Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, dan kali ini saya bersama Ibu Wulan, S.Th. kita akan bersama-sama mendengarkan sebuah rekaman, rekaman ceramah yang dibawakan oleh Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Pemutaran ulang rekaman ini merupakan suatu kelanjutan dari pemutaran rekaman beberapa waktu yang lalu, jadi kami percaya acara ini pasti sangat bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, pada kesempatan yang lalu kita sudah bersama-sama mendengarkan diputarnya rekaman ulang yang Pak Paul sampaikan dalam bentuk ceramah, tetapi waktu itu hanya membahas tentang peran suami. Nah kali ini tentang apa, Pak Paul?
PG : Kali ini kita akan melanjutkan dengan membahas peranan istri yaitu kita akan melihat Alkitab, apa yang firman Tuhan katakan kepada para istri, apa yang harus mereka perbuat untuk suami merka.
GS : Sebenarnya ini rekaman ceramah di mana Pak Paul?
PG : Di Pelangi Kristus, di sebuah retreat pada tahun 2002 di Surabaya.
GS : Apakah pada waktu itu banyak pasangan suami-istri yang ikut hadir di sana?
PG : Betul, memang itu khusus untuk para suami-istri.
GS : Jadi kalau begitu baiklah para pendengar sekalian, kita ikuti saja rekaman ceramah dari Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi.
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Nah sekarang mari kita melihat tugas istri, supaya istri tidak kecewa jauh-jauh hari saya beritahukan, ternyata tugas istri tidak sebanyak tugas suami. Saudara, ini tugas yang dalam bentuk janji, saya berjanji untuk tunduk kepada suami saya seperti kepada Tuhan. Saudara menundukkan diri merupakan kesusahan tersendiri bagi para istri, kenapa? Sebab istri adalah rekan, mitra, istri bukanlah pesuruh suami dan semua istri tahu itu, oleh karena itulah menundukkan diri kepada rekan menjadi sangat susah sebab dia bukanlah atasan kita, kita tahu itu, dia bukanlah yang menggaji kita, kita tahu itu, dia adalah rekan kita jadi susah untuk tunduk kepadanya. Saudara, kita susah tunduk juga sebab kadang kala kita melihat tindakannya tidak bijaksana, otomatis kalau kita tahu suami kita melakukan hal yang sangat tidak bijaksana dan bisa menghancurkan keluarga kita, penundukan kita juga harus berakhir. Misalkan saudara kalau suami kita menipu-nipu orang, ke kanan-ke kiri menipu koleganya satu persatu, nah saudara sebagai istri sudah seyogyanyalah kita tidak mendukung dia dan tunduk kepadanya. Misalkan kalau dia meminta kita turut menipu bersama dengan dia karena itu berdosa, jadi tunduk memang ada batasnya yaitu batas tidak berdosa. Tapi saudara yang menarik adalah Alkitab berkata tunduk di dalam segala sesuatu, artinya memang tadi saya juga katakan ada batasnya namun di dalam parameter di mana Tuhan menghendaki istri tunduk, istri memang diminta Tuhan untuk tidak terlalu sering mempertanyakan suami. Saudara, suami sebagai kepala akan mengalami kesulitan melangsungkan tugas dan kewajibannya kalau setiap tindakannya dipertanyakan oleh istrinya. Tunduk berarti berkata begini: "Engkau memang tidak sempurna, aku mungkin tidak setuju denganmu di sini, tapi demi menjaga relasi kita ini saya mau pilih tunduk kepada Tuhan melalui tunduk kepadamu. Saya ulang lagi, saudara saya kira tidak mudah ya untuk tunduk kepada orang lain apalagi kalau kita berpikir kita mempunyai pendapat yang lebih baik daripada pasangan kita. Nah, tapi karena Tuhan meminta kita tunduk dan kita susah tunduk kepada suami, saya meminta kita melakukannya dengan cara yang berbeda yaitu dengan