Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso kali ini bersama Ibu Melany yang juga sekretaris dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara di Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang masalah-masalah sehubungan dengan usia pria setengah baya. Dan kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Paul, di dalam kehidupan ini masa remaja itu sering kali disebut suatu masa yang cukup sulit karena menentukan identitas diri dan sebagainya. Rupanya orang tidak habis-habisnya mengalami banyak masalah khususnya ketika memasuki usia paro-baya atau usia setengah baya yang sering kali timbul gejolak-gejolak tertentu di dalam dirinya. Saya sendiri juga mulai memasuki bagian itu jadi saya merasa perlu sekali, sangat berkepentingan untuk membicarakan masalah ini lebih lanjut. Nah pertama-tama Pak Paul yang ingin kami ketahui adalah pembagian usia seseorang itu mulai meninggalkan masa pemudanya dan memasuki masa dewasanya.
PG : Kalau Pak Gunawan tidak berkeberatan, sebelum saya mulai menjawab saya ingin bertanya dulu, apakah Pak Gunawan sendiri merasakan setelah memasuki usia paro-baya ada perubahan dalam diri Pak Gunawan?
GS : Terus terang ya Pak Paul, jadi pada saat ini saya sedang berusia 49 tahun dan rasanya memang yang memisahkan masa pemuda saya itu pada saat saya menikah di usia 30 tahun itu Pak Paul, itu memang mulai terasa ada perubahan-perubahan.
PG : OK! Ibu Melany sendiri bagaimana Bu?
ME : E......maksudnya?
PG : Apakah secara kejiwaan merasa ada perbedaan usia sekarang ini, ibu juga sudah di atas 45 mungkin ya, apakah berbeda dengan dulu-dulu?
ME : Ya, yang saya rasakan setelah berusia 40 itu memang makin terasa waktu atau kesempatan ini makin sempit, jadi rasanya waktu ini harus digunakan seefektif mungkin, itu yang ada pada diri saya.
PG : Ya, rupanya itu yang dialami oleh banyak orang Pak Gunawan dan Ibu Melany, yakni tatkala memasuki usia paro-baya mereka mengalami adanya gejolak-gejolak atau suatu perasaan-perasaan yan sebelumnya tidak dirasakan yang nanti akan kita bahas.
Namun sebelum kita masuk ke situ untuk menjawab yang tadi Pak Gunawan tanyakan, usia dewasa awal adalah tahap pertama yang kira-kira meliputi usia sekitar 20 tahun hingga usia 30 tahun. Kemudian dewasa tengah atau menengah itu mencakup usia 30 tahun hingga sekitar 45 tahun dan akhirnya dewasa akhir yaitu usia antara 45-60 tahun, dan usia inilah yang disebut usia paro-baya. Di atas usia ini kita biasanya menyebut bukan lagi masa dewasa tapi mulailah disebut masa tua (GS: Usia lanjut itu ya Pak?) usia lanjut betul.
GS : Tadi Pak Paul mengkategorikan dalam 3 yaitu dewasa awal, dewasa tengah dan dewasa akhir, sebenarnya apa yang menandai masa-masa itu Pak Paul?
PG : Pada masa dewasa awal, seseorang itu kalau saya gunakan istilah jalan atau perjalanan seseorang pada usia dewasa awal berada pada titik berangkat dalam perjalanan hidupnya. Jadi pada deasa awal itu seseorang biasanya memasuki perguruan tinggi mengambil bidang yang dikiranya atau diharapkannya bisa menghantarnya ke jenjang karier yang diidamkannya.
