Bahaya Pertemanan Online

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T502A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Lindungi anak kita dari para pemangsa di dunia maya. Ingatkan anak mengenai bahaya pertemanan online, ikutilah perkembangan hidup anak dan terlibat di dalamnya, sambut teman anak kita, dan bangunlah relasi yang hangat di dalam rumah.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Salah satu ketakutan orangtua dewasa ini adalah pertemanan yang dijalin anak secara on-line. Lain dengan teman sekolah atau teman gereja yang dapat dikenal secara langsung, teman yang diperoleh secara on-line benar-benar berada di luar jangkauan kita, orang tua. Ketakutan ini beralasan. Sebagian teman yang dikenal lewat on-line adalah anak remaja biasa yang hanya mempunyai satu keinginan—berteman. Masalahnya adalah sebagian lagi bukan remaja biasa; mereka adalah remaja bermasalah. Dan, sebagian lagi adalah orang dewasa yang jauh lebih tua. Singkat kata mereka adalah pemangsa yang mencari mangsa dan mangsanya adalah anak-anak kita yang lugu. Berikut akan dipaparkan apa yang mesti kita perbuat sebagai orang tua.

  1. Kita harus mengingatkan anak akan bahaya ini sebelum mereka bertemu dengan orang lewat on-line. Pada masa anak berusia pra-remaja kita mesti memberitahukan anak ciri-ciri orang jahat yang mencari mangsanya secara on-line. Pada umumnya mereka dapat dibagi dalam tiga golongan:

    1. anak sebaya yang bermasalah,
    2. orang dewasa yang berpura-pura berusia sebayanya dan
    3. orang dewasa yang tidak berpura-pura berusia sebaya tetapi berusaha keras untuk menjalin relasi romantik dengannya.
    Kita perlu memberitahukan anak bahwa para pemangsa ini mendekatinya untuk memperoleh sesuatu darinya, baik itu uang atau tubuhnya. Pada umumnya mereka mendekati anak dengan berpura-pura menjadi sahabat yang mengerti pergumulannya. Jika anak merasa kesepian, mereka akan meyakinkan anak bahwa mereka mengasihinya. Mereka pun kadang mengatakan bahwa sebelum mereka berjumpa dengan anak, mereka hidup tidak benar. Tetapi setelah bertemu dengan anak, mereka berubah menjadi baik. Nah, perkataan-perkataan seperti ini membuat anak merasa diri berharga—bahwa kehadiran dan nasihatnya didengarkan dan menjadi berkat untuk orang lain. Selain itu, karena mereka menunjukkan sikap bahwa mereka telah berubah, anak pun melihat mereka sebagai orang baik-baik. Alhasil anak mulai percaya kepada mereka dan di titik ini biasanya mereka mengajak bertemu. Tidak jarang mereka pun mengundang anak untuk main-main di rumah mereka. Kita perlu memberitahukan anak akan ciri-ciri pemangsa supaya anak berhati-hati. Sudah tentu kita tidak mau membuat anak mengembangkan takut berlebihan. Kita perlu menyeimbangkan peringatan kita dengan pengakuan bahwa di dunia ada banyak orang yang baik. Terpenting adalah kita mengajarkan anak untuk menjalin persahabatan secara aman—yakni lewat teman di sekolah atau di gereja. Di dalam dunia yang riil anak dapat mengenal teman secara riil pula; di dalam dunia maya siapa pun dapat menyembunyikan identitasnya.
  2. Sebagai orang tua kita harus mengikuti perkembangan hidup anak dan sedapatnya, terlibat di dalamnya. Secara berkala kita mesti menanyakan tentang teman-temannya. Pertanyaan seperti ini membuat anak tahu bahwa kita memantaunya dan bahwa ia tidak bebas melakukan apa saja. Anak yang tahu bahwa ia diawasi cenderung bersikap lebih berhati-hati; sedang anak yang dibiarkan bebas, cenderung bertindak tanpa pemikiran yang panjang. Sungguhpun demikian sedapatnya kita mendekatkan diri kepada anak bukan sebagai hakim atau polisi tetapi sebagai teman. Ia perlu tahu bahwa ia dapat bercerita kepada kita tanpa takut disalahkan, apalagi dimarahi. Di dalam iklim keterbukaan dan percaya anak akan lebih terbuka berbagi cerita tentang apa yang dialaminya, termasuk perjumpaannya dengan teman di dunia on-line. Alhasil kita pun lebih berkesempatan memberikannya nasihat.

  3. Kita perlu menciptakan suasana di dalam rumah bahwa kita akan menyambut dan memerlakukan teman-temannya sebagai teman kita pula. Ini tidak mudah sebab kadang kita memang tidak nyaman dengan teman-temannya. Namun tetap, sedapatnya bersikaplah terbuka sebab hanya dengan cara inilah ia akan berani mengundang teman-temannya bermain ke rumah. Jadi, jika ia berkata bahwa ia baru saja berkenalan dengan seseorang lewat on-line, katakan bahwa kita pun ingin bertemu dengan teman barunya itu. Biasanya, bila orang itu adalah pemangsa, ia akan mengelak dari undangan itu. Ia akan berusaha mengajak anak bertemu di luar dan ia akan memberi seribu satu alasan mengapa ia tidak bisa datang ke rumah kita. Nah, perilaku seperti ini menjadi pertanda bahwa mereka bukanlah orang baik-baik, mereka adalah pemangsa. Itu sebab mereka berusaha menjauhkan anak dari orangtua dan mengajak anak untuk merahasiakan pertemanan ini. Jadi, sekali lagi, sedapatnya ciptakan suasana rumah yang terbuka dan menyambut teman anak supaya kita lebih dapat memantau siapakah teman-temannya.

  4. Kita mesti menjalin relasi yang hangat dengan anak. Sebagian besar anak yang menjadi korban pemangsa on-line adalah anak yang haus perhatian dan kasih sayang. Itu sebab kita tidak dapat melalaikan tanggung jawab kita; jangan sampai kita menciptakan kebutuhan dalam diri anak yang tak terpenuhi sehingga akhirnya ia mesti mendapatkannya dari orang di luar. Ingat, para pemangsa ini masuk ke dalam hidup anak lewat jalur perhatian dan kasih. Namun kadang kita tetap menghadapi masalah ini kendati kita telah memberikan perhatian dan kasih yang cukup kepada anak. Bagaimanapun pada usia remaja selain kasih dan perhatian orangtua, anak pun membutuhkan kasih dan perhatian teman—terutama dari lawan jenis. Anak ingin dikagumi dan dicintai secara romantis. Apabila anak bukanlah figur yang menarik dan tidak populer, ia lebih rentan terhadap rayuan para pemangsa ini.

    Itu sebab kita harus memberi waktu dan perhatian yang lebih kepada anak yang secara fisik kurang menarik, apalagi jika kita melihat bahwa ia tidak memiliki banyak teman. Sedapatnya usahakanlah agar anak terlibat dalam kegiatan yang sehat supaya ia dapat menggunakan talentanya dan bersumbangsih. Terpenting adalah kita tidak menunjukkan sikap bahwa kita mengasihaninya; perlakuan mengasihaninya membuatnya terpuruk dan tidak berharga.