjelaskan bahwa raja ini adalah seorang pribadi yang tidak memunyai keterampilan untuk memahami. Ia tidak mengerti pemikiran dan perasaan orang tua yang mesti kehilangan anaknya. Dan, semua ini dikarenakan oleh sifat egoisnya belaka—yang tidak ingin kehilangan takhtanya.

Kesimpulan : Keterampilan untuk memahami adalah keterampilan yang penting bukan saja untuk membangun relasi yang sehat dan langgeng tetapi juga untuk MENUMBUHKEMBANGKAN SIFAT BERBELAS KASIHAN. Tanpa keterampilan untuk memahami, mustahil kita dapat berbelas kasihan atas penderitaan sesama. Firman Tuhan di Roma 15:1 mengingatkan, "Kita yang kuat wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan sendiri."