[kebiasaan_buruk_pria_1] =>
Lengkap
Kebiasaan Buruk Pria -"Perjudian"
oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang"Kebiasaan Buruk Pria" dan kali ini kami akan membicarakan tentang Perjudian. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, kita akan berbicara tentang kebiasaan buruk pria dalam dua tahap, yang kali ini khusus kita akan memikirkan dan memerbincangkan tentang pria yang suka berjudi. Rupanya banyak pria yang berjudi tapi ada juga beberapa wanita yang suka berjudi. Apakah ini karena masalah gender atau memang kebiasaan atau bagaimana, Pak Paul ?
PG : Sudah tentu ada juga perempuan yang suka berjudi, tapi kalau saya lihat secara kasat mata lebih banyak pria yang akhirnya berjudi dibandingkan dengan wanita. Saya kira ada hal-hal tertentutentang judi yang lebih membuat pria akhirnya lebih mudah terperangkap ke dalam kebiasaan buruk ini.
GS : Semakin hari semakin banyak sarana yang bisa digunakan orang untuk berjudi.
PG : Betul sekali. Ini memang suatu masalah yang pelik sebab apa pun yang kita lakukan untuk melarang orang berjudi, apa pun yang kita katakan kalau orang memang sudah ingin berjudi, rasanya hapir tidak ada yang bisa kita lakukan untuk menghentikan langkahnya pergi ke tempat perjudian.
GS : Bahkan bukan hanya agama, negara pun melarang orang berjudi.
PG : Betul. Jadi apa pun yang kita lakukan dengan undang-undang, peraturan dan sebagainya baik secara moral atau hukum, tapi tetap akhirnya orang berjudi. Itu sebabnya saya kira penting bagi kia untuk mengungkap hal ini dan melihat sebetulnya hal apa tentang judi sehingga begitu kuat menguasai orang.
GS : Dan yang berjudi kadang bukan orang dewasa yang sudah punya penghasilan tapi anak-anak pun melakukan perjudian.
PG : Yang seringkali terjadi adalah kalau pada masa kanak-kanak kita sudah mulai berjudi dan kita sambung ke usia remaja, pemuda dan sebagainya maka besar kemungkinan kebiasaan buruk ini akan trus berlanjut sampai kita tua.
GS : Hal-hal apa, Pak Paul, yang perlu kita perhatikan tentang perjudian ini ?
PG : Ada beberapa. Jadi yang pertama saya ingin mengakui bahwa di dalam kelompok masyarakat tertentu berjudi sudah merupakan bagian dari budaya. Jadi bukan saja diterima, namun berjudi malah dinjurkan sebagai salah satu ritual kelaki-lakian.
Dengan kata lain, jika seorang pria tidak berjudi maka ia dianggap kurang bersifat laki-laki. Sudah tentu bila kita hidup di dalam budaya seperti ini tidaklah mudah bagi kita untuk melepaskan diri dari judi, kecuali kita keluar dari lingkup budaya kita itu.
GS : Sebenarnya apa yang menyebabkan ada budaya judi ini, Pak Paul ?
PG : Saya kira manusia secara dasar, berkaitan sekali dengan permainan. Jadi kalau kita mau melihat judi terlepas dari permainan maka agak susah, sebab judi sangat terkait dengan permainan dan ita tahu bahwa lebih banyak laki-laki yang lebih sering dan senang dengan permainan-permainan, baik yang bersifat olahraga atau yang lainnya.
Jadi karena judi dan permainan begitu terkait, maka seringkali judi menjadi bagian dari permainan untuk menambah minat dan intensitas permainan. Makanya seperti yang sekarang kita lihat adalah seperti judi bola, itu sebetulnya adalah dari permainan. Misalkan di negara Barat, ada orang mau menonton pertandingan tinju, itu pun diperjudikan. Akhirnya siapa yang akan menang, dia pertaruhkan. Sekali lagi kita harus mengerti keterkaitan yang erat antara perjudian dan permainan. Maka hampir dapat dipastikan di mana ada permainan maka akan muncul perjudian sebab perjudian menambah minat dan intensitas permainan. Sekali kita terbiasa maka kita tidak akan tertarik untuk terlibat di dalam permainan yang tidak mengandung unsur pertaruhan atau perjudian. Jadi benar-benar hambar kalau tidak ada unsur taruhan atau perjudiannya, akhirnya kita mengajak orang untuk bertaruh dengan kita, dan mulailah suatu bentuk perjudian.
