[mengapa_bekerja] =>
"Mengapa Bekerja ?" oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
Lengkap
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Mengapa Bekerja ?". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pertanyaan mengapa bekerja itu menyentakkan kita untuk berpikir kenapa saya ini bekerja. Karena pada umumnya orang atau termasuk saya sendiri dulu, kalau sudah cukup umur, sudah selesai sekolah maka harus bekerja. Tapi apakah ada dasar-dasar yang lebih kuat dari itu, Pak Paul ?
PG : Sebetulnya ada, Pak Gunawan. Memang kadang-kadang kita ini dipengaruhi oleh konsep yang berkata bahwa bekerja adalah hukuman yang Tuhan jatuhkan atas manusia, oleh karena kita ini pernah jtuh di dalam dosa maka kita mendapatkan hukuman dari Tuhan.
Memang Tuhan pernah berkata bahwa dengan berpeluh atau susah payah, nanti kita harus mengelola tanah dan sebagainya. Namun kita akan melihat bahwa sebetulnya bekerja itu bukanlah hukuman Tuhan, tapi yang Tuhan tambahkan sebagai hukuman adalah kesulitannya yakni bahwa tanah ini sudah menjadi tanah yang tidak lagi sempurna, bumi ini menjadi bumi yang tidak sempurna sehingga dalam ketidak sempurnaannya maka bumi itu akan menjadi bumi yang lumayan susah untuk dikelola, tidak seperti sebelumnya. Jadi saya mau melihat perspektif Alkitab terhadap bekerja itu sendiri.
GS : Dalam hal ini Pak Paul, apakah yang firman Tuhan katakan tentang bekerja itu? Kalau Pak Paul katakan ini bukan hukuman, memang seringkali orang juga tidak berpikir seperti itu tapi hanya dianggap sebagai kewajiban, jadi mirip-mirip juga. Tapi apa yang sebenarnya firman Tuhan katakan ?
PG : Alkitab dimulai dengan kisah penciptaan. Sewaktu Tuhan menciptakan alam semesta beserta isinya, sesungguhnya Tuhan tengah bekerja. Sebab kita tahu bahwa menciptakan segala sesuatu, membuatsegala sesuatu menjadi ada dari yang tidak ada, itu semua menuntut suatu usaha, adanya kerja.
Jadi dengan kata lain, bekerja merupakan sesuatu yang secara hakiki sangat berkaitan dengan kodrat Tuhan, dengan Tuhan itu sendiri. Jadi oleh karena kita ini diciptakan Tuhan seturut dengan gambar-Nya, maka bekerja pun merupakan kodrat dari manusiawi kita itu juga.
GS : Apakah yang dimaksud bekerja merupakan kodrat manusiawi ?
PG : Karena kita ini mewarisi sifat-sifat Allah yaitu Allah adalah Allah yang bekerja, Dia bekerja menciptakan alam semesta ini, maka kita mewarisi sifat Allah yang hakiki itu yakni Allah adala Allah yang bekerja.
Jadi kita sebagai manusia yang diciptakan seturut dengan gambar Allah, maka kita adalah manusia yang secara hakiki akan dan mau serta harus bekerja.
GS : Memang kalau dilihat di dalam diri manusia. Semua pasti punya keinginan untuk bekerja kecuali kalau dia punya kelainan cacat atau kelainan jiwa, tapi pada umumnya orang punya harapan untuk bisa bekerja.
PG : Betul sekali. Maka dari sini kita bisa simpulkan, memang bekerja adalah sebuah titipan dari Tuhan untuk kita, dan itu sebabnya secara alamiah, sesungguhnya semua manusia itu ingin bekerja,atau seharusnya manusia itu ingin bekerja.
Nanti kita akan melihat kalau ada orang yang tidak ingin bekerja, berarti itu menunjukkan adanya masalah dalam dirinya. Tapi pada manusia yang wajar atau yang normal, keinginan untuk bekerja adalah keinginan yang sangat hakiki, sangat melekat pada diri kemanusiaan kita.
GS : Tapi pada zaman dahulu Pak Paul, bekerja seolah-olah menjadi kewajiban bagi kaum pria sedangkan wanita walaupun sesama manusia, dia tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan yang di luar rumah tapi yang di dalam rumah, Pak Paul.
PG : Betul sekali. Jadi memang kita harus membagi pekerjaan dalam dua jenis besar, ada yang bekerja di luar rumah dan ada juga yang bekerja di dalam rumah, tapi dua-duanya adalah bekerja sebab bu rumah tangga yang mengurus rumah sudah tentu itu sebuah pekerjaan pula.
