Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Remaja Putri dan Cinta" dan ini adalah bagian yang pertama. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, beberapa hari yang lalu kita berbicara tentang remaja putra dengan pornografinya. Rupanya remaja putri juga mempunyai permasalahan sendiri, dan itu apa, Pak Paul ?
PG : Betul, Pak Gunawan. Saya kira salah satu masalah berat yang dihadapi remaja putri dewasa ini adalah bertambahnya tekanan untuk dicintai. Seolah-olah kalau mereka itu tidak dicintai maka meeka itu tidak lagi bernilai atau tidak berharga.
Sehingga seolah-olah di kalangan remaja putri ada sebuah perlombaan, persaingan untuk dicintai, diperhatikan oleh remaja putra, kalau tidak mendapatkan perhatian itu sampai usia tertentu maka seolah-olah mereka itu menganggap dirinya tidak berharga.
GS : Ini adalah kebutuhan emosional yang harus dipenuhi, apakah itu tidak bisa dipenuhi oleh orang tua mereka, Pak Paul ?
PG : Sudah tentu, Pak Gunawan, kalau remaja putri sering mendapatkan kecukupan dari orang tuanya maka desakan ini makin berkurang. Tapi kalau dia tidak mendapatkan dengan cukup dari orang tuany maka desakan ini akan makin besar sebab dia merasa gamang dengan dirinya sendiri.
Maka karena dia merasa gamang akhirnya dia harus mendapat tambatan atau tempat dimana dia merasa aman, dan tempat itu adalah cinta dari seorang laki-laki.
GS : Apakah itu bukan merupakan suatu tren, karena melihat banyaknya sinetron-sinetron remaja yang menggambarkan percintaan ?
PG : Saya kira pengaruh dari apa yang ditonton itu pasti ada. Apalagi kalau banyaknya kisah-kisah yang memerlihatkan anak-anak remaja SMP, SMA sudah berpacaran, saya kira itu pun menimbulkan kenginan pada diri remaja putri untuk bisa seperti mereka, yaitu mempunyai pacar.
Tapi misalkan di dalam rumah mereka mendapatkan kekuatan, kasih sayang dari orang tuanya maka desakan ini tidak terlalu bergolak.
GS : Sebenarnya hal-hal apa terjadi di sekitar kita yang memberikan tekanan kepada remaja putri ini sehingga mereka seolah-olah sangat membutuhkan cinta itu ?
PG : Ada beberapa yang bisa saya bagikan. Yang pertama, bertambah banyaknya penekanan pada kecantikan jasmaniah. Jadi sekarang ini penekanan untuk cantik menjadi lebih kuat karena sekarang ini ebih tersedianya alat-alat kecantikan sehingga anak-anak remaja sepertinya sudah disuguhi alat-alat yang bisa menambah kecantikan.
Dan tidak bisa disangkal pula sekarang ini ibu mereka sudah mulai terikat oleh alat-alat kecantikan dan mewariskan ilmu mereka kepada anak-anak mereka bahwa mereka pun harus pintar-pintar merawat kulit, pintar-pintar merawat wajah, mata, hidung, rambut dan sebagainya sehingga ada yang harus operasi ini dan itu. Semua ini akhirnya menambah beratnya penekanan pada penampilan jasmaniah. Kalau kita lihat, sekarang ini berjamuran tempat-tempat olahraga, tempat ini tujuannya satu yaitu menambah kebugaran supaya tampil menarik. Jadi hal inilah yang menjadi tekanan atau hal-hal yang diagung-agungkan oleh kita dewasa ini.
GS : Rasanya pengaruh iklan itu sangat besar terhadap mereka, Pak Paul. Baik lewat radio maupun lewat televisi.
PG : Betul sekali. Misalkan kalau kita mau melihat di televisi, berapa banyak iklan-iklan alat kecantikan baik itu dari shampo, alis mata, lipstik, minyak wangi dan sebagainya. Jadi, inilah genrasi di mana kita hidup bahwa anak-anak remaja ini akan dibombardir oleh alat-alat kecantikan yang menekankan bahwa hanya orang-orang cantiklah yang akan diperhatikan.
