Lengkap
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Pelayanan yang Efektif". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Biasanya orang jarang berpikir tentang pelayanan yang efektif, biasanya yang dipikirkan pelayanan adalah pelayanan dan hasilnya terserah Tuhan dan sering kali kita banyak memikirkan tentang pekerjaan kita, "Bagaimana supaya kerja kita efektif." Tetapi kita mau mengangkat sebuah topik pembicaraan tentang pelayanan yang efektif dan ini bagaimana, Pak Paul ?
PG : Ini muncul dari sebuah keprihatinan, bukankah kita bisa melihat di masa lalu ada yang namanya ministry apa atau pelayanan apa, tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Apa yang terjadi ? Dulu bsa jaya-jayanya kemudian ambruk atau nama-nama hamba Tuhan dengan pelayanannya yang kita tahu, kemudian tidak kedengaran lagi.
Kenapa bisa ambruk dengan cepat ? Tapi kita tahu juga ada yang bertahan puluhan tahun, ada yang sudah lebih dari seratus tahun terus bertahan dengan baik. Kita mau belajar dari kesalahan-kesalahan kenapa bisa sampai seperti itu yaitu ambruk, sedangkan ada yang bisa terus bertahan. Apa yang terus membuat efektif dan apa yang membuatnya tidak efektif ?
GS : Jadi sebenarnya kalau kita melihat lembaga-lembaga, ternyata tidak ada bedanya dengan organisasi-organisasi sosial yang lain. Memang harus dipikirkan tentang efektifitas dari lembaga itu atau orang itu, kalau tidak maka dia akan tertelan oleh zaman ini dan akhirnya hilang. Tapi sekarang yang kita mau bicarakan adalah ciri-ciri dari pelayanan yang efektif itu apa ?
PG : Yang pertama kita harus kembali kepada kenapa didirikan ? Kenapa pelayanan itu diperlukan ? Kadang-kadang mulai dari awalnya, kita sudah tidak jelas sehingga jangankan mengharapkan agar natinya bisa berjalan dengan baik sebab dari awalnya fondasi itu sudah sangat goyah.
Saya mau mengambil prinsip ini dari bukunya Pdt. Rick Warren yaitu "The Purpose Driven Church", dalam buku itu Pdt. Rick Warren mengilustrasikan sebuah pelayanan seperti orang yang mau pergi berselancar di laut. Dia mesti melihat ombak, kalau tidak maka dia tidak bisa berselancar. Dan dia juga mesti bisa berselancar, kalau tidak maka akan percuma dan dia akan digulung oleh ombak. Pdt. Rick Warren mengumpamakan ombak itu seperti kebutuhan, sedangkan kemampuan orang berselancar dengan SDM yaitu tenaga manusianya yang terampil. Pdt. Rick Warren berkata kita ini jangan sampai memulai sebuah pelayanan tanpa mempunyai visi yang jelas yaitu, "Memenuhi kebutuhan apa ?" Sehingga perlu mendirikan sebuah jenis pelayanan atau lembaga tertentu. Kalau tidak jelas dan tidak ada kebutuhannya maka pelayanan ini akan terus terombang-ambing karena tidak jelas kebutuhannya, dan tinggal tunggu tanggal mainnya akhirnya juga akan runtuh maka mesti ada kebutuhan yang jelas dan hal ini yang pertama. "Kalau tidak ada hal ini lebih baik jangan mendirikan," kata Pdt. Rick Warren. Prinsip yang kedua adalah ciri-ciri pelayanan yang efektif itu mempunyai orang-orangnya yang terampil, SDM-SDMnya itu memang sanggup. Jangan sampai memulai suatu pelayanan tapi orangnya tidak ada yang bisa melakukannya. Meskipun kita berkata, "Ada kebutuhan" tapi kalau tidak ada orangnya maka janganlah kita melakukannya. Atau hal yang sama, kalau ada orangnya, namun tidak ada kebutuhan maka janganlah mendirikan apa-apa hanya karena agar orang-orang ini sekarang memiliki pekerjaan. Jadi memang harus jelas sekali tentang dua hal ini dan ini yang menjadi fondasi awalnya. Kalau awalnya saja sudah rusak tidak ada kejelasannya, maka tinggal tunggu waktu pelayanan itu akhirnya akan runtuh.