Di zaman sekarang kita tahu bahwa, kalau kita tidak mau mengurus rumah tangga kita, maka kita harus menghadirkan seseorang untuk mengurusnya, membersihkannya dan sebagainya dan kita juga harus membayarnya. Jadi orang itu pun bekerja di dalam rumah. Istri yang tidak bekerja di luar rumah, itu berarti dia bekerja di dalam rumah sehingga memungkinkan kita untuk bekerja di luar rumah.
GS : Jadi pengertian bekerja itu, tidak harus selalu mengerjakan suatu profesi dan sebagainya, Pak Paul ? Di dalam rumah pun kita sebut dengan bekerja, apakah seperti itu ?
PG : Betul sekali. Sebab bayangkan kalau ibu rumah tangga itu menolak untuk mengurus rumah tangganya sehingga suaminya yang harus berdiam di rumah untuk mengurusnya, itu berarti sudah menutup kmungkinan dia untuk bekerja di luar.
Jadi dengan kata lain, istri yang menjadi ibu rumah tangga juga turut bekerja meskipun secara tidak langsung.
GS : Kalau dikaitkan dengan penciptaan tadi Pak Paul, banyak orang yang berpikir bahwa apa yang Tuhan kerjakan itu tidak kelihatan, Dia hanya berbicara "Hendaklah menjadi sesuatu" dan akhirnya keluarlah apa yang Dia katakan, itu berarti tidak kelihatan kerjanya. Sedangkan pengertian kita tentang bekerja adalah melakukan segala sesuatu dengan berpeluh itu tadi.
PG : Betul, sebab Tuhan memang bekerja di luar ranah alam atau sesuatu yang alamiah, jadi Tuhan bekerja selalu di atas batas alam maka pekerjaan-Nya tidak dapat kita definisikan secara alamiah ula.
Misalkan waktu kita memohon kesembuhan dan atas kasih karunia-Nya, Tuhan menyembuhkan kita, bukankah kita berkata bahwa, "Tuhan bekerja menyembuhkan kita," dan bagaimana Tuhan menyembuhkan kita, itu yang tidak bisa kita lihat dengan kasat mata tapi sekali lagi, itu disebabkan oleh karena Tuhan bekerja di luar atau di atas batas alamiah tersebut.
GS : Berarti sampai hari ini, Tuhan Allah itu tetap melakukan pekerjaan untuk manusia dan juga untuk seluruh alam semesta ini, Pak Paul ?
PG : Betul sekali. Sebagai contoh, seperti yang kita sudah ketahui bahwa dunia atau bumi kita ini berdiri atau hidup di tengah-tengah alam semesta atau jagad raya yang tidak terbatas. Dan di daam jagat raya ini, ada begitu banyak benda luar angkasa, misalkan meteor-meteor dan kita tahu pula bahwa meteor-meteor ini sebetulnya berkeliaran.
Kalau meteor ini menghantam bumi, maka tidak bisa tidak akan terjadi sebuah guncangan dan ledakan yang sangat dahsyat. Memang para ilmuwan memerkirakan bahwa itulah yang menjadi penyebab punahnya dinosaurus berjuta-juta tahun yang lalu. Dengan kata lain, kita memang harus mengerti bahwa kenyataan kita ada dan kenyataan bahwa kita hidup di dalam planet bumi ini, itu bukanlah kebetulan tapi itu adalah penjagaan Tuhan. Dengan kata lain, Tuhan menjaga dan Tuhan bekerja melindungi bumi kita ini sehingga selama berjuta-juta tahun kita selalu terluput dari benturan dengan benda-benda luar angkasa, ini adalah salah satu bukti bahwa Tuhan itu bekerja, Tuhan tetap memberikan perlindungan supaya kita dapat bertahan hidup sampai sekarang.
GS : Selain terkait dalam penciptaan, dasar lain apakah yang mendasari untuk bekerja di dalam Alkitab ?
PG : Perintah pertama Tuhan kepada manusia adalah perintah untuk bekerja. Coba kita simak firman Tuhan yang tercantum di Kejadian 1:28, "Penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikn-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Bukankah kita tahu bahwa menaklukkan bumi dan segala isinya, berkuasa atas ikan dan burung di udara dan atas segala yang merayap, semua ini adalah bahasa yang melukiskan bekerja yang memang tidak akan pernah selesai. Jadi dari awal, Tuhan sudah memerintahkan manusia untuk bekerja, menggali serta mengelola isi bumi untuk kesejahteraan hidup.