Jadi kalau tidak cantik maka tidak diperhatikan. Itu sebabnya akhirnya mereka terdorong untuk masuk ke dalam langkah berikutnya yaitu mereka mesti diperhatikan oleh pria, mesti disukai atau dicintai oleh pria, mesti ada pria yang terpikat olehnya sebab kalau tidak maka mereka tidak memeroleh buktinya, bukti bahwa mereka menarik. Jadi kalau ada pria yang menyukai mereka maka itu adalah bukti bahwa saya menarik, sehingga memikat seorang pria. Barulah hatinya lega bahwa "saya itu cukup berharga".
GS : Jadi ini yang bisa dijadikan korban bagi pria sebenarnya, Pak Paul. Kalau pria itu mengetahui kebutuhan seperti itu, pria siapa pun bisa masuk ke dalam kehidupannya ?
PG : Kalau tidak hati-hati maka itu yang akan terjadi, karena betapa beratnya tekanan di antara mereka untuk bisa memunyai seorang pacar atau kekasih untuk dicintai, dan kalau tidak hati-hati mreka akan menerima siapa saja.
Coba kita masuk ke dunia remaja, Pak Gunawan, misalkan pesta, tidak bisa disangkal kalau mereka datang bersama pacar maka mereka akan menjadi buah bibir atau dibicarakan, apalagi kalau pacar mereka itu ganteng, trendy. Maka remaja putri yang tidak mendapatkan pacar atau dicintai oleh seorang pria tidak bisa tidak dia akan merasa tidak nyaman dengan dirinya, merasa ada yang kurang atau ada yang salah dalam dirinya. Mungkin saja ada perasaan iri terhadap teman-temannya misalkan temannya itu populer atau begitu mudahnya mendapat perhatian dari pria, inilah tekanan-tekanan yang harus dihadapinya. Misalkan dia diundang pesta maka dia sudah membayangkan, "Saya harus datang sendiri atau datang bergerombol dengan sesama teman wanita." Waktu mereka melihat teman wanita yang datang dengan pacarnya maka ada perasaan-perasaan tertentu yang timbul, "Kenapa saya tidak bisa, dan kenapa tidak ada yang tertarik dengan saya." Jadi akhirnya mulailah muncul rasa minder, mulailah merasa tidak berharga. Hal ini sudah tentu seperti yang Pak Gunawan ungkapkan bisa-bisa membuahkan perilaku yang tidak bijaksana, yaitu yang penting ada yang mau dengan saya dan kadang-kadang lebih jauh lagi yaitu apa pun yang diminta oleh si pria asalkan saya disukai oleh si pria maka tidak apa-apa, saya akan memberikan.
GS : Pak Paul, sehubungan dengan kecantikan, itu adalah sesuatu yang relatif dan seringkali remaja putri tidak puas dengan penampilan dirinya dan ini bagaimana, Pak Paul ?
PG : Kita hidup dalam dunia yang memang sudah mengglobalisasi. Jadi tanpa disadari sekarang dunia mempunyai satu patokan tentang kecantikan. Itu tidak bisa disangkal. Misalkan di Amerika Serika banyak wanita yang berkulit hitam merasa kurang percaya diri kalau wajah mereka terlalu berbeda dari wajah wanita yang mempunyai ras Kaukasia atau orang-orang Barat (orang-orang yang berkulit putih).
Jadi orang-orang berkulit hitam yang penampilannya makin mendekati orang berkulit putih, mungkin dikarenakan kawin campur dan sebagainya, mereka merasa lebih bangga, lebih percaya diri karena merasa diri lebih cantik, nantinya lebih bisa menarik hati orang. Tapi yang merasa dirinya terlalu jauh dari gambar orang kulit putih, mereka merasa kurang percaya diri. Tidak bisa disangkal ini juga menggejala di negara Asia. Jadi kalau wajah orang itu jauh dari berpenampilan seperti orang Kaukasia, maka orang ini makin kurang nyaman. Jadi dunia makin sederhana dalam hal standar kecantikan sebab seolah-olah sekarang sudah ada satu patokan.
GS : Mungkin ada hal lain yang menimbulkan tekanan pada remaja putri ini, Pak Paul ?