berkata saya tunduk kepada Tuhan melalui engkau. Sekali lagi saudara saya jelaskan, tidak tunduk membabi buta dalam hal-hal yang sangat salah dan berdosa, tidak. Namun dalam hal keputusan-keputusan yang memang harus diambil dalam keluarga, istri lebih siaplah berkata OK saya akan dengarkan, OK saya akan ikuti, nah kalau suami itu juga suami yang takut kepada Tuhan dan mengasihi istrinya dia akan memberikan kesempatan kepada istri memberikan pandangannya. Sebab si suami ingin tahu pula pendapat istrinya, nah istri bisa berkata: "Bolehkah saya memberikan masukan, bolehkah saya memberikan pendapat," di saat itulah suami bisa mendengarkan masukan istri yang bisa menambah informasi dan ketepatannya dalam memutuskan suatu masalah. Saudara kalau tidak tunduk, biduk keluarga tidak bisa berjalan. Keluarga adalah organisasi yang terkecil di dalam masyarakat dan kita tahu semua organisasi membutuhkan kepemimpinan dan ketundukan dari yang dipimpinnya. Saya sering kali menggunakan ilustrasi ini, bagi saudara yang bekerja sebagai karyawan apakah saudara selalu menyetujui keputusan atasan saudara, tidak ya, apakah kadang-kadang atasan saudara membuat keputusan yang keliru untuk perusahaannya, ya, tapi apakah saudara tunduk kepada tuntutannya, ya, kenapa? Perusahaan hanya bisa berjalan kalau ada pemimpin dan ketundukan pada pemimpin itu. Demikian pulalah dengan keluarga kita, kita harus bisa tunduk, tanpa ketundukan keluarga kita tidak berjalan. Yang kedua, Tuhan meminta istri untuk menghormati suami, Tuhan berkata: "Hai istri, hormatilah suamimu." Saudara, hormat adalah cara kita berelasi dengan orang, sekali lagi hormat adalah cara kita berelasi dengan orang. Kita boleh tidak setuju dengan pendapatnya, tapi kita tidak harus kurang ajar atau kasar. Saudara salah satu hal yang bisa meracuni keluarga atau hubungan suami-istri adalah jika istri kasar atau kurang ajar kepada suaminya. Sulit sekali keluarga itu akan bisa bahagia dan diberkati kalau sedikit-sedikit istri marah memaki si suami atau kalau ngomong tidak ada sopan santun, tidak ada penghormatan sama sekali. Sekali lagi saya tekankan, si suami tidak selalu benar, suami bisa salah tapi walaupun suami bisa salah dan kita berbeda pendapat dengan dia, jangan sampai kita kasar dan kurang ajar. Saudara, saya tahu istri yang kalau suaminya bicara dia tidak suka, dia berteriak-teriak memaki-maki suaminya menyuruh suaminya diam, tutup mulut. Saudara itulah salah satu contoh ketidakhormatan, jadi Tuhan meminta kepada istri hormatilah suami. Dan yang terakhir ini adalah janji untuk suami-istri, saya memberikan janji ini saya ambil dari kitab Ibrani, menghormati perkawinan kami dan tidak mencemarkan ranjang pernikahan kami, janji kepada suami dan kepada istri, dua-dua harus membuat janji yang sama, kalau tadi spesifik untuk suami dan istri sekarang berdua. Saudara kita harus menghormati pernikahan kita sedemikian rupa sehingga kita tidak mau mengotorinya dengan ketidaksetiaan. Jangan sampai kita mencemarkan ranjang pernikahan kita. Saudara ke mana-ke mana saya pergi saya selalu mendapatkan laporan anak-anak Tuhan yang terlibat dalam pelayanan dan kemudian jatuh ke dalam perzinahan, terlalu sering saudara antara aktivis Kristen dengan sesama aktivis Kristen. Saudara, kita harus menghormati pernikahan kita dengan cara tidak mencemarkan ranjang kita. Saudara, hampir semua kesalahan yang lain lebih mudah diterima oleh pasangan kita kecuali kesalahan dalam hal mencemarkan ranjang kita, itu akan sangat sulit.
