Mendisiplin Anak dengan Benar

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T297B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kita tahu bahwa sebagai orang tua kita harus mendisiplin anak namun kadang kita tidak tahu dengan pasti bagaimanakah mendisiplin anak dengan benar. Dalam bagian ini diajarkan 10 cara mengenai bagaimana mendisiplin anak secara benar.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Kita tahu bahwa sebagai orang tua kita harus mendisiplin anak namun kadang kita tidak tahu dengan pasti bagaimanakan mendisiplin anak dengan benar. Berikut akan dipaparkan beberapa masukan tentang mendisiplin anak.

  • Mendisiplin berasal dari bahasa Inggris, "to disciple" yang berarti memuridkan atau menjadikan seseorang murid. Kata ini berasal dari latar budaya di mana seorang murid diharapkan bukan saja memiliki pengetahuan yang dimiliki si guru tetapi juga hidup alias berpikir dan berperilaku seperti si guru. Jadi, mendisiplin berarti (a) menanamkan nilai moral dan pengetahuan yang benar tentang hidup pada anak dan (b) membuatnya berpikir dan berperilaku seperti kita. Singkat kata, syarat pertama untuk dapat mendisiplin anak adalah memunyai pengetahuan yang benar dan hidup benar. Dan, sebagai orang Kristen, pengetahuan dan nilai moral yang benar berasal dari pengenalan akan Tuhan lewat Firman-Nya sedangkan hidup benar bersumber dari ketaatan kita hidup sesuai kehendak Tuhan.
  • Kedua, mendisiplin tidak berhenti sewaktu anak "tidak melakukan" apa yang kita larang. Mendisiplin mesti berlanjut sehingga anak "melakukan" apa yang kita minta. Jika anak hanya berhenti melakukan apa yang kita larang namun tidak melakukan apa yang kita ajarkan, itu berarti pendisiplinan belum tuntas. Sekali lagi, tujuan akhir mendisiplin anak adalah agar ia mempunyai pengetahuan dan nilai moral yang benar serta hidup benar. Tatkala anak berhenti pada "tidak melakukan" itu berarti ia belum benar-benar menghayati dan menerima nilai yang ditanamkan itu. Bila kita terlalu menitikberatkan pada apa yang "salah" dan bukan pada apa yang "benar" maka pada akhirnya anak pun hanya tahu akan apa yang "salah" bukan pada apa yang "benar."
  • Ketiga, kadang kita menyamakan disiplin dengan hardikan atau hukuman fisik, tetapi sebetulnya mendisiplin anak tidak selalu dengan memukul anak atau memarahi anak. Mendisiplin dimulai dengan memberitahukan anak akan apa yang benar atau diharapkan darinya. Singkat kata, mendisiplin anak harus lebih berpusat pada mengarahkannya, bukan pada membatasinya-kendati kadang kita pun harus membatasi perilaku anak.
  • Jika harus menghukum anak, lakukanlah dengan segera setelah pelanggaran terjadi, jangan menundanya. Makin lama waktu penundaan, makin tidak efektif pendisiplinan sebab hukuman itu tidak lagi terlalu dikaitkan dengan perbuatannya yang semula. Selain itu, penundaan juga membuatnya hidup dalam ketegangan yang tidak perlu-ketegangan menantikan turunnya hukuman.
  • Menghukum anak secara fisik perlu dilakukan dengan bijak. Jangan menghukum dengan kekerasan yang melampaui batas; boleh gunakan tangan atau alat namun pukullah pantatnya saja dengan tidak berlebihan. Juga, hukumlah anak sesuai kesalahannya, jangan menyamaratakan segalanya.
  • Berhati-hatilah dengan emosi marah, sebab sering kali emosi marah yang kuat menimbulkan trauma pada anak melebihi hukuman itu sendiri.
  • Menghukum tidak berarti boleh seenaknya memarahi anak. Ingat, perkataan yang keluar tidak bisa ditarik kembali. Jadi, jagalah lidah tatkala memarahi anak.
  • Baik ibu maupun ayah harus mendisiplin anak sehingga respek anak pada keduanya bertumbuh berimbang.
  • Mendisiplin harus diimbangi dengan mengampuni. Kadang kita sengaja tidak memberinya konsekuensi ketika ia meminta maaf atau menyesali perbuatannya. Melalui pengampunan anak akan belajar mengampuni pula.
  • Firman Tuhan: "Mari, kita akan berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita . . . . Marilah kita mengenal dan sungguh-sungguh mengenal Tuhan; Ia pasti muncul seperti Fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi" (Hosea 6:1&3). Tuhan Allah kita adalah Allah yang mendisiplin, bukan hanya mengasihi. Kadang Ia bahkan menghukum dengan hukuman yang keras. Namun, tujuannya jelas: agar kita bertobat atau berbalik kepada Tuhan. Sewaktu kita bertobat, Ia segera datang kepada kita seperti Fajar, seperti hujan untuk menyirami kita dengan kasih dan pengampunan-Nya. Kepada anak kita pun harus bersikap sama: kita mendisiplinnya namun kita pun siap membalutnya bila ia bertobat.