PG : Yaitu kurangnya interaksi dengan orang tua, Pak Gunawan. Saya tahu bahwa semua anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian orang tua termasuk anak perempuan. Jika anak merasa dikasihi, ditrima apa adanya, maka dia ibarat sauh dia akan tertanam dengan kuat dalam keluarganya.
Sebaliknya bila tidak seperti itu maka dia akan cenderung terapung-apung di tengah dunia pergaulan, mencari-cari arah dan pegangan. Masalahnya adalah makin bertambah sibuknya orang tua maka cukup banyak anak perempuan yang harus menerima fakta bahwa waktu yang harus diberikan adalah terbatas dan secara kodrati anak perempuan lebih membutuhkan ekspresi kasih orang tua dari pada anak laki-laki sebab anak perempuan memang mempunyai kepekaan perasaan yang lebih dari pada anak laki-laki. Itu sebabnya perasaannya, emosinya itu lebih harus diisi. Itu sebabnya kurangnya waktu dan perhatian orang tua cenderung menciptakan kekosongan dalam diri si anak dan untuk mengisi kekosongan inilah si anak perempuan akhirnya rentan untuk mencari pria guna mendapatkan cinta dan perhatiannya.
GS : Biasanya anak remaja ini ceria dan banyak pergaulan dengan teman-teman sebayanya Pak Paul, apakah itu tidak bisa mengisi kekosongan interaksi dengan orang tua, Pak Paul ?
PG : Saya kira sudah tentu kalau dia itu mempunyai banyak teman maka teman-teman itu sedikit banyak akan bisa mengimbangi kekurangannya, tapi tetap sebagai seorang anak karena dia dibesarkan disitu, dari awal dia hidup bersama dengan orang tua maka dari orang tualah dia membutuhkan cinta dan kasih sayang itu.
GS : Biasanya mereka itu bergaul secara nyata di dunia yang nyata tetapi di dunia maya pun mereka terus mencari teman.
PG : Betul dan makin banyak teman maka akan semakin mengisi kehidupannya. Tapi sekali lagi kasih sayang itu perlu dialami dan bukankah hanya bisa dialami kalau ada interaksi langsung, ada pembiaraan langsung, ada pelukan langsung, ada ucapan-ucapan dari orang tua yang membesarkan hatinya yang membuat dirinya berharga.
Hal-hal itulah yang dibutuhkan terutama oleh remaja putri, sekali lagi remaja putra juga membutuhkan itu tetapi remaja putri memiliki kebutuhan emosi yang lebih kuat akibat perasaannya yang makin sensitif, maka dia lebih membutuhkan semua ini. Waktu dia tidak mendapatkannya maka itu akan menimbulkan kekosongan dan dia mencarinya, dan kalau ada laki-laki yang dapat memberikan kepadanya, maka itulah yang dia akan coba dapatkan. Problemnya adalah seringkali mereka tidak hati-hati, dia mau saja dengan siapa pun asalkan memberikan cinta kepadanya.
GS : Kadang-kadang kalau pun mereka tidak mendapatkan teman untuk mencurahkan isi hatinya, maka mereka hidup di dalam khayalan mereka sebagai remaja putri ini, mereka berkhayal seolah-olah ada teman prianya, bukankah ini juga berbahaya ?
PG : Betul. Jadi dalam kondisi mereka sangat kesepian tidak ada yang menelepon, tidak ada yang mengajaknya pergi keluar malam, apalagi malam minggu. Kalau dia masih mempunyai teman-teman yang lin, entah itu teman wanita untuk pergi ke gereja maka sedikit banyak itu bisa mengisi.