GS : Pak Paul, kita telah bersama-sama mengikuti siaran ulang atau diputarnya ulang sebuah rekaman yang Pak Paul sudah bawakan dalam bentuk ceramah. Kalau pada kesempatan yang lalu Pak Paul sudah membahas tentang peran atau tanggung jawab suami, maka pada kesempatan kali ini lebih banyak dibahas tentang tanggung jawab seorang istri Kristen tentunya. Nah yang ingin saya tanyakan Pak Paul dalam kesempatan ini, konsep pernikahan itu yang diberikan oleh Tuhan kepada suami maupun istri itu 'kan sudah lama sekali Pak Paul, bagaimana hal-hal seperti ini masih tetap relevan untuk kita yang hidup pada zaman ini?
PG : Semua tetap relevan Pak Gunawan, karena yang menarik adalah meskipun kita ini telah berada di muka bumi ribuan tahun tapi kebutuhan kita tetap sama. Kita boleh berevolusi dalam hal berapa esar, tinggi badan kita, warna rambut kita, warna mata kita, tapi kita tidak pernah berevolusi di dalam hal kebutuhan mendasar kita.
Kita tetap membutuhkan dikasihi, kita membutuhkan dihormati, nah itulah kebutuhan pokok yang dibawa oleh manusia ke dalam pernikahan. Tuhan meminta suami mengasihi istri karena itu kebutuhan pokoknya, Tuhan meminta istri menghormati suaminya itulah kebutuhan pokok si suami. Dan melewati abad demi abad kebutuhan tersebut tetap sama, jadi perintah Tuhan atau resep Tuhan tentang pernikahan yang Tuhan berkati juga akan tetap sama sampai kapan pun.
GS : Itu sifatnya universal Pak ya? (PG : Betul). Ada beberapa etnis tertentu itu yang istri ketertundukannya kepada suami itu bisa kita nilai agak berlebihan Pak Paul, jadi betul-betul tunduk dan menyerahkan dirinya itu total, nah itu bagaimana Pak Paul?
PG : Saya kira kita harus membedakan antara akuisisi dan penyatuan. Saya sering mengatakan bahwa pernikahan Kristen bukanlah salah satu bentuk akuisisi. Akuisisi berarti yang satu menelan atau enguasai yang satunya, sehingga yang ditelan atau dikuasai tidak lagi mempunyai suara atau hak, tidak, itu bukan konsep pernikahan Kristen.
Pernikahan Kristen adalah penyatuan dua individu, berarti dua-dua akan meleburkan diri, dua-dua akan harus memotong, mengorting dirinya supaya kedua diri ini bisa menyatu, itulah yang Tuhan inginkan.
WL : Pak Paul, saya teringat pada session sebelumnya, Pak Paul jelaskan tentang tugas suami yang sepertinya lebih banyak dibandingkan tugas istri yang tadi Pak Paul jelaskan hanya sedikit. Saya pikir unik sekali ya Tuhan menuntut seperti itu dibandingkan dengan realita yang sebenarnya (maksudnya dunia sudah jatuh dalam dosa mungkin karena itu). Realitanya istri-istri lebih banyak tugasnya dalam rumah tangga, terus kalau ada masalah dalam pernikahan atau dengan anak itu pasti yang disalahkan kebanyakan istri, padahal Alkitab menuntutnya tidak seperti itu.
PG : Alkitab mempunyai standar yang memang berkebalikan dari standar yang dianut oleh dunia. Tuhan pernah berkata bahwa orang-orang di dunia atau majikan-majikan di dunia akan menuntut orang unuk tunduk kepadanya dan dia akan melakukan itu dengan kekuasaannya, tapi tidaklah demikian dengan kamu, kata Tuhan, kamu harus melayani.