GS : Untuk visi dari awalnya sudah jelas, jadi bagi para pendiri atau pemrakarsa lembaga saat mereka mendirikan, visinya itu jelas Pak Paul, namun karena berjalannya waktu entah itu karena mereka sudah menjadi tua atau karena kesibukan atau pindah kota, maka untuk meneruskan ke generasi yang berikutnya, visi ini menjadi tidak jelas lagi atau malah berubah.
PG : Di sini memang akhirnya diperlukan kebesaran hati sekaligus juga kepekaan terhadap pimpinan Tuhan sebab sekali lagi, yang Pak Gunawan ambil adalah point yang sangat bagus yaitu bukankah adkalanya kebutuhan itu ada untuk suatu kurun dan setelah itu tidak ada lagi.
Waktu tidak ada lagi berarti itulah waktunya organisasi tersebut atau lembaga tersebut berpikir ulang, apakah masih diperlukan ? Apakah perlu terus ? Atau banting haluan mengerjakan kebutuhan yang lain, atau kalau memang ini khusus dibutuhkan untuk kebutuhan itu saja dan sekarang tidak ada lagi kebutuhannya maka dengan besar hati seharusnyalah semua yang terlibat berkata, "Kita stop di sini" dan itu tidak apa-apa. Ada orang-orang yang Tuhan pakai di dalam firman Tuhan dicatat dan namanya hanya sekali saja disebut misalkan Yunus, kita hanya mengenal Yunus dipakai Tuhan sekali saja untuk pergi ke Niniwe memberitakan peringatan Tuhan kepada orang-orang Assyria, sebelum dan sesudahnya tidak ada sebutan tentang Yunus, apa yang dilakukannya dan kemudian apa lagi yang akan dikerjakannya, itu tidak ada. Jadi sekali lagi ini bukan sesuatu yang salah kenapa hanya sampai di sini saja kita berhenti, itu bukan berarti salah, selama kita bisa memenuhi kebutuhan tertentu dalam kurun itu dan setelah itu memang tidak ada lagi, itu tidak apa-apa dan kita berkata, "Mari kita stop" berarti memang Tuhan katakan, "Cukup" atau kalau kita melihat ada kebutuhan lain dan ada tenaga untuk melakukannya dengan terampil, mungkin kita bisa banting haluan. Tapi di sini kita bisa melihat sukarnya melakukan hal seperti itu. Karena kalau sudah mempunyai posisi atau kedudukan apalagi ditambah dengan sudah menerima penghasilan, walaupun tidak ada lagi kebutuhan, dia tidak rela untuk mengatakan, "Ini bukan waktunya untuk berhenti." Dan terus menekankan, "Apa yang Tuhan sudah mulai, tidak boleh kita hentikan" itu salah ! Di Alkitab dengan jelas Tuhan meminta Musa untuk stop pelayanannya dan diganti oleh Yosua, jadi semua ada masa-masanya. Para Hakim-Hakim melayani Tuhan untuk satu kurun kemudian berhenti dan masuklah Raja-Raja. Jadi ada masa-masanya dan tidak apa-apa untuk menghentikan suatu pelayanan kalau memang sudah jelas tidak ada kebutuhannya dan memang kita peka dengan suara Tuhan yang jelas menunjukkan, "Stop di sini". Namun kalau masih ada kebutuhan, meskipun kita dengan susah payah dan ada tenaga yang melakukannya, meskipun tantangannya besar, tetap kita harus kerjakan. Jangan kita berkata, "Tantangannya besar" kita buru-buru gulung tikar, itu tidak boleh ! Meskipun tantangannya besar tapi kalau ada orangnya dan ada kebutuhannya maka kita harus tetap bersandar kepada Tuhan dan jalan terus.