Tapi kalau tidak ada kegiatan, tidak ada yang mengajak keluar hanya di rumah, apalagi kalau orang tua repot pergi ke luar, maka dia akan makin terisolasi dan bisa saja dia mulai berkhayal-khayal. Anak-anak remaja seperti inilah yang rawan untuk dimangsa oleh pria-pria yang sudah diketahui butuh kasih sayang seperti ini. Itu sebabnya di Amerika Serikat sekarang ada sebuah unit khusus dari kepolisian yang masuk ke dunia maya berpura-pura menjadi anak-anak remaja putri supaya mereka bisa menjebak para pria jahat yang memang berniat memangsa anak-anak remaja putri ini dan puji Tuhan ada orang-orang yang telah ditangkap yang berusaha memangsa anak-anak remaja putri ini. Orang tua mungkin tidak tahu karena kesibukan di luar, banyak pekerjaan atau kegiatan yang lainnya dan hanya tahu anak putrinya di rumah, nonton TV atau main komputer, laptop dan tanpa diketahui masuk ke dunia maya. Mereka tidak tahu bahwa anaknya mungkin saja sedang menjadi target untuk dimangsa oleh pria-pria tertentu. Kenapa bisa menjadi target ? Karena ada kebutuhan untuk diperhatikan dan dikasihi itu.
GS : Tetapi sebagian anak-anak remaja putri sudah lepas dari asuhan orang tua, misalkan dia belajar di luar kota sehingga harus tinggal di kost dan sebagainya. Maka untuk orang tua bisa berinteraksi langsung dengan remaja putri ini agak kesulitan, Pak Paul.
PG : Betul. Dalam kasus di mana anak remaja putri meninggalkan rumah sudah kuliah dan sebagainya maka sudah tentu interaksi dengan orang tua akan berkurang namun sekali lagi kalau sebelumnya di pergi, jadi saat dia ada di dalam rumah, dia mendapatkan kehangatan itu, perhatian itu maka waktu dia di luar pun walau dia membutuhkan perhatian, namun tetap, apa yang telah diisi akan tetap ada.
Sudah tentu dia akan merasa kesepian, dia butuh orangtuanya atau dia butuh teman-temannya tapi apa yang telah diisi itu tidak hilang dengan begitu saja dan mungkin dalam kesepian dia akan menghubungi orang tuanya, bicara dengan mereka lewat 'chatting' atau lewat telepon. Jadi kita akan melihat perbedaannya, Pak Gunawan. Dan saya sudah melihat ini, saya sudah melihat remaja putri yang keluar rumah, study di luar, hidup sendiri, kalau memang dari keluarga yang hangat maka dia akan lebih mantap. Dan saya perhatikan, kalau remaja putri di rumah tidak mendapatkan perhatian seperti itu maka mereka berbeda sekali dengan yang mantap tadi, mereka terapung-apung mudah sekali hanyut dan sangat terlihat kalau mereka haus, membutuhkan perhatian dan cinta dari seorang pria. Tapi dari keluarga yang hangat dan kuat, meskipun sepi tidak ada orang tuanya, tetap mereka lebih mantap, lebih bijaksana dan lebih bisa membedakan orang, lebih bisa melihat orang. "Saya tidak mau ini, tidak cocok dan sebagainya ". Tapi bagi mereka yang memang kurang dan tabungnya kosong, maka mereka asal pilih, asal ada yang mau mencintai mereka.
GS : Tetapi masalahnya sekali pun mereka berusaha seperti itu, belum tentu ada orang yang mau mendekati dia.
PG : Betul sekali. Akhirnya mungkin di kalangannya tidak ada yang mau, maka dia mulai keluar dan mencari di lingkungan yang berbeda darinya. Jadi misalkan awal-awal dia itu bersama-sama di dala lingkup gereja tapi sekarang sudah tidak lagi disitu, maka dia akan keluar dari lingkup gereja dan dia nanti mulai bergaul dengan teman-teman di luar lingkup itu, mudah-mudahan mereka tetap bergaul dengan relasi yang baik tapi kalau tidak hati-hati, bisa terjebak dan masuk ke dalam lingkup yang buruk.
GS : Biasanya mereka yang belum dapat pacar atau belum bertemu dengan teman prianya maka mereka ini berkumpul jadi satu, lalu pergi bersama-sama atau melakukan kegiatan bersama-sama seperti itu, Pak Paul ?
PG : Di satu pihak memang sekilas kita akan melihat mereka yang biasa berkumpul bersama-sama kelompok wanita saja, seolah-olah mereka itu sungguh-sungguh senang atau puas dan tidak mencari cint tapi pada faktanya adalah beberapa di antara mereka ada yang memang belum merasa mantap atau belum terisi dari rumah, menjadi anak-anak yang menjadi haus dan membutuhkan cinta dari pria itu, Pak Gunawan.