Dengan kata lain konsep memimpin adalah konsep yang identik dengan melayani. Siapa yang hendak menjadi besar, hendaklah menjadi pelayanmu. Nah karena Tuhan memberikan tugas kepada suami sebagai pemimpin maka dia memang bertugas sebagai pelayan, artinya lebih banyak hal yang harus dia korbankan demi keluarganya, demi orang-orang yang memang bernaung di bawahnya. Tapi dunia memberikan konsep yang keliru, karena dia kepala berarti haknya lebih besar, berarti semua orang-orang harus mengikuti kehendaknya sebab dialah kepalanya. Dan sama sekali tidak ada pengertian bahwa sebagai kepala dia justru seharusnya menjadi pelayan bagi semua anggota keluarganya, itu konsep yang terhilang dalam dunia ini. Itu sebabnya di Alkitab kita bisa membaca tugas seorang suami memang sangat banyak, lebih banyak daripada tugas seorang istri karena apa, sejajar dengan konsep pelayan tadi. Kalau saya boleh tambahkan juga Ibu Wulan, Tuhan memberikan tugas kepada pria untuk mendisiplin anak, memang membesarkan anak-anak itu adalah lebih merupakan tugas seorang ibu karena secara alamiah dia yang melahirkan, dia yang menyusui dan sebagainya. Tapi waktu anak itu mulai besar yang lebih diberikan tugas untuk mendidiknya bukannya ibu, firman Tuhan secara konsisten mengatakan: "Hai bapak! Hai Bapak! Didiklah anakmu dalam takut akan Tuhan. Hai bapak, janganlah sakiti hati anakmu." Jadi di Perjanjian Lama juga ada yang seperti itu, intinya adalah tugas itu diembankan kepada bapak. Nah sekarang apa yang terjadi, para bapak mendelegasikannya kembali kepada para ibu, nah itu keliru justru memang banyak sekali tugas yang diberikan Tuhan kepada para pria.
GS : Nah sekarang ini makin banyak wanita yang sadar dan merasa bahwa dia sebenarnya mempunyai hak yang sama dengan kaum pria Pak Paul, nah ini di dalam hubungan suami-istri bagaimana Pak Paul?
PG : Nah ini mesti kita cermati dengan baik-baik, dua-dua memang harus tunduk kepada Tuhan, ini syarat utamanya. Jangan sampai ada dua orang dan tidak tunduk kepada Tuhan, mesti ada titik tenga, titik tengahnya adalah Tuhan sendiri.
Berarti apa yang Tuhan katakan dua-dua akan berusaha untuk menaatinya apapun itu yang Tuhan minta dia lakukan. Nah sekarang memang ada konsep egalitarian yaitu pria membawa 50%, wanita membawa 50% dan semua hal harus didiskusikan sehingga tidak ada lagi yang menjadi pemimpin, itu juga salah. Sebab sebagaimana kita sudah dengar tadi bahwa keluarga adalah organisasi yang terkecil dan semua organisasi harus memiliki pemimpin, tidak ada kepemimpinan berarti kekacauan. Maka saya kira salah satu penyebab mengapa tingkat perceraian makin meningkat adalah konsep yang mulai berubah itu, tetap mesti ada yang mengepalai dan Tuhan memberikan tugas itu kepada si suami. Namun si suami dalam mengepalai dia harus melakukannya dengan jiwa seorang pelayan itu yang dituntut oleh Tuhan. Dan kalau suami sudah mencoba melakukan itu, istri juga harus selalu lebih siap menundukkan diri daripada menyatakan kehendaknya yang selalu berbeda dari suaminya. Jadi keduanya memang saling mengimbangi, jadi tidak bisa kita katakan suami dulu mulai baru istri mulai, tidak, dua-duanya harus mulai pada waktu yang bersamaan.