GS : Kalau dikaitkan dengan perintah Tuhan, Pak Paul, setelah manusia jatuh ke dalam dosa apakah manusia ini masih tetap bisa melakukan tugasnya dengan baik, Pak Paul ?
PG : Saya kira manusia seharusnya terus berusaha untuk melakukan perintah Tuhan dengan baik yaitu memenuhi bumi, menaklukkannya, berkuasa tapi dengan pengertian tidak untuk mengeksploitasinya, ntuk kepentingan segelintir orang.
Tuhan memberikan semua ini untuk semua orang dan bukan hanya untuk segelintir orang saja, tapi karena kita adalah manusia berdosa maka adakalanya atau seringkali kita tidak begitu memedulikan orang lain, kita mencoba mengkonsumsi, mengambil, memetik sebanyak-banyaknya dan tidak mementingkan perasaan orang lain. Sekali lagi Tuhan meminta kita bekerja dan mengelola, menggali semua ini untuk kepentingan semua umat manusia dan bukan segelintir manusia. Karena dosalah maka dunia ini atau bumi kita ini hidup di dalam kepincangan, yang seharusnya cukup untuk semua tapi menjadi tidak cukup untuk semua orang.
GS : Kalau firman Tuhan untuk memenuhi bumi sebetulnya sudah dilakukan dengan baik oleh manusia dan buktinya bumi dipenuhi oleh manusia, Pak Paul. Tapi yang Pak Paul katakan bukan mengekploitasi bumi tapi melainkan mengelola bumi, dan ini merupakan tanggung jawab yang tidak ringan bagi manusia sebetulnya.
PG : Betul sekali. Karena unsur yang termasuk didalam mengelola adalah menggunakannya untuk keperluan dan kebutuhan kita bersama. Setelah itu bagaimana kita memastikan bahwa sumber daya ini ters tersedia untuk generasi-generasi selanjutnya, ini yang seringkali gagal dilakukan oleh kita karena kita hanya memikirkan diri kita dan tidak lagi memikirkan kepentingan orang lain, apalagi generasi selanjutnya.
GS : Ada orang yang berpikir di tengah kondisi bumi yang seperti sekarang ini yang tambah lama tambah rusak, ada sebagian orang yang berpikir, "Kalau Tuhan yang menciptakan, itu berarti Tuhan yang akan memelihara, dan pasti semuanya tidak akan punah dan semuanya akan ada karena Tuhan bisa menciptakan lagi sesuatu yang baru".
PG : Tapi kita juga harus memahami bahwa Tuhan, bukanlah Tuhan yang buru-buru menciptakan surga di bumi, atau buru-buru menghalangi konsekuensi perbuatan kita. Tidak selalu Tuhan berbuat sepert itu.
Adakalanya Tuhan membiarkan konsekuensi menimpa kita supaya kita belajar dari perbuatan kita yang keliru itu. Sebetulnya Tuhan sudah memberitahukan kepada kita begitu seringnya kita luput memerhatikan peringatan-peringatan Tuhan, itu sebabnya pada akhirnya kita harus menuai konsekuensi perbuatan kita. Begitu banyaknya masalah yang timbul oleh karena kegagalan untuk mengelola bumi ini dengan baik.
GS : Pak Paul, selain dua dasar Alkitab yang Pak Paul kutip dari kitab Kejadian. Apakah ada bagian Alkitab lain yang juga memotivasi kita untuk bekerja, Pak Paul ?
PG : Alkitab memuat cukup banyak nasihat yang berkenaan dengan hidup rajin seperti yang tertera di Amsal 13:4, "Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diber kelimpahan".
Di Alkitab ada begitu banyak firman Tuhan yang berbunyi seperti ini, sekali lagi ayat-ayat ini memerhatikan atau memerlihatkan bahwa Tuhan tidak menyukai kemalasan tapi sebaliknya Ia memberkati kerajinan. Jadi akhirnya kita bisa simpulkan dari ketiga catatan ini bahwa bekerja merupakan kodrat alami manusiawi yang sesuai dengan sifat Allah sendiri. Tuhan pun memerintahkan manusia untuk bekerja dan memberi imbalan berkat kepada kita yang rajin bekerja. Kenyataan bahwa manusia harus bekerja keras untuk mencari nafkah sebagai hukuman atas dosa, tidaklah berarti bahwa bekerja itu sendiri merupakan hukuman Tuhan. Kesulitan mencari nafkah dan tantangan dari bumi merupakan bagian dari hukuman, dan bekerja itu sendiri bukan suatu hukuman.
