Pernikahan Dihari Tua 2

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T227B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Lanjutan dari T227A

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Ada yang menanti-nantikan masa tua namun ada pula yang menatapnya dengan penuh ketakutan. Apakah yang terjadi sehingga ada yang melihat pernikahan di hari tua dengan penuh ketakutan?

  1. Biasanya ketakutan bersumber dari ketidaknyamanan hidup dengan pasangan. Sebenarnya sekarang pun sudah tidak menyukai hidup dengannya namun kehadiran anak sedikit banyak mengurangi rasa tidak nyaman itu. Kita tidak bisa membayangkan hidup dengannya tanpa anak-24 jam sehari!
  2. Ketidaknyamanan hidup dengan pasangan bisa berasal dari pelbagai sumber: konflik yang terus menerus, tuntutan yang berlebihan, atau kebiasaan hidup yang tak dapat kita terima. Pada akhirnya kita ketakutan membayangkan bahwa kita harus hidup dengan semua ini-berduaan saja.
  3. Ada pula yang tidak mengharapkan hidup bersama pasangan di hari tua sebab hidup dengannya lebih merupakan beban. Di masa lampau kita merasa dimanfaatkan, di hari tua kita tidak lagi mau dimanfaatkan olehnya. Kita ingin mencicipi kebebasan. Kita tidak bersedia hidup baginya sebab tidak pernah ia menghargai pengorbanan kita.
  4. Ada juga yang tidak sanggup membayangkan hari tua karena sakit penyakit yang diderita pasangan. Kita telah letih dan butuh istirahat; kita mau merawatnya tetapi kita tidak bertenaga lagi.

Kelemahan Masa Tua

  • Masa tua merupakan perpanjangan dari masa sekarang; bedanya adalah kekuatan sudah jauh berkurang sehingga beban terasa lebih berat.
  • Masa tua memperjelas ketidakharmonisan di antara kita; bedanya dengan masa muda adalah, sekarang tidak ada lagi pengikat dan tanggung jawab dan rasa sungkan pun makin menipis.
  • Masa tua juga dapat melahirkan kebiasaan baru yang tidak dapat ditoleransi pasangan. Bedanya dengan dulu adalah keinginan dan kesanggupan untuk menyesuaikan diri sudah menipis.
  • Masa tua penuh kelemahan fisik yang menambah kerepotan; dulu repot mengurus anak sekarang repot mengurus pasangan. Bedanya adalah kerap kali lebih mudah mengurus anak daripada mengurus pasangan sendiri. Juga kelemahan fisik sering kali memperburuk frustrasi sehingga kita mudah jengkel dengan diri sendiri dan pasangan.

Kekuatan Masa Tua

  • Di masa tua kita cenderung tidak tergesa-gesa dan lebih sabar menunggu karena Waktu sekarang berada di pihak kita. Alhasil, sesungguhnya kita lebih dapat berbicara dengan lebih perlahan.
  • Di masa tua kita cenderung lebih berhikmat dan memahami prioritas hidup dengan lebih tepat. Kita lebih menyadari hal-hal apa yang penting dan tidak penting dan apa itu yang merupakan kesia-siaan hidup. Jadi, seharusnya kita lebih dapat menjalin titik temu.
  • Di masa tua seharusnyalah kita lebih takut akan Tuhan dan lebih mementingkan hal rohani. Ini dapat menjadi kekuatan dan memotivasi kita untuk membereskan masalah.

Nasihat Firman Tuhan

"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan melainkan yang tak kelihatan karena yang kelihatan adalah sementara sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal. Karena kami tahu bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita . . . ." (2 Korintus 4:18; 5:1)

  • Pada masa tua seyogianyalah kita lebih memberi perhatian pada yang "tak kelihatan" yaitu karakter. Jangan memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik atau materi. Keindahan batiniah menjadi pusat dan landasan kasih.
  • Pada masa tua kita mesti mempersiapkan diri untuk kehidupan yang akan datang yakni hidup bersama Kristus. Jadi, hiduplah senantiasa dalam hadirat Allah dan berhentilah berdosa. Apa pun yang kita perbuat selalu kaitkan dengan kehidupan di surga kelak. Jangan melakukan perbuatan yang tidak dapat kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.
  • Pada masa tua aspek saling menolong (Galatia 6:2) menjadi terlebih penting; kita saling membutuhkan dan harus menyadari kelemahan masing-masing. Jangan membanggakan kelebihan yang masih tersisa. Orang yang egois dan sombong tidak akan mendapatkan respek dari pasangannya.
  • Pada masa tua kita perlu menutup masalah dengan cara meminta ampun dan memberi ampun atas kesalahan di masa lampau. Setelah itu tunjukkanlah perubahan di atas penyesalan yang telah kita ungkapkan. Jadi, kalau dulu sering memarahi pasangan, sekarang bukan saja mengakuinya dan meminta maaf, kita pun harus berhenti memarahi.
  • Pada masa tua kita mesti mengingat bahwa pasangan kita tetaplah manusia yang sama, yang membutuhkan pujian, sentuhan, belaian mesra, dan peneguhan. Jangan beranggapan bahwa usia tua membebaskan kita dari semua kebutuhan itu.