GS : Ya tetapi di dalam pernikahan, sekalipun pada awalnya suami itu menjadi kepala keluarga, tetapi di dalam perjalanan hidup mereka ternyata memang kelihatan bahwa sebenarnya istri itu lebih dominan, jadi dia itu lebih mampu sebenarnya untuk menjadi pemimpin sehingga suaminya pun berkata kamu saja yang menjadi pemimpin di rumah ini. Itu bagaimana sebenarnya?
PG : Istri yang memang lebih bijaksana dari suaminya atau lebih bisa dalam banyak hal daripada suaminya harus benar-benar bisa menempatkan dirinya. Jadi di depan keluarga, di depan anak-anak da sebagainya istri lebih harus menahan diri.
Di belakang dalam privasi mereka, si istri bisalah memberikan masukan-masukan kepada si suami. Cara yang lainnya lagi adalah istri jangan langsung memberikan perintah, menurut saya ini dan ini yang harus dilakukan, jangan. Meskipun dia tahu yang benar dan si suami mungkin keliru, saran saya adalah berikan pilihan kepada si suami, menurut kamu mana yang lebih baik nah si istri karena lebih pandai misalkan, lebih bijaksana, dia memberikan dua, tiga pilihan. Dan dari dua, tiga pilihan itu jelas yang paling baik yang mana, nah dari dua, tiga pilihan itu si suami nanti yang diminta untuk mengambilnya, akhirnya suami yang mengambil keputusan. Nah suami merasakan juga istrinya menghormati dia, sehingga dia yang tetap diberikan hak untuk mengambil keputusan itu. Tapi siapakah yang sebetulnya menyediakan pilihan-pilihan itu, si istri nah jadi kalau ini bisa dilakukan saja, saya kira meskipun si istri lebih bijaksana tetap kepemimpinan di tangan si suami dan si istri tetap menunjukkan hormat kepada si suaminya.
WL : Pak Paul, menyambung pertanyaan Pak Gunawan, kalau misalnya si istri tidak tahu tentang hal-hal seperti ini, lalu dia juga dibesarkan di tengah-tengah keluarga di mana ibunya memang lebih dominan, lebih banyak kelebihan, kemampuannya lebih dibandingkan ayahnya dan ternyata tidak ada masalah selama ini, papanya juga cukup OK dengan situasi itu bahkan malah "menikmati". Nah yang perempuan ini memang melihat o...suami-istri seperti itu begitu, nah waktu dia masuk ke pernikahan mungkin dia akan kesulitan kalau ketemu pria yang bukan seperti papanya maksudnya memang ya seharusnya suami yang memimpin begitu.
PG : Itu sering terjadi Bu Wulan, jadi memang kita ini produk dari lingkungan, apa yang telah kita lihat pada masa-masa pertumbuhan akhirnya tertempel di benak kita dan itu yang kita akan bawa alam rumah tangga kita.
Itu sebabnya sekali lagi saya ingin ingatkan bimbingan pranikah itu penting dalam masa-masa berpacaran, sehingga masing-masing bisa mengenali pola-pola bagaimana mereka dibesarkan dulu. Sebab pola-pola itulah nanti yang akan mereka nanti bawa dalam pernikahan. Nah sudah tentu waktu dia menikah dengan pria yang berbeda dari ayahnya akan banyak sekali penyesuaian yang harus dia lakukan karena si suami mungkin sekali tidak akan terima dengan cara-cara otoriter istrinya. Sudah tentu akan terjadi konflik tapi kalau dua-dua memang serius mau menyatukan relasi ini ya bisa berubah.
GS : Tapi memang sering saya temukan dalam banyak contoh itu pasangan suami-istri, saya lihat ini ada suatu keahlian istri itu untuk bisa menguasai suaminya Pak Paul, sehingga banyak teman-teman itu yang berkata wah ini suami yang takut istri dan sebagainya. Dalam hal seperti itu Pak Paul, ternyata orang lain bisa membaca memang sekalipun suaminya itu sebagai kepala keluarga, tetapi yang sangat berperan itu istrinya. Nah tentu buat si suami ini menjadi suatu cela tersendiri, dia merasa dipermalukan, itu bagaimana mengatasinya Pak Paul?
