Orangtua/Anak

Setiap orangtua menginginkan agar anak memiliki empati dan belas kasihan terhadap orang lain. Namun ada anak yang dari kecilnya kurang peka untuk berbelas kasihan. Sehingga menambahkan dosis kasih dan kelembutan, serta pendisiplinan yang tidak agresif menjadi salah satu jalan keluar.
Anak egois bukanlah hanya satu-satunya alasan anak mudah iri. Ada beberapa faktor lain yang dapat menyuburkan hati yang iri, yaitu: orangtua tidak sengaja membedakan anak-anak, anak-anak lahir dengan tampilan fisik yang berbeda (contoh: cantik dan tidak menarik). Ajak anak untuk menerima kenyataan perbedaan itu kemudian menggali, menghargai dan mengembangkan potensinya.
Karena manusia berdosa sehingga memiliki kecenderungan lebih besar untuk menyerap hal-hal yang buruk atau tidak benar dan melampiaskannya dengan melukai orang lain. Kedekatan relasi, pengalaman pribadi dengan orangtua, contoh buruk yang dilihat dan direkam oleh otak, dan seberapa besar kesempatan untuk keluar dari lingkungan yang buruk merupakan faktor besar mengapa yang buruk malah menempel yang baik tidak.
Kenyataannya hampir semua orang bisa membesarkan anak dengan memberikan makanan yang cukup. Namun menumbuhkan ketangguhan pada diri anak sehingga anak sanggup menghadapi tantangan hidup, tidak semua orang dapat melakukannya. Apa saja faktor yang meruntuhkan ketangguhan diri anak?
Mendisiplin anak itu keharusan bukan pilihan; sama halnya dengan mengasihi anak. Agar pendisiplinan efektif orangtua harus sungguh-sungguh mengerti apa yang tepat untuk anak dan menyampaikannya dengan tepat pula. Pendisiplinan harus dilapisi dengan kasih agar anak bisa mengerti bahwa pendisiplinan itu perlu dan untuk kebaikannya.
Kalimat “Kamu harus begini, kamu harus begitu” kendati untuk kebaikan anak, namun tak jarang pula anak-anak akhirnya memiliki jiwa yang tertekan dan malah mengembangkan distorsi dalam berperilaku. Terutama dalam hal tuntutan akademik zaman sekarang yang sangat kompetitif. Apa yang harus orangtua lakukan agar tuntutan itu bisa sedapatnya terpenuhi dan di lain sisi tidak menekan jiwa anak?
Perlakuan apapun yang kita terima dari orang tua, akan melahirkan sikap tertentu pada diri kita terhadap pasangan nikah. Jika kita menerima kasih setia dari orang tua, kita pun cenderung member kasih setia pada pasangan. Jadi jika kita ingin agar anak memunyai relasi yang sehat dengan pasangannya, perlakukan anak dengan baik dan peliharalah relasi yang sehat dengannya. Inilah modal dan bekalnya untuk masuk dalam pernikahan.
Ada banyak hal yang akan diserap oleh anak lewat relasinya dengan kita, orang tuanya. Apa yang kita tabur, itu yang akan kita tuai. Kadang kita beranggapan bahwa anak akan mengembangkan karakter lewat pengalaman hidupnya. Sudah tentu pengalaman hidup akan menempa dan membentuk karakter tapi sebelum pengalaman hidup menjadi guru bagi anak, didikan kitalah yang membentuk karakter anak. Jika kita terus mengingatkan anak akan yang baik dan benar serta menyenangkan hati Tuhan, pada masa dewasa ia akan mengingat didikan kita.
Mungkin kita sudah biasa mendengar orangtua mengomeli anaknya, atau bisa jadi kita sendiri melakukannya. Padahal seringnya mengomel tidak mengubah perilaku yang kita omeli. Apa penyebab dan akibat bila anak sering diomeli?
Kebanyakan orangtua suka menuntut anaknya melakukan sesuatu saat itu juga. Ternyata bila menuntut seketika menjadi pola kebiasaan, hal ini dapat berakibat buruk pada tumbuh kembang anak.

Halaman