GS : Memang dengan tegas, Paulus juga mengingatkan jemaat di Tesalonika kalau tidak bekerja maka jangan makan. Itu salah satu bukti bahwa bekerja menjadi suatu bagian atau tanggung jawab bahkan merupakan suatu kebutuhan bagi kehidupan manusia di bumi ini, Pak Paul.
PG : Betul. Jadi tidak benar kalau kita sebagai orang Kristen dengan menggunakan nama Tuhan berkata, "Tidak apa-apa, tidak perlu bekerja dan nanti Tuhan yang akan menyediakan," tidak seperti it ! Kalau burung memang disediakan makanannya, tapi burung tetap harus terbang mencari makanannya.
Jadi sekali lagi prinsip yang harus kita ingat adalah Tuhan menyediakan, tapi manusia harus mencari makanan itu.
GS : Pak Paul, sebetulnya apa manfaat bekerja itu sendiri bagi kehidupan manusia, sehingga kalau kita mengetahui apa manfaatnya, kita akan bergairah untuk bekerja, Pak Paul.
PG : Ada beberapa, Pak Gunawan. Dan ini akan saya kaitkan dengan kesehatan jiwa manusia. Asupan gizi seperti yang kita ketahui, bukan saja berguna untuk memertahankan hidup tapi juga untuk memaok energi, setelah makan bukan saja kebutuhan hidup terpenuhi tapi energi kita pun diisi ulang sehingga menghasilkan kekuatan.
Memang kita harus memakai dan menghabiskan kekuatan atau energi yang tersedia, sebab kalau tidak maka akan terjadi ketidak keseimbangan, energi yang terkumpul dan tidak terpakai akan melahirkan masalah dalam berfungsi. Coba sekarang kita melihat kaitan antara bekerja dan kesehatan jiwa dengan menggunakan bingkai pemikiran yang baru saja saya utarakan, Pak Gunawan. Ada beberapa dan yang pertama adalah bekerja ternyata merupakan cara terefektif untuk memakai energi yang tersedia agar tercipta keseimbangan baik secara jasmaniah maupun rohaniah. Jiwa yang sehat adalah jiwa yang memiliki keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi. Dengan bekerja, tubuh dan otak menjadi letih dan mengharuskan kita untuk beristirahat. Itu sebabnya bila kita bekerja maka kita cepat tidur terlelap.
GS : Memang bekerja adalah salah satu cara menggunakan energi itu, tapi ada juga banyak cara misalnya saja berolahraga, beraktifitas yang lain yang tidak terkait dengan pekerjaan. Dan itu dijadikan semacam jalan untuk mengeluarkan atau menggunakan energinya, bagaimana itu, Pak Paul ?
PG : Betul sekali, hal itu bisa untuk menyeimbangkan tubuh, sehingga energi yang tersimpan bisa terpakai dengan baik. Sudah tentu tidak harus selalu lewat pekerjaan atau bekerja, tapi bisa jugakita menghabiskannya lewat berolahraga.
Itu sebabnya kita bisa tambahkan di sini, kalau pekerjaan kita tidak menuntut pengeluaran energi yang cukup karena kita banyak duduk dan sebagainya, maka itu sebabnya baik bagi kita untuk berolahraga agar dapat menghabiskan energi dengan lebih efektif. Namun kenapa tetap harus bekerja dan kenapa tidak cukup hanya berolahraga, kalau hanya untuk menghabiskan energi untuk mencapai keseimbangan ? Ternyata ada hal-hal lain yang memang penting sekali, misalnya bekerja menghasilkan imbalan, baik yang bersifat moneter maupun psikologis. Imbalan moneter mencukupkan kebutuhan jasmaniah, sedangkan imbalan psikologis mencukupkan kebutuhan jiwani akan penghargaan. Jadi orang yang bekerja akan menerima imbalannya, waktu dia menerima gaji, maka dia tahu kalau ini adalah imbalan atas pekerjaannya. Dia menerima kenaikan gaji, dia juga melihat ini sebagai imbalan atas prestasinya. Saya melihat ini sebagai sesuatu yang baik dan sehat untuk kejiwaannya, belum lagi waktu dia menerima imbalan secara moneter, dia tahu kalau ini akan digunakan untuk keperluannya sehingga terciptalah juga jiwa yang relatif lebih tentram karena tahu bahwa dia akan cukup uang untuk bisa menghabiskannya guna mencukupi keperluan rumah tangga sampai satu bulan ini. Jadi memang bekerja itu penting dan bukan hanya untuk tujuan menghabiskan energi saja. Dan lagi kita akan melihat tujuan yang kedua yaitu untuk kita memeroleh imbalan-imbalan baik secara moneter, maupun secara psikologis.