PG : Kalau dia menyadari itu dia mesti membicarakannya dengan istrinya dan berkata kepada istrinya: "Saya menghargai masukan kamu sebab saya melihat dalam hal-hal seperti ini kamu yang lebh tepat dibandingkan dengan saya, tapi mohon jangan sampai mempermalukan saya."
Nah Tuhan memang memberikan karunia kepada anak-anakNya laki-laki dan perempuan, jadi dari konsep ini saja kita bisa simpulkan bahwa tidak semua hal dilakukan dengan baik oleh satu orang dalam hal ini si suami, akan ada hal-hal tertentu yang dilakukan dengan sangat baik oleh seorang wanita atau istrinya. Nah pernikahan yang sehat pernikahan yang bisa memberi ruangan munculnya karunia-karunia ini dengan bebas dan kedua orang suami-istri itu bisa saling menghargai. Jadi suami minta kepada istrinya: silakan saya senang dengan masukan kamu, asal penyampaian kamu harus tepat, di mana kamu sampaikan harus juga dilihat-lihat, bagaimanakah cara kamu menyampaikannya mohon diperhatikan jangan sampai akhirnya melecehkan saya, kalau itu bisa disetujui saya kira rumah tangga mereka akan tetap berjalan dengan baik.
GS : Ya tetapi ada istri malah bangga, cerita sama teman-temannya o....kalau suamiku itu takut sama saya. Itu sebenarnya apakah kebutuhan atau keinginan untuk menguasai orang lain itu tercermin di sana?
PG : Saya kira itulah yang memang tersirat dari firman Tuhan kepada istri, istri tunduklah kepada suamimu, sebab memang sifat dasar manusia sebetulnya tidak mudah tunduk baik pria maupun wanita Jadi karena istri yang diminta tunduk memang tidak mudah tunduk, yang lebih enak adalah kalau orang lain yang tunduk kepada kita, jadi perjuangan yang sangat keras sekali.
Kenapa Tuhan memberi perintah kepada pria, kasihilah istrimu sebab saya yakin tersirat dalam perintah itu, cukup banyak pria terlalu cinta pada dirinya sangat egois. Jadi mencintai orang lain, mendahulukan orang lain, buat sebagian besar pria sangat sulit, jadi itulah yang menjadi latar belakang kenapa Tuhan juga memberikan perintah-perintah yang berbeda itu kepada suami dan istri.
WL : Pak Paul, kita sering mendengar istilah ya bolehlah si suami menjadi kepala, tapi siapa dulu jadi lehernya. Leher itu 'kan yang menggerakkan kepala mau ke kiri, ke kanan ke mana begitu jadi penting sekali istri itu memahami benar sampai seberapa porsinya dia di hadapan suami.
PG : Betul, makanya ada peribahasa yang berkata di belakang seorang suami yang sukses, ada seorang istri yang bijaksana. Itu juga betul saya kira.
GS : Jadi terima kasih sekali, saya rasa kalau pasangan suami-istri mengikuti pedoman yang sudah Tuhan berikan melalui kebenaran firman-Nya, kehidupan rumah tangga mereka khususnya dalam hubungan suami-istri pasti akan mendatangkan kebahagiaan yang luar biasa. Terima kasih sekali Pak Paul untuk perbincangan dan ceramah yang boleh kita dengar bersama pada kesempatan ini, juga Ibu Wulan terima kasih untuk kehadiran Ibu bersama kami. Para pendengar sekalian kami juga mengucapkan banyak terima kasih Anda telah dengan setia mengikuti acara ini acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja mengikuti sebuah penayangan ulang rekaman ceramah dari Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Dan bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.