GS : Padahal permainan itu sendiri diciptakan untuk memberikan kesenangan kepada orang yang terlibat di dalamnya.
PG : Memang kita harus akui bahwa kalau ada hal atau harga yang harus dibayar atau diterima, kalau kita menang kita mendapatkan bayaran, kalau kita kalah maka kita akan kehilangan harga atau haus mengalami kerugian, itu memang menambah intensitas dan serunya permainan.
Maka akhirnya orang terlibat di dalam perjudian karena ada unsur yang memang menambah serunya permainan itu sendiri dengan adanya judi.
GS : Ada beberapa permainan yang memang meningkatkan adrenalin kita, apakah perjudian itu juga terkait dengan itu, Pak Paul ?
PG : Betul. Jadi orang yang menonton suatu permainan atau games, pertandingan dan sebagainya kemudian dia memertaruhkan uangnya. Misalkan salah satu yang umum di Amerika adalah judi perlombaan uda, jadi sudah umum kalau ada pertandingan kuda maka dia akan bertaruh.
Waktu menonton, akan menjadi lebih seru karena ada uang yang dipertaruhkan di situ dan kalau menang dia mendapatkan uang itu, jadi bertambah senangnya. Jadi dengan kata lain, menambah intensitas permainan itu sehingga walaupun dia tidak main, seolah-olah dia main juga. Inilah psikologi perjudian yang kita harus pahami, tidak terlepas dari permainan. Dan kebanyakan laki-laki karena senang dengan aktivitas yang memompa adrenalin, menambah serunya permainan mudah sekali jatuh ke dalam perjudian.
GS : Tapi berjudi juga seringkali menarik perhatian orang. Orang yang tadinya tidak ikut berjudi ketika melihat sekelompok orang yang ikut berjudi, dia akhirnya ikut juga di dalam perjudian.
PG : Betul. Jadi memang dalam hal ini ada kemungkinan dia tertarik karena dia juga ingin terlibat, tapi ada juga kemungkinan karena itulah yang diharapkan oleh kelompoknya. Dalam masyarakat terentu atau lingkup tertentu itulah yang dilakukan oleh kelompok prianya sehingga mereka melakukan itu.
Tadi sudah disinggung dalam kelompok budaya tertentu sebagian wanita juga melakukan hal yang sama. Jadi pulang atau setelah beres dengan urusan rumah tangga, malam-malam kemudian mereka kumpul di rumah salah satu orang kemudian berempat, bertujuh, bersepuluh akhirnya perempuan-perempuan juga berjudi. Memang dalam budaya tertentu, itu adalah salah satu bentuk untuk sosialisasi, bentuk untuk melegakan atau meringankan atau merelakskan pikiran agar tidak terlalu tegang. Jadi sekali lagi itulah perjudian yang begitu terkait dengan banyak hal secara psikologis, sehingga untuk kita yang hidup di dalam budaya di mana judi sudah menjadi bagian, maka akan sulit bagi dia untuk melepaskan itu.
GS : Kalau perjudian sudah menjadi budaya di suatu tempat tertentu maka orang berjudi tanpa merasa bersalah, Pak Paul ?
PG : Tepat sekali. Jadi dalam budaya itu memang tidak ada larangan tentang perjudian, sehingga akhirnya orang melakukannya dengan perasaan yang sama sekali tidak bersalah dan biasa saja.
GS : Kadang-kadang perjudian dilakukan ketika menunggui atau sedang ada orang yang sedang berdukacita. Jadi orang berkumpul di rumah orang yang berduka cita lalu mereka melakukan judi.