GS : Jadi berakhirnya suatu organisasi, belum tentu mereka tidak efektif, Pak Paul ? Tetapi memang tidak ada lagi suatu kebutuhan atau tidak ada lagi orangnya ?
PG : Betul sekali. Jadi keefektifan itu justru terlihat sewaktu para pemimpinnya berkata, "Memang sudah tidak ada lagi kebutuhannya dan mari kita stop, atau memang sudah tidak ada lagi orangnya karena memang saya setuju sekali dengan prinsipnya Pdt.
Rick Warrren yaitu mesti ada SDMnya. Kalau memang jelas tidak ada lagi, meskipun kebutuhannya tetap ada maka itu adalah suatu pertanda bagi kita untuk berkata, "Kita bukan orangnya" berarti apa ? Ya sudah kita harus stop di situ, berarti nanti mungkin saja ada yang lain. Saya berikan contoh, ini terjadi di Amerika Serikat waktu saya pertama tinggal di sana tahun 1970an, pelayanan keluarga dilakukan oleh sebuah lembaga yang dikenal dengan nama "Narramore Christian Foundation". Tuhan pakai Narramore dan berkatnya Tuhan sebarkan di mana-mana pada banyak orang namun kemudian Narramore itu makin lama makin redup. Tahun 1980an yang baru mulai masuk yaitu "Focus on the Family" dan Tuhan pakai "Focus on the Family" menjadi berkat bagi banyak keluarga di Amerika Serikat dan sampai sekarang pelayanan itu terus berkembang, tapi saya selalu ingat dulu tahun 1970an tidak ada "Focus on the Family", yang ada adalah "Narramore Christian Foundation", tapi akhirnya stop di situ dan digantikan dengan yang lain. Jadi kita bisa melihat bahwa memang ada masanya, kebutuhan untuk keluarga tetap ada dulu dan sekarang dan tetap besar tapi mungkin sekali SDMnya, karena pada saat itu saya tahu yang memulai Narramore makin hari makin tua yaitu Clark Narramore, akhirnya dia sudah tua dan mungkin tidak ada SDM lain yang menggantikannya. Maka yang menggantikannya adalah pelayanan yang lain dan itu pun tidak apa-apa.
GS : Yang penting kita melihat pekerjaan Tuhan ini jalan terus, Pak Paul ?
PG : Betul sekali dan kita mesti lega, besar hati untuk melihat Tuhan memilih yang lain. Jangan kita terus merasa diri berhak, mempunyai posisi dan tugas ini seolah-olah orang lain tidak berhak Kita jangan seperti itu sebab Tuhan adalah penentu dan kita adalah pelayan, kita bukan majikan dan Tuhanlah majikan kita.
GS : Malahan yang seringkali dijadikan pedoman adalah keuangan, Pak Paul. Katakan visinya ada orangnya ada, tapi kalau tidak ada uangnya maka lembaga itu tutup, seperti itu, Pak Paul ?
PG : Maka kita harus terus berjalan dengan iman dan selama Tuhan mencukupkan maka kita jalani, tapi kalau memang pada saatnya kita katakan, "Kenapa tidak ada lagi dukungan, tidak ada lagi orangorang atau anak-anak Tuhan yang percaya pada pelayanan kita dan mendukungnya ?" maka kita harus peka juga dan melihat mungkin ini adalah tanda untuk kita berhenti, bahwa mungkin ini adalah pertanda Tuhan ingin memakai orang lain untuk meneruskan yang kita lakukan ini, sebab itu salah satu cara Tuhan menghentikan langkah kita pula.
