Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bp. Heman Elia, M.Psi. Beliau adalah seorang dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang “Pengakuan akan Kelemahan Diri”. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Heman, kalau kita mengakui tentang kelemahan diri, padahal kita melihat orang berlomba-lomba mencari prestasi, berlomba-lomba menunjukkan kelebihannya apakah ini pembicaraan yang cukup relevan atau tidak?
HE : Saya rasa justru dalam kondisi semacam ini pengakuan akan kelemahan diri akan semakin relevan. Soalnya kemampuan untuk mengakui kelemahan merupakan salah satu kwalitas kepribadian yang pening yang mulai terhilang dari kita.
Ketika kita mulai melihat kekurangan diri, kita mulai berfikir untuk memperbaiki diri. Jadi proses belajar dan mengembangkan diri berawal dari kesadaran dan pengakuan akan keterbatasan diri.
GS : Justru seringkali masalahnya disitu. Pak Heman katakan kwalitas bagian yang penting, tapi sekarang ini justru orang tidak mementingkan kwalitas yang penting ada, murah, tersedia, kemudian orang mau membeli. Demikian juga terimbas pada kehidupan kita, orang tidak lagi memperhatikan kwalitas hanya kwantintas dan hal ini apakah tidak mengganggu atau tidak merepotkan seseorang mengakui kelemahannya.
HE : Memang ini akan cukup mengganggu tapi kita harus ingat bahwa hidup kita tidak hanya mengejar murah, mudah dan yang instan, tetapi kita juga mengejar hal-hal yang punya arti, yang mulia yan kita harus kejar.
GS : Bahkan yang bersifat kekal. Masalahnya kalau kita mengakui kelemahan kita orang akan meninggalkan kita atau paling tidak orang akan merendahkan kita tidak menghargai kita, apakah betul seperti itu?
HE : Kenyataannya sering tidak demikian karena orang yang cenderung kita dekati dan kita senangi itu justru orang yang kurang menyadari atau mengakui keterbatasannya. Sebab pengakuan akan kelemhan membuat orang lain merasa mereka dibutuhkan dan penting relasinya dengan kita.
Selain itu keterbukaan kita membuat orang lain merasa diundang masuk ke dalam diri kita, membuat orang lain lebih mendekat kepada kita. Orang lain juga bisa merasa senasib dengan kita, dengan pengertian karena kita pun memiliki kelemahan yang sama seperti orang lain itu.
GS : Tapi ada sebagian orang lain yang justru tidak mau didekati oleh orang-orang yang menyatakan bahwa dirinya lemah, dirinya penuh kekurangan, dirinya memerlukan bantuan. Dengan alasan orang seperti ini akan merepotkan saya sehingga dia menjauh atau orang itu yang disuruh pergi.
HE : Tentu ada orang-orang yang demikian, dalam hal ini kita memang mengakui kelemahan diri tetapi tidak berarti kita bergantung kepada seseorang. Memang kalau kita mempunyai kelemahan kita memuka, tapi bukan kita ingin pertolongan orang lain dan meminta pertolongan orang lain, tidak berarti demikian.
GS : Kesannya orang yang seperti ini tidak percaya dengan dirinya sendiri.
HE : Tapi kalau kita melakukannya dengan tepat dan tulus, orang akan menghargai kita.
GS : Tadi Pak Heman katakan, kwalitas kepribadian yang penting adalah mengakui kelemahan kita sendiri. Sebenarnya letak keistimewaan itu sendiri dimana?
HE : Letak keistimewaan dari mengakui kelemahan diri adalah kita bisa memperlihatkan bahwa kita rendah hati, kita bukan orang yang serba sempurna dan kita bisa salah. Maka orang akan lebih meneima hal yang demikian, dibanding kalau kita tidak mengakui kelemahan diri.
Maka kita dikatakan orang yang tidak jujur atau orang yang tidak bisa menerima dirinya.