Jadi dia sudah mulai memasuki jalan hidupnya, di bawah usia 20 itu masih kita sebut masa kanak-kanak atau masa remaja dan masa remaja pun sebetulnya bisa dibagi dalam tiga. Namun masa remaja itu kami belum masukkan dalam kategori usia, di mana mereka sudah memasuki perjalanan hidup untuk menentukan karier dan sebagainya. Pada usia 20-30 tahun biasanya kita-kita ini mulailah merintis karier kita, merintis kehidupan kita baik itu dalam tindakan-tindakan yang berbentuk persiapan kita sekolah, kita kursus dan sebagainya atau memulai kerja. Jadi kita memulai suatu bidang yang kita rasakan itu adalah keahlian kita dan kia mulai membangun karier kita di situ. Setelah usia 30 tahun kita memasuki dewasa tengah, ciri utamanya di situ adalah kalau tadi memulai perjalanan, mengawali perjalanan sekarang usia 30 tahun kita bisa katakan pria ini mulailah berada di dalam perjalanan. Mereka ini benar-benar sudah biasanya berada pada karier mereka, jadi memang kalau seseorang yang sudah usia 34, 35 masih terus mencari-cari kerjaan apa yang cocok baginya, bidang apa yang cocok baginya ini memang terlambat. Dan akhirnya akan membuat orang itu frustrasi, jadi memang dalam hidup itu ada fase-fase atau bagian-bagian atau tahapan-tahapan dan masing-masing tahapan itu memiliki tugasnya masing-masing. Kalau tugas atau kewajiban atau tuntutan tersebut gagal kita penuhi akan ada dampak-dampak negatifnya Pak Gunawan, jadi misalkan seseorang yang pada usia 20-an itu tidak mempersiapkan dirinya dengan baik untuk mengawali kehidupannya atau kariernya, dia tidak sekolah yang betul, dia tidak memilih jurusan yang tepat dan sebagainya, akhirnya akan berdampak sekali pada tahap berikutnya. Nah tahap yang berikutnya tadi adalah masa perjalanan itu sendiri, setelah itu barulah pada usia 45 tahun dia itu kita katakan berada di persimpangan jalan yang nanti juga akan saya jelaskan.
GS : Hal-hal itu berlaku umum untuk yang pria maupun yang wanita Pak Paul?
PG : Rupanya tidak Pak Gunawan, sebetulnya juga ada perbedaan.
GS : Bedanya Pak Paul?
PG : Begini, pria sudah tentu pada usia-usia dewasa ini banyak memberikan perhatian pada dunia luar yaitu dunia kariernya sedangkan wanita meskipun mereka juga misalnya terlibat dalam dunia arier di luar rumah, namun sering kali perhatian mereka itu tetap tersedot untuk hal-hal yang bersifat domestik yaitu hal-hal yang bersifat rumah tangganya sendiri, jadi memang ada perbedaan yang besar di situ.
Misalkan wanita pada usia 20-30 tahun dia memang sedang memulai juga perjalanannya, di awal perjalanan bukan meniti karier pada umumnya tapi untuk membangun rumah tangganya. Jadi sekali lagi secara sepintas pria dan wanita nampaknya sama, dua-dua bekerja dan dua-dua mempunyai karier, namun titik beratnya tidak bersamaan atau tidak sama. Pria tekanannya pada dunia luar, pada pekerjaannya, wanita tekanannya biasanya pada rumah tangganya. Jadi dia berusaha keras untuk membesarkan anak-anak untuk mencukupi anak-anak, merawat anak-anak dan sebagainya, pekerjaan biasanya hanyalah menjadi sarana saja bukan tujuan akhir. Sedangkan bagi pria, pekerjaan atau karier merupakan tujuan akhirnya atau gol yang ingin dia capai.
(2) ME : Pak Paul, kalau saya mendengar istilah paro-baya saya kemudian teringat kadang-kadang ada masalah remaja ke-II. Sering kali kita mendengar ada permasalahan atau ada gejolak pada waktu pria itu usia setengah baya yang kita katakan masa remaja ke-II (PG: Masa puber ke-II) ya.
PG : Betul sekali Ibu Melany, memang periode ini acapkali mempunyai konotasi yang sedikit negatif, karena dianggap pada masa inilah pria itu terlibat dalam perselingkuhan misalnya terlibat dngan wanita lain.