GS : Tapi kalau imbalan itu tidak memuaskan dia, Pak Paul, maka itu akan menimbulkan masalah psikologis bagi dia dan juga kalau lingkungan kerjanya tidak nyaman bagi dia. Tadi Pak Paul katakan, dengan bekerja maka saat kita tidur bisa lebih nyenyak, tapi ada orang yang kalau bekerja malahan tidurnya tidak bisa nyenyak, Pak Paul, karena ada masalah yang harus dihadapi. Dan itu bagaimana, Pak Paul ?
PG : Kita memang tidak bisa menjamin atau memastikan bahwa setiap kali kita bekerja, kita akan menjumpai lingkungan pekerjaan yang nyaman dan menerima kita. Adakalanya kita harus menghadapi tanangan-tantangan itu, sudah tentu sedapatnya kita hadapi namun pada titik tertentu kalau kita sadari hal ini sudah di luar kemampuan kita dan telah memberikan tekanan-tekanan yang luar biasa, sehingga menghimpit jiwa kita dan menghalangi fungsi kita sehari-hari, maka dalam kondisi kita yang seperti itu, sudah tentu lebih baik kita bijaksana dan mengakui kalau tidak bisa lagi dan lebih baik kita pindah saja dan sebagainya.
Jadi memang hidup itu tidak ideal oleh karena itu adakalanya kita harus menghadapi tantangan-tantangan seperti itu.
GS : Apakah ada hal lain yang memotivasi kita untuk bekerja, Pak Paul ?
PG : Bekerja menimbulkan kepuasan karena bekerja menumbuhkan rasa keberhasilan menciptakan sesuatu. Misalkan kita ditugaskan untuk mengurus suatu event pesta, konperensi dan sebagainya dan kitabekerja keras menyiapkannya dengan perancangan-perancangan yang matang sehingga terlaksanalah event tersebut dengan baik.
Dan kita melihat itu maka hati kita puas, apalagi kalau kita mendapatkan penghargaan atau pujian dari sesama rekan, peserta atau bahkan dari atasan kita. Hal-hal itu adalah hal-hal yang menjadi makanan jiwa kita. Jiwa kita itu perlu asupan dan asupannya adalah pujian dan penghargaan atas prestasi kita, tidak bisa kita mengharapkan asupan pujian dari orang kalau kita tidak berbuat apa-apa, tidak menghasilkan apa-apa, tidak menunjukkan prestasi apa-apa maka tidak mungkin kita akan mendapatkan apa-apa. Jadi dengan kita bekerja, benar-benar kita memunyai sarana untuk mendapatkan asupan atau gizi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan jiwa kita.
GS : Memang di sini dibutuhkan kejelian kita untuk melihat bahwa apa yang kita kerjakan itu ada hasilnya, dan memang tidak semua pekerjaan bisa langsung terlihat. Hal yang bisa kita lihat seperti pekerjaan insinyur bangunan yang bangga bahwa ada bangunan yang didirikan di suatu tempat dan berkata, "Itu adalah hasil karyaku," atau membuat sebuah karya musik dan sebagainya. Tapi ada juga banyak pekerjaan yang tidak terlihat langsung seperti itu, Pak Paul. Seperti seorang guru, dia mengajar dan mengajar tapi anak yang diajar ini tidak kelihatan tambah baik tapi tambah rusak semua. Dan itu membuat dia semakin merasa tidak ada hasilnya, Pak Paul.
PG : Betul. Sekali lagi memang kita tidak hidup di dalam dunia yang ideal, adakalanya kita tidak melihat hasilnya bahkan kadang kita melihat hasil yang berkebalikan alias kegagalan, kita telah erusaha sekuat tenaga tapi hasilnya di luar dugaan dan justru kita merasakan kalau kita gagal di sini.
Tapi sekali lagi itu adalah bagian dari hidup yang kita harus hadapi, kegagalan seharusnya mencambuk kita untuk memersiapkan dengan lebih baik lagi.
GS : Yang lain apa Pak Paul, untuk membuat kita bergairah di dalam bekerja ?