GS : Apakah ada kecenderungan dari manusia agar mereka dilihat lebih baik dari apa adanya.
HE : Betul, ini kecenderungan dari manusia yang berdosa, jadi ingin selalu dikagumi, dihargai. Padahal, terkadang orang juga bisa melakukan kesalahan.
GS : Apakah hal itu juga menjadi dosa manusia, Pak Heman?
HE : Betul, misalnya Adam dan Hawa ketika mereka jatuh dalam dosa mereka menutupi dirinya. Jadi bukannya mereka mengakui di hadapan Tuhan, tetapi menutupi diri waktu pertama kali mereka tahu bawa mereka telanjang lalu menyelimuti dirinya dengan daun-daunan dan bersembunyi karena ingin dilihat oke.
Dan bahkan mereka menyalahkan pihak lain misalnya Adam menyalahkan Hawa, Hawa menyalahkan ular yang menyebabkan mereka berbuat dosa, bukan diri mereka tetapi orang lain berbuat dosa yang menyebabkan mereka jatuh.
GS : Ditengah-tengah persaingan yang demikian ketat orang berlomba-lomba dan sebagainya. Apakah ada hal-hal yang positif yang bisa kita lihat kalau kita itu mengakui kelemahan kita.
HE : Tentu ada, sebetulnya persaingan itu tidak terlalu buruk. Jadi kadang-kadang kita bisa melihat dan membaca melalui Rasul Paulus menggambarkan kehidupan rohani orang percaya dengan ilustrai seperti pertandingan lari.
Tetapi dalam hal ini persaingan di dalam pengertian Alkitab itu berbeda dengan pengertian kita yang hidup di zaman ini. Persaingan yang melahirkan banyak problem dalam zaman ini adalah persaingan yang didasari oleh hawa nafsu dan kedagingan kita. Misalnya, menimbulkan perasaan iri hati, dendam, pertengkaran, fitnah dan bahkan juga pembunuhan. Didalam persaingan yang dimaksud oleh Alkitab adalah perlombaan di dalam perbuatan baik, pengembangan kerohanian, pengembangan karakter pribadi. Kalau kita berbicara kembali pada pengakuan akan kelemahan kita apa keistimewaannya yaitu kadang-kadang justru membuat orang lain mengikuti jejak kita dan membuat situasi menjadiih baik bukan saling bermusuhan tetapi justru ada kerelaan dari mereka untuk mau bekerjasama dengan kita. Sekali pun orang lain tidak mengikuti jejak kita, paliidak orang akan menghargai kita.
GS : Memang tidak semua persaingan itu buruk, tetapi ada sesuatu yang positif yang tadi sudah pak Heman katakan. Namun seringkali itu diwarnai oleh keinginan seseorang untuk menonjolkan diri, apakah dia menyadari atau tidak tetapi persaingan saya rasa punya nuansa seperti itu. Didalam kita mengemukakan kelemahan kita, orang juga akan berlomba-lomba menunjukkan kelemahan pribadinya tetapi itu akan menjadi sesuatu yang tidak sehat.
HE : Ya, sebaliknya ada juga orang-orang yang selalu menyebut-nyebut akan kelemahannya dengan harapan tentunya orang lain akan memuji dirinya. Tetapi seringkali yang demikian membuat orang lainkurang menghargai kita.
Dan bagaimanakah kita bisa membuat pengakuan ini tidak sampai membuat orang tidak menghargai kita, dan sepertinya kita ingin meminta pengertian orang lain? Salah satunya adalah kita perlu melihat atau mawas diri kepada motivasi kita, apa motivasi kita yang mendasarinya. Motif ini sungguh penting yaitu apa maksud kita menyatakan pengakuan ini, kalau motif kita baik, benar, maka hasilnya tentu akan positif buat pertumbuhan pribadi kita.