Memang ada kebenarannya, dalam pengertian pada masa ini pria sebenarnya mengalami banyak sekali perubahan-perubahan internal yang perlu dia sadari. Nah, tadi saya sudah menyinggung bahwa pada usia paro-baya ini atau dewasa akhir ini pria itu sebenarnya berada di persimpangan jalan, dewasa awal memulai perjalanan, dewasa tengah di dalam perjalanan tiba-tiba sekarang di dewasa akhir pria itu berada di persimpangan jalan, dia bisa lurus, dia bisa belok ke kiri, ke kanan dan juga bisa mundur juga sebetulnya. Nah, apa yang dimaksud dengan persimpangan jalan ini, salah satu hal yang termaktub di dalam konsep persimpangan jalan adalah terbukannya banyak pilihan, pilihan apa? Salah satunya pilihan karier. Nah pilihan karier ini kalau memang dia meniti karier dengan baik pada masa sebelumnya akan membuat dia menjadi orang yang berkesempatan untuk naik jenjang untuk menjadi seorang direktur atau manager dan sebagainya. Akhirnya dia memiliki rasa kepercayaan diri yang jauh lebih kuat, nah rasa kepercayaan diri yang lebih kuat inilah yang acapkali membuat dia lebih berani untuk mendekati wanita. Dan kita bisa akui pula bahwa ada sebagian wanita yang senang dengan para pria paro-baya ini, karena biasanya alasan yang dikemukakan para pria ini dianggap mantap, stabil secara emosi. Dan secara finansial pada umumnya mereka juga telah mencapai kestabilan yang baik dan yang ketiga adalah para pria ini memang adalah para bapak anak-anak remaja. Mereka yang usianya 50, 55 dan sebagainya adalah orang tua dari anak-anak yang usianya 20-an sehingga sifat kebapakannya itu kuat sekali dan ada sebagian wanita muda yang merindukan figur bapak seperti itu. Nah, saya kira ketiga hal inilah yang akhirnya memperkuat daya tarik si pria paro-baya bagi sebagian wanita dan akhirnya kesempatan itu terbuka. Jadi akhirnya yang terjadi adalah perselingkuhan, itu yang dimaksud puber kedua Ibu Melany.
GS : Ya, jadi di dalam persimpangan tadi Pak Paul memang satu godaan yang cukup besar selain dari segi seksual adalah pindah karier. Jadi sering kali terjadi orang paro-baya ini pindah ke bidang pekerjaan yang lain Pak Paul (PG: Betul sekali Pak Gunawan) alasannya yang utama sebenarnya apa di sana?
PG : Kita ini sebetulnya mempunyai aspirasi, cita-cita atau keinginan terpendam yang acapkali dalam hidup kita tidak terpenuhi. Kita misalkan ingin sekali berusaha sendiri, memulai suatu usaa wiraswasta.
Namun karena tekanan keluarga kita harus bekerja mencukupi kebutuhan mereka, anak dan istri, akhirnya kerinduan tersebut tak terwujud. Kita akhirnya merelakan diri bekerja untuk perusahaan-perusahaan yang lain. Nah, suatu ketika pada usia paro-baya ini tiba-tiba kita disadarkan bahwa waktu di depan kita tidak banyak lagi, nah ini sesuai dengan yang tadi ibu Melany sudah singgung. Bahwa saya sekarang sudah berusia 50 misalnya dan masa produktif saya kira-kira hanya tinggal 15 tahun lagi, tiba-tiba kita menyadari bahwa kita ini berada di persimpangan jalan, apa yang harus kita lakukan. Terus hidup seperti mesin yang kita pikir kita adalah mesin itu sendiri guna memproduksi hasil, mencukupi kebutuhan keluarga kita atau kita sekarang mengalihkan karier, memulai sesuatu yang benar-benar kita rindukan dari dulunya tapi tidak terlalu berani untuk melakukannya. Itulah biasanya yang terjadi pada pria usia paro-baya, maka cukup banyak yang akhirnya mengubah karier. Mengubah karier memang bisa menambah jenjang karier atau justru bisa menguranginya Pak Gunawan.
