Pria Paro Baya di Tengah Keluarga

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T017B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Di tengah keluarga pria paro baya juga berada di persimpangan jalan dalam hubungan dengan anak dan istrinya. Hal ini bisa jadi hubungannya bisa dekat tapi bisa bertambah renggang.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Adakalanya pergumulan pria paro-baya merupakan suatu pergumulan internal yang berat yang tidak mudah untuk diatasi. Sudah tentu pergumulan pribadi seseorang membawa dampak dalam relasinya dengan keluarga. Di antaranya adalah menimbulkan gejolak dalam keluarganya. Karena misalnya:

  1. Kecenderungan pria paro-baya untuk memilih jalur karier yang berbeda dengan yang telah digelutinya selama ini.

  2. Mempunyai waktu yang sedikit untuk keluarga.

Kalau karier mereka menanjak dengan normal dan baik, pada usia paro-bayalah mereka menjadi pimpinan. Dan pimpinan berarti tanggung jawab juga makin besar pada pundak mereka, akibatnya memang kalau tidak hati-hati mereka ini akan meninggalkan waktu sedikit sekali untuk keluarga.

Pada usia paro-baya inilah pria berada di persimpangan jalan dalam hubungannya dengan anak-anak atau istrinya yaitu dalam pengertian hubungan mereka bisa bertambah dekat tapi bisa bertambah renggang, karena anak-anak pun sudah mulai mandiri dan mereka pun makin bertambah sibuk di luar, energi mental mereka juga makin tersedot di luar akhirnya yang di dalam itu tidak kebagian, dan akibatnya hubungan mereka mudah sekali retak.

Peranan istri untuk bisa menolong adalah :
Mazmur 85:11, mengatakan: "Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman." Di sini kasih dan kesetiaan digandeng bersama, sebab keduanya tidak bisa dipisahkan, jadi orang yang mengasihi mewujudkan kasihnya itu melalui kesetiaannya. Istri bisa berbuat sesuatu untuk menolong suami mengasihinya terus dan juga setia kepadanya.

Keinginan atau kerinduan pria paro-baya adalah untuk tampil prima secara seksual, tetap jantan dan sebagainya. Dalam hal ini istri bisa terus mempercantik diri atau dengan kata lain menjaga kecantikan dirinya. Menjaga penampilan fisik mereka, menjaga tubuhnya dengan lebih baik. Usia paro-baya memang usia yang rawan, di mana suami tiba-tiba kepercayaan dirinya mulai berkembang, makin mantap, di tempat kerja mendapatkan kehormatan, dilihat sebagai sosok pemimpin, mempunyai wibawa. Mudah sekali terkecoh dengan lawan jenis yang lebih muda darinya, sedangkan di rumah istri memasuki masa menopause di mana kurang begitu berminat dengan hal-hal yang bersifat seksual, dengan hal-hal yang bersifat fisik.

Hal yang perlu dilakukan adalah pertama seorang pria dan wanita tidak bisa tidak harus mengembalikan perspektif hidup itu kepada perspektif rohani, perspektif Tuhan, untuk apa dia hidup. Seorang pria paro-baya yang hidup dalam Tuhan, sungguh-sungguh mengerti makna hidup dan kenapa dia hidup sebetulnya tidak akan terlalu banyak tergoncang. Kedua makin menyadari bahwa waktu ini tidak panjang lagi, seperti yang diungkapkan oleh seorang pendeta yang berusia di atas 50 tahun, beliau berkata: "Saya ini makin hari makin menyadari bahwa sebetulnya saya hanya bisa menyelesaikan sedikit saja dalam hidup ini, tidak terlalu banyak hal yang saya bisa kerjakan."

Mazmur 85:11b, "Keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman." Keadilan sebetulnya dapat diterjemahkan hidup benar, dan damai sejahtera akan bercium-ciuman artinya kedua hal itu tak bisa dipisahkan.

Dalam hidup ini kita akan banyak mengalami perbedaan dan ketidaksesuaian dengan pasangan kita dan sebagainya, karena bentukan pengaruh lingkungan dan sebagainya. Tapi Tuhan meminta satu hal tetaplah hidup benar di hadapan Tuhan, orang yang hidup benar di hadapan Tuhan dan mau taat kepada Tuhan akan menikmati damai sejahtera.

Meskipun misalkan kariernya meninggi tetap rendah hati, meskipun tergoda oleh wanita lain dia tetap setia karena takut akan Tuhan. Demikian juga dengan si istri misalnya memasuki masa menopause tidak mau melayani suami tapi ingat tanggung jawabnya adalah melayani suami, dia layani suaminya dan sebagainya. Nah kalau orang tetap peka terhadap pimpinan Tuhan dia akan hidup benar, kalau dia mau coba hidup benar dia akan memetik buahnya yaitu damai, itulah yang Tuhan janjikan.