GS : Tetapi orang yang kita beritahu tentang kelemahan itu tidak mengerti motivasi kita. Kalau kita sendiri tahu motivasi kita, tetapi orang yang mendengar keluhan kita tidak bisa tahu.
HE : Pada dasarnya kita tidak selalu mengeluh tetapi sekali-kali misalnya dengan meminta maaf dan dengan menyesali kekurangan atau kesalahan kita, itu sudah merupakan suatu pengakuan terhadap kkurangan diri kita.
Dan yang penting adalah sebetulnya penilaian orang terhadap kita tentu tidak didasarkan kepada satu kejadian saja. Secara keseluruhan kalau kita memang memiliki suatu karakter kepribadian yang berkwalitas seperti yang dikatakan tadi, maka ketulusan dan kerendahan hati kita itu nantinya akan menjadi nyata. Jadi kita tidak perlu menyatakan atau mengumbar kalau kita itu motifnya baik. Tetapi keseluruhan dari apa yang kita sampaikan atau akui itu akan menunjukkan ketulusan kita. Nah ini juga sikap yang sangat dibutuhkan ketika kita berelasi dengan Tuhan. Sebab dalam ayat Alkitab dituliskan dengan keras, misalnya didalam 1 Yohanes 1:10 demikian “Jika kita berkata, bahwa kitdak ada berdosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita”. Jelas-jelas bahwa kita itu orang yang berdosa tetapi kalau kita tidak mau mengakuinya maka keras sekali Firman Tuhan mengatakan, bahwa kita membuat Tuhan menjadi pendusta. Ini adalah Firman Tuhan yang menegaskan bahwa perlu mengakui kelemahan kita.
GS : Menjadikan Tuhan sebagai pendusta, ini memang sangat keras sekali. Memang motivasi kita kadang-kadang timbul dari awalnya. Sejak awal kita ingin mengutarakan kelemahan tetapi dengan berjalannya waktu dan beberapa pengaruh itu membuat motivasi itu bergeser. Bisa menjadi suatu kesombongan bagi dirinya sendiri atau mengambil keuntungan lewat kelemahan pribadi itu.
HE : Betul, sekali lagi motif kita. Dengan mengambil keuntungan itu berarti kita sedang mempertahankan kelemahan kita itu. Kita tidak ingin bertumbuh, berubah dan yang membedakan disini adalah otif yang mendasarinya.
Kalau misalnya kita sengaja dan bertahan di dalam kelemahan kita, berarti kelemahan diri akan memukul balik kita. Membuat kita justru tidak baik kwalitas kepribadiannya.
GS : Kadang-kadang pernah juga orang yang tadinya mengutarakan tentang kelemahannya, kekurangannya tapi ujung-ujungnya kelihatan bahwa dia sebenarnya menyombongkan dirinya sendiri. Bahwa dalam kelemahannya ini pun dia mampu dan bahkan sukses dalam kehidupannya. Itu sebenarnya sudah bergeser motivasinya.
HE : Rasanya kita memang harus belajar dari Rasul Paulus yang justru di dalam kelemahannya dia berbangga, bermegah akan kekuatan dari Tuhan dan dia mengatakan bahwa dirinya adalah Rasul yang paing berdosa.
Tetapi dengan keberdosaan ini atau pengakuan ini justru dia bekerja lebih keras dari semua orang. Ini saya kira teladan yang patut kita teladani.
GS : Intinya menyadari bahwa dirinya adalah orang berdosa yang penuh dengan kekurangan.
HE : Tapi tidak menghentikan dia untuk berubah, jadi dia tetap bekerja keras untuk mengatasinya.
GS : Dia tidak membutuhkan bantuan itu untuk seterusnya dan dia menggantungkan dirinya atau hidupnya kepada orang lain.
HE : Tapi ketergantungan kita akan Tuhan itu sangat penting.
GS : Apa yang mungkin menjadi penyebab sehingga orang-orang tertentu sulit sekali untuk menyampaikan atau menyebutkan kelemahan dirinya.