PG : Atau biasanya selain di tempat duka, bisa juga di tempat pesta, kadang-kadang dilakukan pada waktu pesta perkawinan atau ulang tahun mereka mulai berjudi. Sebab sekali lagi itu dianggap seagai bagian dari permainan yang menyemarakkan situasi atau suasana.
Waktu semuanya tertawa senang, dianggap itulah tujuannya diadakan pesta ini supaya semua bisa menikmati dan sebagainya.
GS : Bahkan seolah-olah tuan rumah memfasilitasi acara itu walaupun ada juga yang sembunyi.
PG : Betul. Jadi memang dalam budaya-budaya tertentu sekali lagi kita diharapkan akan ada hal-hal seperti itu dan memang akan ada tekanan yang besar yang diberikan kepada pria untuk berjudi. Seab ini dikaitkan dengan kemaskulinannya itu.
GS : Mungkin ada hal lain, Pak Paul, yang kita bicarakan seputar perjudian ?
PG : Ada satu hal yang membuat berjudi begitu memikat yaitu berjudi mengandung unsur menang dan kalah dan menjanjikan kemungkinan untuk menang. Itu sebabnya orang berjudi selalu berpikir"positi" yaitu bahwa dia akan menang.
Dia selalu berpikir seperti itu, sesungguhnya pada faktanya dia hanya mungkin menang dan bukannya akan menang, karena tidak pasti dia akan menang. Dalam berjudi pada akhirnya kemungkinan diselewengkan menjadi kepastian dan ini yang terjadi. Jadi bukan hanya menang tapi memang menang dalam jumlah yang berlipat ganda, makanya dia begitu bernafsu dan berpikir positif bahwa dia akan menang, padahal dalam faktanya dia hanyalah mungkin menang dan tidak sama dengan dia akan. Dia lupa kalau dia kalah maka dia akan kalah berlipat kali ganda, tapi dalam berjudi tiba-tiba orang secara psikologis berpikir positif, di dalam hidup mungkin dia berpikiran sangat negatif tapi begitu duduk di depan meja judi, dia tiba-tiba berpikir positif bahwa dia akan menang dan dia akan menang berlipat kali ganda. Jadi benar-benar dia tidak akan berpikir kemungkinan dia akan kalah walaupun kemungkinan ini berlipat kali lebih besar daripada kemungkinan dia akan menang.
GS : Apakah itu bukan salah satu bentuk pengharapan, Pak Paul ?
PG : Saya kira ada dua, satu memang pengharapan bahwa dia akan menang tapi yang kedua dengan dia berpikir positif dia membolehkan atau memberi ijin kepada dirinya untuk berjudi. Sebenarnya kala dia pikir secara logis, dia tahu bahwa sesungguhnya kemungkinan dia untuk menang kecil dan kemungkinan dia kalah besar.
Tapi dia ingin memberi ijin pada dirinya untuk boleh berjudi. Dan salah satu cara dia memberi ijin kepada dirinya untuk berjudi adalah dengan meyakinkan diri sendiri bahwa,"Kamu pasti menang" jadi dengan kita meyakinkan diri bahwa kita akan menang maka kita boleh main. Misalkan kita kalah lagi, muncul lagi perkataan yang sama,"Engkau akan menang" maka dia taruhan lagi. Akhirnya terus seperti itu padahal yang terjadi adalah kebalikannya justru kita akan kalah dan kalah. Itu sebabnya tempat perjudian tidak ada yang bangkrut. Semua tempat perjudian akan mengundang keuntungan, kalau bangkrut dalam pengertian hanyalah kalau tidak ada yang datang lagi, tapi selama tempat itu dikunjungi orang seberapa banyak orang main, yang paling beruntung adalah orang yang memiliki tempat perjudian itu karena dia tidak akan kalah. Sebab memang statistik memerlihatkan kemungkinan orang yang menang perjudian sangat kecil.
GS : Itu sebabnya di beberapa negara malah mengizinkan atau menyediakan tempat tertentu untuk orang berjudi, Pak Paul ?