GS : Memang juga diperlukan untuk melanjutkan visi itu kepada generasi berikutnya dengan jelas, Pak Paul. Visi ini merupakan pengikat dari generasi yang berikutnya untuk melakukan apa yang pendahulu-pendahulunya lakukan seperti itu, Pak Paul.
PG : Namun kita mesti jelas bahwa visi ini didasarkan atas kebutuhan, jangan sampai tidak ada kebutuhan, jangan sampai mempertahankan sebuah visi karena namanya saja.
GS : Ada ciri yang lain tentang pelayanan yang efektif ini ?
PG : Yang kedua adalah pelayanan yang efektif mesti dilakukan oleh orang yang hidup kudus di hadapan Tuhan, yang hidupnya benar, yang berintegritas. Tidak ada yang dapat menggantikan kehidupan ang saleh dan berkenan kepada Allah.
Sebuah pelayanan hanyalah akan berbuah selebat buah kehidupan pelakunya dan ini sebuah prinsip yang penting yang kita mesti sadari. Sebuah pelayanan hanyalah akan berbuah selebat buah kehidupan pelakunya. Jadi kalau pelakunya sudah tidak lagi berbuah, hidupnya sudah tidak lagi kudus, tidak lagi berkenan kepada Tuhan maka pelayanannya pun nanti akan kering, buahnya pun tidak akan manis malahan akan asam dan pahit. Begitu banyak pelayanan yang akhirnya runtuh akibat kehancuran hidup pelakunya, oleh karena belas kasihan Tuhan acapkali Tuhan memberikan kesempatan kepada pelaku-pelaku pelayanan untuk terus melayani-Nya kendati hidupnya berdosa. Namun jangan disalahartikan seakan-akan Tuhan buta akan dosanya, itu salah ! Sesungguhnya Tuhan memberinya kesempatan untuk bertobat, jika ia mengeraskan hati suatu hari kelak ia akan ditinggalkan Tuhan dan pelayanan itu pun akan berhenti.
GS : Pak Paul, kalau pelakunya yang tidak hidup kudus, tapi Tuhan masih menghendaki lembaga itu jalan terus, biasanya Tuhan juga akan mengganti pelakunya.
PG : Masalahnya adalah meskipun Tuhan ingin menggantinya, seringkali pelakunya tidak menyadarinya. Misalkan contoh yang jelas adalah Raja Saul, Tuhan sudah katakan bahwa Tuhan akan mengurapi haba-Nya yang lain yaitu Raja Daud, tapi dia tidak terima dan dia terus bertahan dan Tuhan tetap membiarkan sebab bukannya Tuhan itu buta akan dosanya Saul, tapi Tuhan sedang memberinya kesempatan untuk bertobat dan Tuhan memberikan kesempatan bukannya pada waktu yang pendek, tapi untuk waktu yang panjang.
Kenyataan Saul bisa memerintah 40 tahun lebih dan lebih lama dari pada Daud meskipun dia adalah raja yang lalim tidak benar. Tuhan baik, Tuhan memberinya waktu yang panjang untuk dia bertobat. Kita pun harus tahu diri sebagai pelayan-pelayan Tuhan yang terlibat dalam pelayanan-Nya, kalau kita lihat ada orang lain yang lebih cocok untuk melakukannya, apalagi kalau kita sadari hidup kita tidak benar, tidak lagi lurus, banyak sekali dosa, mungkin itu waktunya kita berkata, "Ya sudah lebih baik, saya ini berhenti" sebab kehidupan pelaku pelayanan yang tidak kudus pada akhirnya akan mencemarkan semua sendi pelayanan itu sendiri. Dan ini sesuai dengan sifat dosa, Pak Gunawan, yaitu terus menyebar, terus berkembang-biak dan akhirnya makin banyak orang yang terkena dampaknya serta mewarisi dosa yang dilakukan dan itu pernah saya lihat, Pak Gunawan. Jadi si pelaku pelayanan ini waktu hidup di dalam dosa bukan saja menyebarkan dosa itu dalam hidupnya, tapi dia akan mewariskannya kepada orang-orang lain, akan ada pengikut-pengikutnya yang berdosa. Jadi akan ada pertambahan orang yang berdosa dan itu sebabnya pelayanan yang efektif adalah pelayanan yang berani memangkas ranting yang tidak berbuah, sebagaimana dikatakan Tuhan Yesus di Yohanes 15:2, "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah."
