Orangtua/Anak

Tugas kita sebagai orangtua seyogyanya tidak ditentukan oleh kesanggupan dan ketersediaan waktu melainkan oleh kebutuhan anak itu sendiri.Kita mesti mengenali kebutuhan anak dan berusaha memenuhinya agar anak dapat bertumbuh secara sehat. Oleh karena itu kita mesti hadir dalam kehidupan anak terutama pada usia dini. Keterikatan anak-orangtua terbentuk di usia awal. Jadi sekali kita melewatkan kesempatan ini kita akan kehilangan selamanya.
Anak bukan aset milik orangtua, namun milik Tuhan. Menjaga jarak yang sehat dengan anak yaitu menyadari bahwa “anakku bukan aku”, menjadi poin penting untuk menghindari perasaan kepemilikan ini. Di penghakiman terakhir setiap orangtua akan dimintai pertanggungjawaban: sudahkah mendidik anak seperti kemauan Tuhan?
Menghormati orangtua tidak boleh melanggar batasan Tuhan. Menghormati orangtua sebagai bagian dari perintah Tuhan bukan menjadi alasan orangtua untuk menggunakan anak sebagai sumber investasi di masa tua dan menjadi pemilik anak tersebut.
Kesuksesan dan kebahagiaan anak harus diusahakan sejak kecil sehingga sedini mungkin anak didorong untuk berkompetisi dalam bidang mereka untuk mendapatkan uang dan penghargaan. Pemahaman ini berlainan dengan maksud Tuhan menciptakan anak tersebut. Anak bahagia dan sukses di masa depan hanya karena anak menghidupi panggilan khusus Tuhan dan mengasihi Tuhan dengan segenap hati.
Fenomena orangtua yang menanamkan iman Kristen anak HANYA pada kegiatan Sekolah Minggu atau gereja dan sekolah Kristen, menunjukkan bahwa orangtua sedang tidak bertanggungjawab akan perannya sebagai wakil Tuhan bagi anak mereka. Jelas tertulis di Ulangan 6:7 “Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anakmu.”
Setiap orangtua menginginkan agar anak memiliki empati dan belas kasihan terhadap orang lain. Namun ada anak yang dari kecilnya kurang peka untuk berbelas kasihan. Sehingga menambahkan dosis kasih dan kelembutan, serta pendisiplinan yang tidak agresif menjadi salah satu jalan keluar.
Anak egois bukanlah hanya satu-satunya alasan anak mudah iri. Ada beberapa faktor lain yang dapat menyuburkan hati yang iri, yaitu: orangtua tidak sengaja membedakan anak-anak, anak-anak lahir dengan tampilan fisik yang berbeda (contoh: cantik dan tidak menarik). Ajak anak untuk menerima kenyataan perbedaan itu kemudian menggali, menghargai dan mengembangkan potensinya.
Karena manusia berdosa sehingga memiliki kecenderungan lebih besar untuk menyerap hal-hal yang buruk atau tidak benar dan melampiaskannya dengan melukai orang lain. Kedekatan relasi, pengalaman pribadi dengan orangtua, contoh buruk yang dilihat dan direkam oleh otak, dan seberapa besar kesempatan untuk keluar dari lingkungan yang buruk merupakan faktor besar mengapa yang buruk malah menempel yang baik tidak.
Kenyataannya hampir semua orang bisa membesarkan anak dengan memberikan makanan yang cukup. Namun menumbuhkan ketangguhan pada diri anak sehingga anak sanggup menghadapi tantangan hidup, tidak semua orang dapat melakukannya. Apa saja faktor yang meruntuhkan ketangguhan diri anak?
Mendisiplin anak itu keharusan bukan pilihan; sama halnya dengan mengasihi anak. Agar pendisiplinan efektif orangtua harus sungguh-sungguh mengerti apa yang tepat untuk anak dan menyampaikannya dengan tepat pula. Pendisiplinan harus dilapisi dengan kasih agar anak bisa mengerti bahwa pendisiplinan itu perlu dan untuk kebaikannya.

Halaman