Atau saya juga harus akui kalau pun dia mendapatkan cinta yang cukup dari rumah tapi memang ada tekanan untuk cantik dan untuk membuktikan diri cantik harus disukai oleh seorang pria, itu juga bisa memengaruhi dia sehingga terdoronglah keinginan untuk mendapatkan seorang pacar.
GS : Selain dua unsur tadi, apakah masih ada hal lain yang mendesak seorang remaja putri ini ?
PG : Terakhir adalah, bertambahnya tuntutan prestasi. Pada zaman sekarang hampir semua anak dituntut untuk cerdas dan memiliki kebisaan dalam banyak hal. Jadi selain dari nilai-nilai akademik tnggi, anak-anak sekarang diharapkan bisa main musik, mungkin juga bisa main dua instrumen dan bukan hanya satu, bisa belajar bahasa Inggris dan sebagainya.
Hal ini akan makin menambah daftar syarat untuk menjadi seorang remaja putri yang menarik. Maksudnya bagaimana ? Maksudnya adalah kalau seorang remaja perempuan tidak bisa banyak hal maka dia sendiri akan merasa seolah-olah dia tidak berharga. Jadi sesungguhnya ada cukup banyak remaja putri yang mengalami ketertekanan akibat tuntutan prestasi yang tinggi ini, seolah-olah nilai diri ini tergantung pada prestasi terutama akademik, sebab kalau tidak, maka dia tidak akan dilirik oleh pria dan ini adalah anggapannya. Singkat kata, banyak remaja putri yang takut tampil bodoh dan tidak bisa apa-apa. Itu sebabnya dorongan untuk dicintai dan diperhatikan pria menjadi semakin besar supaya bisa sejahtera melihat dirinya sebagai perempuan yang berharga.
GS : Tapi kenyataannya yang seringkali terjadi, remaja putri yang cantik-cantik justru tingkat intelegensinya rendah, saya tidak tahu apakah ini karena dia terlalu banyak meluangkan waktunya untuk merawat diri tapi kurang belajar atau bagaimana, Pak Paul ?
PG : Memang kita tidak bisa pastikan atau kaitkan kecantikan dengan kecerdasan, sudah tentu ada yang cantik dan cerdas tapi ada yang kurang cantik tapi kurang cerdas, sebagaimana laki-laki jugademikian.
Tapi kalau Pak Gunawan berkata bahwa bisa saja ada anak perempuan yang karena terlalu mencurahkan waktu pada penampilannya maka akhirnya tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap tuntutan akademiknya, sudah tentu itu bisa terjadi. Intinya adalah sekarang ini tuntutan untuk cerdas begitu besar sehingga pria pun terbawa oleh arus ini, kalau mereka melihat perempuan yang dianggapnya atau dinilainya tidak secerdas yang mereka inginkan maka tidak dilirik, kecuali orang itu sangatlah menawan, cantik dan barulah dilirik. Jadi yang kasihan sudah tentu adalah remaja putri kita, sebab seolah-olah mereka itu seperti ingin membuktikan ini, bisa ini dan itu, cerdas ini dan cerdas itu agar lebih bisa dicintai, agar dirinya sendiri merasa dirinya berharga. Inilah dunia di mana kita hidup, Pak Gunawan, persaingan, tekanan lebih mengadu atau tidak mau ketinggalan untuk menjadi lebih besar, dan semua ini terkait dengan misalnya seseorang melihat dirinya.
GS : Ada sebagian remaja putri yang mempunyai pandangan kalau dia terlalu pandai atau menunjukkan kecerdasannya, justru dia tidak dilirik oleh para pria karena para pria juga takut oleh orang yang terlalu pandai. Dan itu bagaimana ?
PG : Itu benar. Jadi ada sebagian perempuan yang memang takut terlalu pandai sebab takut kalau nanti tidak ada pria yang berani untuk mendekatinya. Jadi memang kebanyakan remaja putri tidak bersaha menjadi sepandai itu tapi setidak-tidaknya mereka berusaha untuk tampil lumayan cerdas, sebisanya mereka ingin dinilai sebagai anak-anak yang cerdas.