HE : Saya catat disini ada beberapa penyebab, misalnya yang pertama adalah pandangan atau keyakinan mengakui kelemahan membuat kita tampak lemah di hadapan orang lain. Padahal sebagaimana yang udah kita bahas, memperlihatkan sisi kelemahan kita itu justru sebetulnya membuat kita lebih tampak sebagai orang yang sangat menyenangkan.
Yang kedua adanya keinginan besar untuk tampil baik dihadapan orang lain dan menutupi perbuatan atau niat buruk diri sendiri. Yang ketiga ada besarnya keinginan untuk merasa diri lebih baik dibanding orang lain, untuk mengalahkan orang lain seperti tadi kita katakan untuk bersaing dengan orang lain dan tentu dengan hal seperti ini kita cenderung menutup-nutupi kelemahan diri. Padahal kelemahan diri itu seringkali dilihat dengan jelas oleh orang lain. Dan yang keempat kita tidak tahu akan kelemahan diri atau seperti kata Alkitab “Kita melihat selumbar di mata saudara kita sedangkan balok di dalam mata kita tidak kita ketahui”. Bagaimana orang yang tidak mengetahui kelemahan diri bisa mengakui kelemahannya. Ini adalah empat hal mengenai sulitnya mengakui kelemahan diri.
GS : Tadi kalau Pak Heman katakan adanya pandangan atau keyakinan bahwa mengakui kelemahan itu membuat kita lemah, dan ini saya lihat tidak lepas dari pengaruh masa kecil. Seperti kita ini, kebanyakan sejak kecil sudah diberitahukan untuk tidak menunjukkan bahwa kita itu lemah. Seandainya “Tidak boleh menangis” apalagi anak laki-laki, kalau kita diganggu teman-teman tidak boleh sedikit-sedikit memberitahu orangtua dan harus dilawan sendiri. Ini sangat berpengaruh bahwa sampai dewasa pun kita punya konsep saya tidak boleh menunjukkan kelemahan diri kita.
HE : Saya kira ini cara mendidik dari orangtua yang tidak selalu bergantung pada orang lain. Saya kira hal ini tidak sekuat misalnya dari teladan orangtua sendiri artinya kalau orangtua terhada anak tidak pernah mengakui bahwa dia salah, tidak pernah mengakui bahwa dia mempunyai satu dua kelemahan di hadapan anak, atau tidak pernah meminta maaf kepada pasangan atau kepada anak.
Ini yang seringkali membuat anak berpikir, “buat apa saya menyatakan kelemahan diri saya”.
GS : Ataupun kalau dia pernah mengemukakan kelemahan dirinya kemudian dia diolok-olok, sehingga dia malu untuk melakukan hal itu, hingga dewasa pun dia tidak mau melakukannya.
HE : Ya betul dan itu bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk guru.
GS : Tadi Pak Heman katakan, yang alasannya antara lain adalah karena kita tidak tahu adanya kelemahan didalam diri kita. Masalahnya bagaimana orang ini menjadi tahu tentang kelemahannya.
HE : Ini memang masalah, saya kira Firman Tuhan itu seringkali juga bisa menjadi cermin buat kita. Misalnya digambarkan tentang hikmat, tentang hidup yang bijaksana seperti apa, hidup bersama Than harusnya seperti bagaimana.
Hal-hal itu akan melatih kepekaan kita. Satu lagi didalam hubungan sosial kita, kadang-kadang orang menyampaikan kritikan, orang yang tidak aman dengan dirinya maka dia akan segera menyangkal atau pun membela dirinya. Kita perlu mengerem secara otomatis kita ingin menyangkalinya, tetapi beberapa saat kita harus diam dulu kita coba cerna. Itu akan membuat kita tahu akan diri kita yang sebagaimana dilihat oleh orang lain.