PG : Misalkan seperti di Amerika Serikat, negara yang kita tahu begitu bebas tapi sebetulnya dalam negara yang begitu bebas hanya ada dua tempat dimana orang boleh berjudi. Satu adalah negara bgian Nevada di mana ada kota Las Vegas dan juga memang ada kota lain seperti Atlantic City yang hanya sedikit, dan di negara bagian di mana ada tempat-tempat yang dihuni oleh orang-orang Indian maka disebutnya itu"Indian Reservation".
Di tempat itu memang yang berkuasa adalah suku Indian dan memang ada perjanjian khusus antara Amerika dan suku-suku Indian di sana, dan suku-suku Indian itu mendirikan tempat-tempat kasino di sana. Jadi sekarang di California banyak tempat orang bermain judi, di mana daerah-daerah itu dikuasai oleh orang Indian. Tapi di luar itu memang tidak karena negara tidak membolehkan, sebab pada akhirnya negara berkepentingan untuk menjaga ketertiban masyarakat dan kemakmuran masyarakat, kalau diizinkan dengan begitu bebas seringkali yang terjadi nantinya adalah kekacauan, karena akan banyak orang yang nanti akan kehilangan atau kerugian yang besar. Sehingga di negara yang sebebas Amerika pun, dibatasi.
GS : Orang yang berpikir bahwa judi kali ini dia akan menang dan sebagainya, itu adalah pola pikir penjudi yang baru atau yang sudah lama juga memunyai pola pikir yang seperti itu, Pak Paul ?
PG : Sama. Jadi orang yang mau berjudi, mereka tiba-tiba akan berpikir positif bahwa dia akan menang. Waktu dia berpikir dia akan menang maka dia akan main. Ini juga yang membuat orang berjudi khirnya tercandu karena dia berkata,"Kalau saya menang, saya tidak mau main lagi" tapi begitu dia menang, dia mau main lagi karena dia berpikir,"Siapa tahu dia akan menang lagi, sudah beruntung sekali maka saya akan beruntung kedua kali".
Tapi kalau dia kalah maka mula-mulanya dia akan berkata,"Saya tidak akan bermain lagi kalau saya sudah kalah sekali", tapi begitu dia kalah sekali, muncul pemikiran baru,"Saya harus menebus kekalahan saya, supaya saya tidak mengalami kerugian itu. Saya akan tebus dengan cara saya main lagi kedua kali". Jadi ujung-ujungnya baik kita menang atau kalah kita akan tetap terus berjudi. Itu adalah aspek dari berjudi yang mencandu, yang membuat orang begitu terikat. Di sini kita bisa melihat ada beberapa hal tentang berjudi yang luar biasa kuat mencengkeram orang, pertama yang tadi saya sebut bagian dari budaya yaitu bagian dari permainan sangat terkait dengan permainan. Jadi kalau ada permainan selalu menambahkan dengan judi juga. Yang kedua adalah sangat memikat, kenapa begitu memikat ? Karena kita tiba-tiba akan mengubah pola pikir kita menjadi"positif" bahwa kita pasti menang, padahalnya hanya mungkin menang. Yang ketiga, judi begitu kuat karena memang memunyai kemampuan untuk mengikat atau mencandu kita yaitu kalau kita menang maka kita mau mengulang kemenangan kita, kalau kita kalah maka kita mau menebus kesalahan kita. Jadi menang atau kalah kita akan terus main.
GS : Kalau berjudi, dia tidak akan bisa berjudi sendirian, dia selalu mengajak orang lain untuk berjudi, sehingga timbul kesan bahwa penjudi itu melahirkan penjudi lagi.
PG : Seringkali seperti itu. Jadi memang kalau anak yang masih lebih muda melihat ayah, pamannya berjudi dan sebagainya maka otomatis dia akan belajar dari kecil cara bermain dan nanti perlahanlahan dia akan mengikuti jejak orang tuanya.
Dan karena orang tuanya sendiri main maka orang tuanya tidak akan melarang anaknya main. Jadi seringkali judi itu diteruskan dari generasi ke generasi.
GS : Pasti itu akan membawa suatu dampak yang buruk baik bagi dirinya maupun keluarganya. Kira-kira apa saja dampak buruknya, Pak Paul ?
