Mengapa Anakku Mudah Iri?

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T542A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Anak egois bukanlah hanya satu-satunya alasan anak mudah iri. Ada beberapa faktor lain yang dapat menyuburkan hati yang iri, yaitu: orangtua tidak sengaja membedakan anak-anak, anak-anak lahir dengan tampilan fisik yang berbeda (contoh: cantik dan tidak menarik). Ajak anak untuk menerima kenyataan perbedaan itu kemudian menggali, menghargai dan mengembangkan potensinya.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
dpo. Pdt. Dr. Paul Gunadi

Salah satu kebingungan kita sebagai orangtua adalah melihat anak mudah iri terhadap orang, termasuk saudaranya sendiri. Kita bingung sebab kita telah berusaha untuk tidak membeda-bedakan anak, namun, ternyata anak tetap saja mudah iri. Mengapa demikian? Berikut akan dipaparkan beberapa masukan untuk menghadapi masalah iri hati ini.

  1. Kita tetap mesti introspeksi diri. Mungkin kita tidak dengan sengaja membeda-bedakan anak tetapi secara tidak sengaja kita telah mengkomunikasikan kepadanya bahwa saudaranya lebih baik daripadanya. Tanpa kita sadari sebenarnya anak peka melihat sikap kita. Sebagai contoh, sewaktu ia melakukan sesuatu yang baik, kita hanya berkata, "Terima kasih." Namun, tatkala adiknya melakukan sesuatu yang baik, kita berkata, "Kamu sungguh anak yang baik. Terima kasih ya, sayang." Mungkin kita tidak berniat membedakan reaksi tetapi karena memang terdengar berbeda, maka anak menyimpulkan bahwa adiknya lebih baik dan karena lebih baik, maka ia pun lebih disayang daripada dirinya. Contoh lain yang kerap terjadi adalah pemberian hadiah. Kita beranggapan, karena anak memunyai kesukaan yang lain-lain, maka sebaiknya kita membelikan hadiah yang sesuai dengan kesukaan masing-masing. Setelah anak membuka dan melihat hadiahnya, ternyata ia tidak suka dan malah marah kepada kita. Ia menuduh kita tidak menyayanginya dan lebih menyayangi kakaknya. Sudah tentu kita bingung; mengapakah reaksinya seperti itu. Sewaktu ia melihat kakaknya senang menerima hadiahnya karena kebetulan sesuai, baik jenis maupun bentuk mainannya, timbullah rasa iri. Sesungguhnya rasa irinya muncul lebih dikarenakan ia tidak senang, sedang kakaknya senang. Dengan kata lain, ia iri akan kesenangan yang dinikmati kakaknya, bukan karena mainannya itu saja. Nah, kita mesti sadari bahwa hal-hal seperti ini dapat menimbulkan iri hati. Kepekaan dan kesediaan kita untuk memberikan sesuatu seperti yang diharapkannya membuatnya tahu bahwa ia dikasihi.
  2. Anak lahir tidak sama dan ini berarti secara fisik dan kebisaan anak pun tidak sama. Masalahnya adalah, ketidaksamaan sering kali berkonotasi tidak sama baik. Misalkan, wajah berbeda tidak hanya berarti wajah berlainan tetapi juga wajah yang tidak sama tampan dan cantiknya. Talenta yang berbeda acap kali juga berarti cerdas-kurang cerdas dan bagus-buruk. Singkat kata, perbedaan antara anak adalah ladang subur munculnya iri hati. Sebagai orangtua kita mesti menyadari hal ini. Pada akhirnya tanggapan atau penghargaan orang terhadap dirinya—baik fisik maupun kebisaan—sangat menentukan seberapa baik ia menilai dirinya. Nah, jika adiknya memunyai penampilan fisik dan kebisaan yang dihargai oleh lingkungan, besar kemungkinan ini akan membuatnya iri. Upaya kita menghiburnya dengan mengatakan bahwa semua sama, malah membuatnya merasa kita tidak peka dengan kenyataan dan tidak hirau dengan penderitaannya. Seyogianya akuilah bahwa memang penampilan dan kebisaan tertentu lebih mendapat penghargaan ketimbang yang lainnya. Utarakanlah pengertian kita terhadap kesedihan dan mungkin pula ketakutannya. Setelah itu barulah kita yakinkan bahwa kita mengasihinya sama seperti kita mengasihi adiknya. Dan, ajaklah dia untuk bersukacita bersama adiknya, merayakan hal baik yang boleh terjadi dalam hidup adiknya. Tindakan ini perlu sebab kita tidak mau menyangkal kenyataan hidup dan kita pun tidak ingin ia menyangkal kenyataan hidup. Kita mau mendidiknya untuk menerima "kekurangan" diri dan merayakan "kelebihan" orang. Singkat kata, tugas kita adalah mendorongnya menerima diri apa adanya. Akui dengan jujur bahwa tidak mudah untuk bersukacita atas kemenangan orang lain. Namun selalu tekankan bahwa Tuhan memunyai rencana tertentu atas setiap diri kita.
  3. Kita mesti menyadari bahwa ada anak yang egois sehingga selalu menuntut perhatian penuh dari kita. Anak yang egois tidak dapat dan tidak rela berbagi perhatian dengan orang lain; itu sebab iri hati mudah sekali timbul dalam hatinya. Apakah yang mesti dilakukan bila inilah penyebab iri hatinya. Sudah tentu kita tidak suka melihat sifat ini dan besar kemungkinan sifat seperti ini membuat kita marah. Namun, justru inilah yang harus kita waspadai. Kemarahan kita kepadanya makin membuatnya merasa diri jahat atau jelek dan ini akan memperburuk iri hati pada dirinya. Baginya, kemarahan kita adalah pertanda bahwa kita tidak menyukainya dan ingin membuangnya. Mungkin kita bertujuan baik—menghilangkan iri hati—tetapi kemarahan dan penghukuman akan makin membuatnya merasa diri jelek dan jahat. Sebagai akibat, ia makin iri dan membenci saudaranya yang dinilainya lebih baik daripada dirinya. Sebaiknya kita berbicara kepadanya secara pribadi. Katakan bahwa kita mengasihinya namun kita prihatin akan tindakannya yang mementingkan diri sendiri. Ajaklah dia untuk menjadikan ini proyek dalam hidupnya yaitu proyek untuk mementingkan orang lain. Doronglah dia untuk berbagi supaya fokus hidupnya beralih ke orang lain, tidak hanya dirinya sendiri.
  4. Kita harus mengajak anak untuk menghargai dan mengembangkan potensi pada dirinya. Inilah obat iri hati yang paling mujarab. Iri hati ditimbulkan oleh mata yang berfokus pada orang lain bukan diri sendiri. Jadi, doronglah anak untuk mengembangkan apa yang dimilikinya, bukan memimpikan apa yang tidak dimilikinya. Makin dapat ia melihat kegunaan potensi yang ada pada dirinya, makin besar penghargaannya atas karunia yang dimilikinya. Amsal 12:27 mengingatkan, "Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga." Orang yang rajin adalah orang yang terus menggali dan mengembangkan dirinya; orang seperti ini akan memperoleh kepuasan.