GS : Atau orang-orang yang dekat dengan kita juga dapat memberitahukan kita pada kelemahan kita.
HE : Betul, pada saat itu sering kali kita merasa tidak enak, kita ingin menyangkal dan itu mesti di rem.
GS : Paling tidak juga butuh konfirmasi dengan yang lainnya juga. Apakah betul ini kelemahan diri dan ini memang sangat membutuhkan kejujuran.
HE : Dan itu kesulitannya karena kita manusia yang berdosa.
GS : Memang ada kekhawatiran kalau kita sudah mengemukakan kelemahan kita kepada orang lain. Ini bisa dijadikan senjata oleh orang itu untuk menyerang kita, untuk merugikan kita, dan bagaimana sikap kita menghadapi hal ini?
HE : Mau tidak mau kita harus terima keterbukaan akan kelemahan diri itu ada resikonya yaitu dimanfaatkan oleh orang lain untuk menjatuhkan kita. Untuk itu, baiklah kita juga belajar kepada tokh-tokoh Alkitab.
Dimana mereka tidak harus sampai membela diri tetapi mereka dapat dengan rendah hati terbuka dan akhirnya mereka diakui oleh orang lain.
GS : Siapa tokoh Alkitab yang bisa Pak Heman pikirkan?
HE : Saya kira kita bisa belajar lagi kepada Rasul Paulus, karena Rasul Paulus juga dikritik tetapi dia tidak ragu-ragu untuk mengatakan, misalnya saja Apolos pandai berkhotbah dan dia kurang, etapi Rasul Paulus tetap dihargai oleh orang lain.
Dia mengakui akan kelemahannya misalnya dia tahu akan kekayaan, dia tahu juga tentang kemiskinan dan dia menderita ini dan itu. Tetapi dia tidak menjadikan hal-hal seperti itu sesuatu kebanggaan bagi dirinya. Jadi apakah kebanggaannya? Kebanggaannya adalah kekuatan dari Tuhan yang menguatkan dia mengatasi kelemahan-kelemahan itu, dan dengan cara demikian orang juga bisa mengerti bagaimana perjuangan yang keras dari Paulus. Orang bisa melihat bahwa Paulus ini bukan orang yang sungguh sempurna, pernah diangkat ke langit ketiga tetapi dia tidak berani berbicara atas namanya sendiri atau membanggakan itu. Karena itu Rasul Paulus mengatakan ada utusan iblis yang menggocoh dia dan sudah tiga kali dia minta kepada Tuhan tetapi utusan itu tidak dicabut, seperti duri dalam dagingnya tidak dicabut oleh Tuhan.
GS : Berarti ada hal-hal tertentu atau batas-batas tertentu, kelemahan mana yang patut kita sampaikan kepada publik atau kepada orang lain. Tetapi ada kelemahan-kelemahan tertentu yang sebaiknya kita simpan untuk diri kita sendiri.
HE : Betul dan disini kita memerlukan satu hikmat dan bijaksana.
GS : Itu seperti bagaimana Pak?
HE : Kira-kira dua hal penting yang kita harus jaga atau kita harus perhatikan yaitu setiap orang mempunyai rahasia dan saya kira ini wajar-wajar dan bahkan sehat. Setiap orang perlu suatu ruan untuk kerahasiaan ini.
Ada yang perlu kita buka kepada orang lain, ada yang tidak perlu dan juga yang bisa dibuka kepada orang tertentu saja. Tetapi misalnya sebagai contoh kalau kepada pasangan kita hampir boleh dikata kita tidak menyimpan rahasia dan ini sehat. Tetapi untuk orang lain, beberapa hal kita perlu jaga supaya kita tidak membuka semua hal. Seperti Raja Hizkia, dia membuka rahasia negaranya kepada raja di tempat lain dan itu menjadikan Tuhan marah. Ini perlu bijaksana dari kita dan kepada orang yang baru kita kenal atau orang-orang yang kita tahu kurang memiliki kemauan baik, kita tidak perlu membeberkan semua kekurangan kita.