PG : Oleh karena sifatnya yang mencandu, berjudi cenderung menguat dengan berjalannya waktu dan bukannya melemah. Akhirnya penjudi itu tidak bisa membagi pikirannya dalam hal-hal lain dalam hidpnya.
Sebab semua tersita oleh judi, apa yang dipikirkannya setiap hari adalah bagaimana dia bisa berjudi kembali dan memenangkannya. Jadi waktu dia diam, makan, bekerja maka yang ada di otaknya adalah judi, bagaimana dia bisa menang dan cara apa yang dia harus lakukan, strategi apa yang nanti dia ciptakan supaya dia menang. Itu sebabnya tidak jarang penjudi melalaikan tanggung jawab pada keluarga, pekerjaan karena terlalu banyak menghabiskan waktu di meja judi atau terlalu menghabiskan waktu memikirkan tentang judi itu.
GS : Seringkali orang yang berjudi kalau ada suatu keluarga yang berjudi, ekonomi keluarganya pasti berantakan, Pak Paul ?
PG : Terlalu banyak contohnya. Jadi banyak orang yang berjudi pada akhirnya kehilangan uang dalam jumlah yang besar, yang tadinya punya usaha ini dan itu akhirnya bangkrut dalam waktu satu hari Namun seringkali penjudi tidak merasa jera, sebab dia beranggapan bahwa hari di mana dia mau berjudi adalah hari sial baginya,"Baik saya terima ini karena sekarang adalah hari sial saya" tapi dia akan berpikir bahwa pada hari esoknya,"Kalau kemarin saya kalah maka hari ini adalah hari keberuntungan saya".
Masalahnya adalah kemungkinan menang ternyata sangat kecil dan kemungkinan dia kalah sangat besar. Tidak heran penjudi kadang harus kehilangan bukan saja uang, tapi juga harta miliknya sebagai akibat ulahnya keluarga harus menderita bukan saja dalam bentuk material tapi juga menanggung rasa malu yang amat sangat.
GS : Karena dikaitkan dengan hari baik, hari sial dan hari buruk, seringkali penjudi itu berhubungan dengan paranormal, mereka ingin tahu apa yang akan terjadi atau apa tebakan mereka itu ?
PG : Betul sekali. Karena dia ingin menang maka dia akan mencari kekuatan-kekuatan gaib dan kita tahu itu adalah kekuatan gelap dan Tuhan tidak mungkin membisikkan nomor judi, yang membisikkan asti bukan Tuhan.
Jadi akhirnya dia masuk ke dalam cengkeraman si jahat.
GS : Sebenarnya walaupun itu bukan sesuatu yang rasional, tetapi tetap dilakukan oleh orang-orang yang berpikiran waras, Pak Paul.
PG : Betul. Seorang penjudi yang sudah tua dan kemudian bertobat pernah mengakui,"Saya tidak bisa lepas dan saya seperti dikuasai oleh setan sehingga saya tidak bisa lepas, saya ingin lepas tap tidak bisa dan keinginan itu begitu kuat dan benar-benar yang menguasai diri saya bukanlah saya".
Itu adalah pengakuan orang yang telah berjudi puluhan tahun.
GS : Pak Paul, apa yang Alkitab katakan sehubungan dengan kebiasaan buruk pria yaitu suka berjudi ?
PG : Ada beberapa, Pak Gunawan, yang pertama berjudi akhirnya menguasai segenap pikiran kita sehingga kita kehilangan minat pada hal lain, termasuk hal rohani akhirnya tidak ada lagi ruang untu keluarga, teman, apalagi Tuhan di dalam benak penjudi.
Firman Tuhan mengingatkan di Kolose 3:1-3,"Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah". Jadi Tuhan meminta kita sering-sering memikirkan perkara yang di atas yaitu perkara rohani, perkara Tuhan. Seorang penjudi tidak bisa memikirkan perkara Tuhan, sebab pikirannya tersita hanya memikirkan tentang judinya.
GS : Jadi unsur yang besar di dalam perjudian ini justru pikiran manusia, Pak Paul ?