PG : Bekerja menstimulasi perkembangan diri sehingga lewat bekerja, kita pun dapat mengaktualisasikan diri secara optimal, seringkali karena kita mengerjakan sesuatu kemudian muncul ide mengerjkan yang lain, karena kita sedang melakukan sesuatu kemudian timbul dorongan untuk memerbaikinya, memperhalusnya, meningkatkan kwalitasnya sehingga menyempurnakan produk yang kita buat atau kita lakukan itu.
Jadi dengan kata lain, bekerja menstimulasi perkembangan diri kita. Dan waktu melihat diri kita bertumbuh, kita pun menjadi senang namun lebih dari itu, diri atau jiwa yang terus bertumbuh dinamis, menunjukkan bahwa itu adalah jiwa yang hidup dan sehat.
GS : Bagaimana dengan hubungan kita terhadap sesama karena kalau kita bekerja maka kita tidak bisa bekerja sendirian dan biasanya kita selalu berhubungan dengan orang lain. Apakah bekerja ini juga akan menolong kita dalam berinteraksi dengan orang lain ?
PG : Tepat sekali, Pak Gunawan. Jadi karena kita bekerja maka kita berkesempatan untuk berjumpa dan menghabiskan waktu dengan orang lain. Waktu terjadi interaksi dengan sesama rekan dan orang-oang yang kita layani maka sudah tentu interaksi-interaksi ini mengasah kita, memberikan gizi dalam pertumbuhan jiwa kita, menyegarkan jiwa kita.
Kadang kita juga belajar dari mereka, kadang kita juga memahami pemahaman yang baru dari mereka, kadang kita dihiburkan oleh mereka dan meskipun di dalam dunia yang tidak sempurna, kadang kita juga dilukai oleh mereka dan kadang kita pun juga dikecewakan oleh mereka, tapi setidak-tidaknya semua ini baik interaksi yang membangun atau kadang interaksi yang memang menjatuhkan, tapi tetap adalah hal-hal yang membuat jiwa kita itu sehat atau hidup.
GS : Di awal perbincangan kita, Pak Paul sudah mendasari kalau bekerja ini merupakan amanat dari Tuhan, jadi ini adalah hakekat yang Tuhan berikan dalam diri kita, dan sekarang setelah kita bekerja apa hubungannya antara pekerjaan yang kita lakukan dengan Tuhan yang kita imani ?
PG : Dengan kita bekerja dan kita memeroleh imbalannya, kebutuhan kita dicukupi dan kita melihat diri kita berkembang, kita bisa memakai karunia yang Tuhan berikan, tidak bisa tidak pada akhirna kita dibawa untuk bersyukur kepada Tuhan dan kita diingatkan bahwa Dialah yang memberikan kita kesanggupan untuk bekerja dan akhirnya kita bisa berkata, "Ini semua terjadi karena Engkau ya Tuhan, ini bisa ada juga karena Engkau."
Jadi dengan kata lain bekerja memberi kepada kita wadah untuk mengingat dan bersyukur kepada Tuhan.
GS : Dengan bekerja setelah kita menerima penghasilan, maka kita juga bisa memberikan persembahan lewat gereja atau lewat tempat-tempat yang lain sebagai tanda syukur kita, seperti itu, Pak Paul ?
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Jadi kita bukan saja menerima tapi kita juga berusaha sebagai ucapan syukur memberikan kembali kepada Tuhan, lewat orang-orang yang membutuhkannya.
GS : Apakah ada ayat-ayat firman Tuhan yang merangkumkan pembicaraan kita pada saat ini, Pak Paul ?
PG : Amsal 19:15 berkata, "Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar." Rajin bekerja adalah merupakan sebuah karakter yang diinginkan Tuhan dan sebaliknyakemalasan adalah jalan pasti menuju kelaparan, baik kelaparan secara jasmaniah, maupun rohaniah.
Tuhan telah mendesain semuanya dengan sempurna dan bekerja adalah bagian dari desain Tuhan yang baik itu. Maka marilah kita bekerja dan sedapatnya lakukanlah sebaik-baiknya sehingga lewat bekerja kita bisa menjadi manusia sebagaimana yang Tuhan juga inginkan.
GS : Saya percaya, bekerja juga merupakan bagian kita yakni bagian yang Tuhan berikan untuk kita memersiapkan diri memasuki surga nanti. Karena di surga nanti kita tidak akan hanya bersantai-santai ria.
PG : Saya juga percaya itu.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Mengapa Bekerja ?". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
Comments
andregunawan
Sen, 02/07/2012 - 10:42am
Link permanen
GREETING