Sebab mereka sudah mengaitkan itu semua dengan daya tarik dan ini bukanlah sesuatu yang dikhayali atau yang dibayangkan oleh wanita sebab itulah faktanya. Banyak pria atau di kalangan pria, kalau mereka sedang berbicara maka dia akan meninggikan atau mengagungkan wanita yang dianggap cerdas. Jadi itu adalah suatu fakta dan remaja putri tahu itu, remaja putri mungkin tahu atau mendengar bahwa kalau remaja putra bicara kadang-kadang menjelekkan remaja putri yang tidak pandai, entah itu mengatainya atau mengolok-oloknya. Jadi sekali lagi tekanan bertambah besar. Semua ini menumpuk baik itu tekanan untuk cantik, tekanan untuk bugar, langsing, tekanan untuk dikasihi, tekanan untuk bisa cerdas dan semua itu semakin menekan remaja putri sebab ujung-ujungnya, dengan semua itu mereka berharap mereka akan dicintai dan dihargai oleh pria.
GS : Ada salah satu segi lain yang saya lihat dari segi finansial atau keuangan, ada putri yang sengaja seperti terlalu royal atau obral dengan harapan ada pria yang mau memerhatikan dia karena dia seolah-olah mudah sekali memberikan uangnya itu.
PG : Bisa jadi. Adakalanya mungkin pria-pria tertentu senang sekali dengan wanita yang hambur dengan uang, sehingga dia diongkosi karena mungkin dia banyak pengeluaran yang besar dan rasa malu ang dimiliki kurang.
Memang dia merasa senang, yang penting dia mendapatkan alat-alat yang dia butuhkan dan perempuannya yang membayarkan.
GS : Bagi si putri dia tidak merasa keberatan mengeluarkan uang sebanyak itu asalkan ada pria yang mendampingi dia.
PG : Betul sekali. Jadi sekali lagi kasihan dan menyedihkan, tetapi itu salah. Jadi seolah-olah untuk membeli perhatian pria ini, supaya dia bisa berjalan berdampingan dengan pria ke pesta-pest dia harus mengongkosi kehidupan pria ini, seperti itu.
Mungkin pria itu akan berkata, "Mau beli handphone yang lebih canggih, mau beli I-pod, I-phone," dan si wanitanya yang harus mengeluarkan uang, membayarkan.
GS : Juga ada sebagian remaja putri yang mau bergaul dengan cara apa saja dan dengan siapa saja, dengan harapan dia bisa menggait seorang pria. Jadi kadang-kadang pergaulan itu justru merusak dia misalnya dengan minum-minuman keras tapi dia rela untuk melakukan itu, Pak Paul.
PG : Betul, apalagi kalau pria yang disukainya mempunyai kehidupan seperti itu yang suka dugem, minum, merokok padahalnya si putri ini awalnya tidak seperti itu namun akhirnya terbawalah dia kaena mau menyenangkan pria yang dicintainya, supaya pria itu tidak kemana-mana dan juga mencintainya dan pada akhirnya merusakkan dirinya.
Jadi kita bisa melihat kalau tidak hati-hati, remaja putri kita bisa termakan oleh semua ini gara-gara membutuhkan cinta.
GS : Dan Firman Tuhan apa yang mau Pak Paul sampaikan sehubungan dengan ini ?
PG : Di Pengkhotbah 3:14 Firman Tuhan berkata, "Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi." Ini yang akansaya katakan berdasarkan Firman Tuhan yaitu apapun penampilan jasmaniah kita, itu adalah pemberian dan penetapan Tuhan.
Sebagaimana Firman Tuhan katakan di sini, apa yang telah dilakukan Allah tetap selamanya dan tidak dapat ditambah atau dikurangi. Dengan kata lain, semuanya pas dan tepat untuk menggenapi rencana Tuhan, tidak perlu ditambah atau dikurangi apalagi disesali.
GS : Ini sesuatu perbincangan yang sangat menarik, Pak Paul, tetapi kita harus akhiri perbincangan kita dan kita akan ulas lebih jauh masalah remaja putri dan cinta ini pada bagian yang akan datang. Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Remaja Putri dan Cinta" bagian yang pertama. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.