PG : Tepat sekali, pikiranlah yang langsung dikuasai dan tidak ada lagi ruang untuk yang lainnya. Maka kadang-kadang penjudi tidak pernah mandi, tidak pernah ganti baju, walaupun memakai baju yng robek juga tidak bermasalah.
Jadi penjudi itu benar-benar akan kehilangan akal sehat untuk bisa merawat dirinya dan menjaga penampilannya dan sebagainya.
GS : Jadi rasanya untuk memikirkan keluarga atau pekerjaan sudah sangat kurang.
GS : Apakah ada ayat yang lain, Pak Paul ?
PG : Yang kedua adalah berjudi pada akhirnya adalah ilah yang menggantikan Allah karena berjudi menjadi sesuatu yang terpenting dalam hidup kita, berjudi membuat kita hidup untuk judi dan bukanhidup untuk Tuhan.
Roma 6:11 berkata,"Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus". Tuhan memanggil kita untuk hidup bagi Allah dalam Kristus. Tapi orang yang sudah kecanduan judi, akan hidup hanya untuk judi dan bukan untuk Tuhan.
GS : Memang penjudi-penjudi seringkali tidak memikirkan hal-hal yang rohani atau melayani Tuhan dan mengikuti Tuhan, itu sudah tidak dipikirkan.
GS : Tetapi pada awalnya orang berjudi karena ingin cepat kaya, dengan kerja yang ringan sambil main-main dia menjadi kaya, Pak Paul ?
PG : Sebetulnya ada alasan yang lain, memang ada alasan ingin cepat kaya tapi alasan yang umum adalah untuk bermain. Jadi aspek bermain, serunya bermain, bisa menang, itu adalah sebuah daya tark dalam judi yang sama kuatnya dengan keinginan untuk cepat kaya.
Karena itu kita harus hati-hati dengan keinginan cepat kaya, karena tetap keinginan kaya ini akhirnya menimbulkan keserakahan dalam diri kita, sebab kita ingin terus menang akhirnya kita menjadi serakah. Kolose 3:5,6 berkata,"Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka).
GS : Kalau orang itu menang karena perjudian sebenarnya dia sedang menikmati kemenangan di atas penderitaan orang lain, karena pasti ada yang kalah.
PG : Betul. Jadi memang dia menang atas penderitaan orang lain.
GS : Apakah masih ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?
PG : Berjudi pada akhirnya membuat kita bergantung pada keberuntungan nasib dan bukan pada kekuasaan Allah, tidak heran akhirnya penjudi tidak lagi hidup beriman pada pemeliharaan Tuhan, sebalinya hidupnya bergantung sepenuhnya pada keberuntungan, dan kepandaiannya memenangkan judi.
Amsal 3:5 berkata,"Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri".
GS : Dari semua perbincangan tentang perjudian ini, mungkin Pak Paul bisa menyimpulkan sebagai akhir dari perbincangan kita ini ?
PG : Berjudi menjauhkan kita dari Tuhan, Pak Gunawan, dan mendekatkan kita pada dosa dan kehancuran. Judi menjauhkan kita dari Tuhan tapi mendekatkan kita pada dosa dan kehancuran, singkat kataberjudi adalah alat iblis untuk menjatuhkannya dan menjauhkannya dari Allah.
Jadi jangan berjudi dan jangan membuat orang lain berjudi, terlalu banyak orang yang telah menjadi korban perjudian.
GS : Jadi kalau ada orang yang mengatakan,"Kalau saya menang judi maka sepersepuluhnya kita berikan untuk Tuhan atau gereja" konsep seperti ini tidak benar, Pak Paul ?
PG : Betul dan sudah tentu Tuhan tidak akan senang menerimanya.
GS : Terima kasih untuk perbincangan ini yang sungguh sangat menarik dan tentu akan bermanfaat bagi banyak orang. Pada kesempatan yang akan datang kita akan membicarakan Kebiasaan Buruk Pria yang lain yaitu tentang Perzinahan. Dan para pendengar sekalian terimakasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang Kebiasaan Buruk Pria bagian yang pertama yaitu tentang"Perjudian". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.