GS : Kalau memang seseorang apalagi dia terlibat didalam pelayanan itu hidupnya sudah tidak lagi kudus, itu berarti dia sudah tidak lagi fokus pada pelayanan yang Tuhan berikan kepadanya sehingga cepat atau lambat, pelayanannya akan hancur.
PG : Betul karena waktu orang terlibat dalam dosa, fokus perhatiannya itu akan tersedot oleh dosa, meskipun kita juga bisa berkata, "Kenapa dia bisa sampai jatuh ke dalam dosa" itu karena fokusperhatiannya sudah terbelah, jadi tidak lagi sepenuh hati.
Pada acara sebelumnya kita sudah membicarakan tentang sikap hati dalam melayani Tuhan, yaitu sepenuh hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kalau seorang pelaku pelayanan tidak lagi sepenuh hati sudah mulai terbelah-belah. Dia itu sedang membuka pintu rumahnya lebar-lebar untuk dimasuki oleh dosa. Tinggal tunggu tanggal mainnya dia nantinya akan dimasuki oleh godaan dan jatuh dan akhirnya benar-benar terkubur ke dalam dosa. Kalau dia tidak sadar dan tidak mau membereskan dirinya bertobat kepada Tuhan maka dosanya akan terus menyebar dalam hidup dia, lama-lama makin mencemarkan sendi-sendi pelayanan dan makin banyak orang-orang yang terpengaruh dan akan banyak orang-orang yang mewarisi dosanya, melakukan dosa-dosa yang lainnya. Itulah sifat dosa, persis seperti kanker yang terus akan menyebar.
GS : Pak Paul, apakah ada ciri yang lain dari pelayanan yang efektif ?
PG : Pelayanan yang efektif dilakukan oleh orang yang hidupnya efektif, orang yang hidupnya kudus jadi yang kedua adalah orang yang hidupnya efektif. Ada orang yang hidupnya tidak efektif, Pak unawan, ia membuang waktu sembarangan, ia memakai uang seenaknya, memperlakukan orang semaunya serta merencanakan sekenanya.
Orang yang hidupnya tidak efektif tidak akan melakukan pelayanan yang efektif, dan prinsip dituntun Tuhan dan beriman kepada-Nya tidak identik dengan hidup seenaknya, itu tidak sama. Ada orang yang berkata "Yang penting beriman, Tuhan menuntun saya", tapi hidup seenaknya, tidak ada perencanaan, pakai uang sembarangan dan itu tidak benar. Justru sebaliknya dituntun Tuhan dan beriman kepada-Nya menuntut adanya pertanggungjawaban dan kehati-hatian. Di dalam perumpamaan gadis yang bijaksana dan gadis yang bodoh serta perumpamaan tentang talenta di Matius 25, jelas adanya tuntutan hidup bertanggungjawab dan berhati-hati. Dalam perumpamaan gadis yang bijaksana dan bodoh, gadis yang bijaksana menyediakan minyak ekstra dan gadis yang bodoh tidak. Dalam perumpamaan talenta, yang menerima 5 talenta, 2 talenta adalah orang-orang yang terus melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan yang 1 talenta malahan dia kubur dan hidupnya tidak bertanggungjawab. Berapa banyak pelayanan yang hancur karena pelaku pelayanan tidak hidup bertanggungjawab dan sembarangan, Pak Gunawan. Akhirnya muncul berbagai masalah mulai dari organisasi yang kacau sampai skandal seks dan uang, orang yang hidup efektif akan menggunakan waktu dengan bijak, memakai uang dengan bertanggung jawab, melakukan sesama dengan hormat dan merencanakannya dengan hati-hati.
