Tetap Fokus dan Berimbang dalam Kesibukan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T500B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kesibukan bukan saja menimbulkan kelelahan fisik tapi juga kelelahan mental spiritual. Mari belajar dari Tuhan Yesus yang dalam kesibukannya tetap fokus dan berimbang.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Salah seorang tersibuk pada masa kehidupan-Nya di dunia adalah Yesus Putra Allah. Ke mana Ia pergi, orang berbondong-bondong mengikuti-Nya. Bukan saja mereka datang untuk mendengar pengajaran-Nya, mereka pun datang untuk menerima kesembuhan. Singkat kata, semasa hidup-Nya di dunia, Yesus Putra Allah dikelilingi dan didesak oleh orang yang datang membawa kebutuhannya. Namun, sebagaimana dapat kita lihat, Ia tetap fokus dan berimbang. Ia tidak pernah terlihat stres, cemas, atau tertekan. Pertanyaannya adalah, bagaimanakah Ia menghadapi tekanan sebesar itu? Apakah kiat-Nya sehingga Ia tidak stres dan lepas fokus?

Pada Markus 1:35-39 dicatat suatu kejadian dalam kehidupan Yesus Putra Allah. Dikatakan pada saat pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Tuhan Kita Yesus bangun dan pergi ke luar. Apakah yang dilakukan-Nya pada saat orang masih terlelap? Ia pergi untuk berdoa. Mohon diperhatikan bahwa sesungguhnya Ia dalam kondisi letih; hari-hari sebelumnya Ia begitu sibuk. Di Kapernaum begitu banyak orang yang mencari-Nya untuk memperoleh penyembuhan dan pelepasan dari kuasa Iblis. Di Markus 1:33 dikatakan, "Menjelang malam sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan Setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu." Namun, keesokan harinya, semasa masih subuh, Ia sudah bangun untuk berdoa. Ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik.

  1. TIDAK SELALU KITA DAPAT MENGENDALIKAN TINGKAT KESIBUKAN; ADAKALANYA KESIBUKAN MENINGKAT DI LUAR PERKIRAAN. Kesibukan Tuhan Kita Yesus berawal dari pelepasan yang dilakukan-Nya di rumah ibadat dan penyembuhan mertua Petrus. Begitu orang mendengar apa yang diperbuat-Nya, mereka langsung datang mencari-Nya. Tatkala itu terjadi, Ia menghadapinya. Kita pun harus menghadapi tuntutan kesibukan yang datang walau itu menguras waktu dan tenaga.

    Jika kita ingin dipakai Tuhan, kita mesti bersikap lebih flesibel dalam hal waktu. Bila kita irit waktu dan sayang tenaga, kita tidak dapat dipakai Tuhan secara maksimal. Kesibukan adalah harga yang kadang mesti kita bayar di dalam kita mengikut dan melayani Tuhan. Terpenting adalah kita tidak mencari-cari kesibukan. Apabila kita tidak mencari-cari kesibukan tetapi kemudian sibuk, kita tahu bahwa Tuhan menghadirkan kesibukan itu guna menggenapi rencana-Nya.

  2. PERSEKUTUAN DENGAN TUHAN MENEMPATI URUTAN TERATAS DALAM HIDUP MELAYANI TUHAN. Untuk dapat memahat waktu bersekutu dengan Tuhan, kadang kita harus mengorbankan tidur. Pada hari itu Tuhan Yesus letih dan perlu beristirahat lebih panjang, tetapi Ia tahu, Ia harus bersekutu dengan Bapa di surga. Itu sebab Ia rela mengurangi jam istirahat-Nya supaya Ia dapat bersekutu dengan Bapa di surga.

    Acap kali kita menempatkan persekutuan dengan Tuhan di dalam kategori, "Jika ada waktu." Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kita mesti menempatkan persekutuan dengan Tuhan dalam kategori, "Harus sediakan waktu." Di dalam persekutuan dengan Tuhan kita memperoleh kekuatan untuk melakukan kehendak-Nya dan di dalam persekutuan dengan Tuhan kita berkesempatan mendengar suara-Nya supaya kita tahu dengan jelas apa kehendak-Nya. Singkat kata, selain kekuatan, di dalam persekutuan dengan Tuhan kita mencerna dengan jelas apa yang mesti kita lakukan atau tidak lakukan. Sebagaimana dapat kita lihat, setelah bersekutu dengan Bapa di surga, Tuhan Yesus memutuskan untuk berangkat meninggalkan Kapernaum. Mohon dimengerti, Ia tidak melarikan diri; Ia pergi mengikuti suara Bapa di surga. Beberapa hari terakhir Ia memberi diri-Nya untuk memenuhi kebutuhan penduduk Kapernaum. Sekarang tiba saatnya Ia pergi. Ia berkata kepada para murid-Nya, "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang."

  3. Kita harus MEMAHAMI DENGAN JELAS PRIORITAS HIDUP KITA DAN BERUSAHA SEDAPAT MUNGKIN MEMEGANGNYA ERAT-ERAT. Tuhan Yesus datang untuk memberitakan Kabar Baik bahwa keselamatan dari Allah Bapa sudah tiba. Menyembuhkan dan melepaskan orang dari kerasukan Setan bukanlah misi utama kedatangan-Nya. Ia fleksibel dan bersedia meluangkan waktu untuk itu tetapi Ia tidak terseret arus. Ia tetap fokus sekaligus berimbang dalam pelayanan-Nya. Kita pun harus tetap fokus pada tugas dan panggilan utama kita namun kita juga harus fleksibel dan berimbang. Kadang sesuatu muncul dan menuntut perhatian; silakan hadapi dan penuhi. Setelah itu kembalilah kepada misi utama hidup kita. Dengan kata lain, kita mesti sedapatnya hidup tepat sasaran dan kita hanya dapat hidup tepat sasaran jika kita dapat membedakan antara kebutuhan dan panggilan. Kebutuhan akan selalu ada, tetapi panggilan—dan kesempatan untuk melaksanakannya—tidak selalu ada. Kepergian Tuhan Yesus tentulah mengecewakan penduduk Kapernaum. Namun, Tuhan tahu bahwa tujuan hidup-Nya bukanlah untuk menyenangkan dan memenuhi kebutuhan orang. Ia hidup untuk menyenangkan hati Bapa di surga dan menggenapi panggilan dan misi hidup-Nya. Tujuan hidup bukanlah bagaimana kita dapat terhindar dari kesibukan. Kadang, kita harus sibuk untuk memenuhi tuntutan hidup dan pelayanan. Terpenting adalah kita tidak stres dan tergesa-gesa. Kita tidak stres dan tergesa-gesa bila kita menempatkan persekutuan dengan Tuhan di tempat teratas. Di dalam persekutuan dengan Tuhan kita memperoleh kekuatan dan pengarahan. Kita pun harus tepat sasaran di dalam kesibukan; untuk itu kita harus tahu dengan jelas panggilan dan misi hidup kita.