GS : Berarti makin dekat kita dengan seseorang, maka kita lebih aman membuka kelemahan kita dibandingkan dengan yang agak jauh hubungannya dengan kita.
HE : Betul dan ini natural sekali.
GS : Dan itu pun harus diperhatikan tingkat usianya, tadi Pak Heman katakan terhadap pasangan suami atau istri kita bisa terbuka. Walaupun dekat dengan anak-anak kita belum tentu bisa membuka kelemahan itu.
GS : Memang dibutuhkan hikmat bijaksana itu. Kita dapatnya dari mana Pak?
HE : Ada beberapa pegangan buat kita. Kembali ke motif kita yang pertama adalah supaya motif kita tulus tidak manipulatif, tidak menggunakan kelemahan kita untuk memanipulasi orang lain. Yang kdua keinginan untuk tampil apa adanya, jujur serta rendah hati.
Biarlah itu menjadi dasar waktu kita mengakui kelemahan diri kita. Dan yang ketiga adanya kemauan untuk mengubah karakter kita yang kurang baik dan dengan pertolongan dari Tuhan. Dengan tiga hal ini kita harapkan bahwa waktu kita mengakui, kita juga mempunyai batas, kita mempunyai hikmat dan bijaksana.
GS : Ya memang kelemahan ini banyak aspeknya, Pak Heman. Ada kelemahan dibidang fisik dan kadang-kadang orang bisa langsung melihat. Memang kita memiliki kelemahan fisik tertentu, tadi mengenai Rasul Paulus mungkin orang bisa melihat duri didalam dagingnya itu tetapi juga ada kelemahan-kelemahan yang orang tidak mudah melihat hal itu, kelemahan karakter kita. Kalau seseorang tidak terlalu dekat ‘kan tidak bisa tahu, kecuali kalau kita mengungkapkannya.
HE : Betul, dan memang kita tidak setiap saat mengungkapkannya. Jadi misalnya kalau kita lemah dalam mengingat nama orang dsb. Tidak ada salahnya misalnya kita bilang minta maaf “maaf ya, saya asanya masih ingat wajah saudara dan kita pernah ketemu dimana, tapi saya lupa nama kamu siapa, nama anda siapa” dari pada kita sok akrab lalu kita menyebut namanya dan ternyata kita salah.
GS : Sembarangan saja menyebut nama. Tetapi hal-hal yang bersifat mempermalukan kita misalnya saja kita punya kecenderungan mencuri diam-diam atau suka memikirkan hal-hal kotor itu sebenarnya tidak perlu kita langsung ungkapkan kepada orang lain.
HE : Dalam suatu persekutuan kadang-kadang ini perlu kita akui, misalnya didalam suatu persekutuan kecil, karena Alkitab mengatakan “Biarlah kita saling mengaku dosa kita dan saling mendoakan”.Dan diharapkan dengan pangakuan ini misalnya ada permintaan saya ini sering susah menahan pikiran-pikiran kotor saya, boleh tidak minta tolong teman-teman untuk mendoakan saya, saya sungguh membutuhkan pertolongan dari Tuhan.
Dengan singkat dan tidak dengan cara mendetail menyatakan semua dosa-dosa. Maka saya kira ini akan baik.
GS : Pak Heman, apakah ada ayat Alkitab yang ingin Pak Heman sampaikan sehubungan dengan perbincangan kita kali ini.
HE : Saya ingin bacakan secara lengkap dari 1 Yohanes 1:7-10 : “Tetapi jika kita hidup dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain,dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.
Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita manipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada didalam kita”.
GS : Itu suatu uraian yang lengkap dan cukup jelas, terima kasih Pak Heman untuk perbincangan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Heman Elia, M.Psi. dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang “Pengakuan akan Kelemahan Diri”. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan email dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.