GS : Hal itu sebenarnya kelihatan kalau organisasi itu masih kecil, mereka masih bisa melakukan kehidupan yang efektif, yang tertib bertanggungjawab, Pak Paul. Tapi dengan besarnya organisasi, seringkali terjadi penyelewengan-penyelewengan baik dalam bidang keuangan maupun dalam bidang wewenang dan sebagainya, sehingga mengakibatkan masalah di dalam organisasi itu sendiri.
PG : Ada satu hal yang kadang-kadang orang tidak sadari, Pak Gunawan. Makin bertambah besar organisasi atau pelayanan itu maka harus lebih banyak ketertiban, harus makin banyak kehati-hatian. Mka tidak heran dalam organisasi yang besar peraturan itu makin harus dibuat, waktu kecil memang tidak terlalu diperlukan tapi makin besar justru makin diperlukan.
Di sini dituntut kesediaan semua orang termasuk pemimpinnya untuk taat pada peraturan yang dibuatnya, yang sering terjadi adalah peraturan itu dibuat untuk ditaati oleh bawahannya, dia sendiri tidak merasa harus tunduk pada peraturan itu. Jadi makin besar pelayanannya maka dia sendiri hidupnya makin tidak karuan tidak lagi efektif, dia menuntut orang-orang yang lainnya untuk efektif, hidup sesuai dengan peraturannya. Kita sudah lihat tadi bahwa kalau si pelaku pelayanan itu hidupnya sendiri tidak efektif yaitu sembarangan, seenaknya, semaunya, maka tinggal tunggu tanggal mainnya maka pelayanan itu sendiri akan menjadi kacau, tidak efektif dan berakhir dengan kehancuran.
GS : Justru karena kehancuran suatu organisasi yang disebabkan oleh ketidak efektifan, karena orangnya juga tidak efektif, seringkali menjadi batu sandungan atau bahkan menjadi suatu kesaksian yang kurang baik terhadap organisasi-organisasi yang non-kristen, yang bukan bersifat pelayanan.
PG : Namun kita juga harus akui bahwa ada begitu banyak organisasi yang efektif, begitu tertib, begitu tinggi disiplinnya dan mereka bisa menjalankan roda organisasi itu dengan begitu baik. Kit itu harus belajar dari yang lain bahwa tidak mesti gara-gara kita, "Baiklah ada berkat Tuhan, ada pertolongan Tuhan yang penting beriman" kemudian kita tiba-tiba menjadi orang yang tidak perlu bertanggung jawab dan tidak tertib dan tidak berdisiplin, tidak ! Tuhan tetap menuntut ketertiban dan tanggung jawab itu.
Saya mau garis bawahi sekali lagi bahwa ini adalah suatu pertanggungjawaban, sebab inilah ciri terbesar kehidupan pelayan Tuhan yang tidak efektif, pertanggungjawabannya itu hilang dalam hidupnya, ia semaunya, sekenanya, seenaknya, kalau itu tidak hilang maka semuanya nanti akan tercemar.
GS : Tetapi orang-orang di sekelilingnya, kalau ingin meminta pertanggungjawaban dari hamba Tuhan dan sebagainya, seringkali mengatakan "Mana mungkin dia tidak bisa dipercaya, mana mungkin dia akan melakukan itu ?"
PG : Dan kita harus berkata bahwa, "Semua manusia itu berdosa, tidak ada pengecualian" makanya Tuhan menuntut pertanggungjawaban dari semuanya, bahkan di firman Tuhan dalam kitab Yakobus dikataan, "Hendaklah setiap orang jangan menjadi pengajar sebab akan lebih banyak tuntutan yang di- bebankan kepadanya."
Jadi makin kita terima banyak, maka makin besar tanggungjawab kita dan makin besar pertanggungjawaban kita, justru kita bukan makin dibebaskan, diperkecualikan tapi kita justru harus lebih berhati-hati.
GS : Mungkin masih ada lagi ciri pelayanan efektif yang lain, Pak Paul ?
PG : Yang terakhir adalah pelayanan yang efektif dapat mengoreksi dirinya sendiri. Ini berarti tidak ada seorang pun dalam pelayanan tersebut yang berani meninggikan diri serta menutup diri teradap kritik, terhadap kelemahan pribadi.
Pelaku pelayanan harus tidak segan mengakui kesalahan yang terjadi dan bersedia untuk ditegur. Sayangnya ada banyak pelayanan yang diisi oleh orang yang cepat puas diri, Pak Gunawan, tangkas menepuk dada. Akhirnya orang ini tidak lagi terbuka terhadap saran dari sesama dan bila ini terjadi pastilah tidak lama lagi ia pun akan sulit mendengar suara Tuhan. Jika pelaku pelayanan tidak bisa mengoreksi diri, maka ia pun tidak lagi dipimpin oleh Roh Kudus, itu sebabnya pelaku pelayanan mesti membudayakan kebiasaan bersedia dikoreksi, jika pelaku pelayanan menerapkan budaya tidak pernah salah maka sesungguhnya dia tengah meluncur ke jurang kehancuran. Contohnya Raja Saul, Raja Saul tidak dikelilingi oleh orang yang tidak berani menegurnya sebab ia memang tidak bersedia ditegur pada akhirnya ia hanya dikelilingi oleh orang yang mengatakan apa yang ingin didengarnya, kita tahu akhir kehidupannya yaitu kebinasaan. Sebaliknya dengan Raja Daud, ia dikelilingi oleh orang yang berani menegurnya sebab itulah budaya yang diterapkannya, ia bersedia ditegur manusia dan orang yang bersedia ditegur manusia lebih mudah ditegur Tuhan. Akhirnya Raja Daud selamat.
GS : Itu adalah salah satu bagian yang kurang menyenangkan, orang lebih senang di puja-puja dari pada ditegur. Tetapi kita tahu bahwa sesuatu yang pahit ini justru memberikan kesembuhan atau kebaikan bagi orang itu.
PG : Betul. Saya tekankan sekali orang yang tidak bersedia ditegur oleh manusia, maka kecil kemungkinannya untuk dia bisa ditegur oleh Tuhan. Tuhan seringkali menegur lewat anak-anakNya.
GS : Tapi ada kemurahan Tuhan bahwa membiarkan orang-orang seperti ini untuk suatu masa memimpin organisasi ini, Pak Paul ?
PG : Inilah kebaikan anugerah Tuhan karena memang sulit untuk dimengerti.
GS : Tapi yang menjadi korban nantinya adalah orang-orang di sekelilingnya, Pak Paul ?
PG : Betul sekali. Ini adalah rahasia yang kita tidak mengerti, tapi ini adalah bagian ketidaksempurnaan hidup, Pak Gunawan.
GS : Pak Paul, untuk merangkumkan perbincangan kita ini apakah ada ayat Firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?
PG : Saya bacakan Yohanes 10:11-12, "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik doma-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu."
Kita mesti mengikuti contoh Tuhan Yesus, kita harus menempatkan diri sebagai gembala yang baik, sebagai orang yang benar-benar rela menyerahkan hidup kita untuk orang-orang kita layani. Kita bukan orang upahan, jangan sampai para pelaku pelayanan itu akhirnya menjadi orang upahan belaka yang hanya mengerjakan tugas saja dan kalau ada bahaya atau ada sesuatu kabur, jangan seperti itu. Namun kita harus setia melakukannya dengan sepenuh hati seperti Tuhan telah memberikan contoh kepada kita.
GS : Terima kasih, Pak Paul untuk perbincangan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Pelayanan yang Efektif". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.