GS : Tetapi memang ada suatu kebutuhan akan ini Pak Paul, keyakinan bahwa dirinya masih kuat, misalnya dalam bidang seksual tadi para pria paro-baya ini ingin membuktikan bahwa dia itu masih mampu, dia itu masih kuat dan kesempatannya ada, sehingga ya tingkah polahnya kadang-kadang agak di luar batas kewajaran.
PG : Sebab proses penuaan sudah mulai tampak pada usia paro-baya ini, tubuh tidak lagi sekuat dulu, ini semua dirasakan oleh para pria paro-baya. Tapi di pihak lain dia belumlah terlalu tua ntuk dianggap tua dan bahkan ada yang makin tua, tubuhnya makin sedikit gemuk, misalnya dulu kurus sekarang agak gemukan sedikit.
Dan sekarang ada rambut putih membuat mereka-mereka ini tampak lebih berwibawa. Nah, tiba-tiba mereka menyadari bahwa mereka itu lebih ganteng daripada dulu misalnya, akhirnya dorongan untuk membuktikan bahwa mereka tetaplah pria yang menarik, pria yang justru disukai oleh lawan jenis, membuat mereka tergoda untuk akhirnya melangkah terlalu jauh.
(3) GS : Tapi bukankah tidak semua orang itu bisa sukses di dalam hal mengawali perjalanan maupun di dalam perjalanan, bagaimana kalau seandainya dia itu tidak sukses justru gagal, pengaruhnya apa Pak Paul?
PG : Ini memang suatu proses atau suatu keadaan yang tidak menyenangkan, biasanya pria paro-baya kalau mengalami kegagalan, kegagalan karier pada usia ini berakibatkan cukup serius Pak Gunawn, yaitu benar-benar akan menghancurkan harga dirinya.
Mereka sebagaimana para pria lainnya pada umumnya mendasari harga diri mereka pada karier, berbeda dengan wanita Pak Gunawan dan Bu Melany; wanita misalkan diberhentikan dari pekerjaan, pasti memang mengganggu perasaannya, harga dirinya, tapi biasanya dampak itu tidaklah seberat jika dialami oleh seorang pria. Nah, apa perbedaannya, pada umumnya wanita mendasari harga dirinya itu pada hubungan keluarganya. Kalau suaminya misalnya mempunyai affair atau perselingkuhan, wanita atau para istri ini tidak berani muncul di muka umum, misalkan dia biasa aktif dalam pelayanan gara-gara masalah suaminya dia bisa mundur dari pelayanan Kristen. Atau masalah dengan anaknya, yang dulu dia banggakan sekarang anaknya tiba-tiba berubah, mulai badung, membuat onar dan sebagainya. Nah si ibu ini bisa sangat enggan untuk terlibat lagi di dalam pelayanan atau muncul lagi di gereja dan sebagainya, karena apa, karena dia merasa hilanglah dirinya, hancurlah nama baiknya, hancurlah harga dirinya. Berbeda dengan pria, misalkan seorang pria itu mempunyai seorang anak yang nakal, dia tetap bisa memfokuskan hidupnya pada karier. Karena memang masalah keluarga bagi pria tidaklah terlalu memberatkan seperti pada istri, sebab harga diri pria memang sering kali terletak pada kariernya itu, jadi menjawab yang tadi Pak Gunawan tanyakan kalau seorang pria pada usia paro-baya mengalami kegagalan dalam kariernya, biasanya berakibat cukup fatal. Bisa frustrasi, bisa malu keluar, diajak oleh istrinya bertemu dengan teman-teman tidak mau, diajak untuk ke pesta tidak mau, diajak untuk ke gereja akhirnya juga tidak mau karena apa, merasa malu, merasa malu sekali. jadi biasanya mereka menarik diri dari pergaulan sosial kira-kira itulah dampaknya Pak Gunawan.
ME : Kalau saya mendengar sejauh ini rupanya pada waktu usia paro-baya, pria itu juga seperti mengulangi lagi masa remaja Pak Paul? 'Kan masa remaja juga dikatakan orang sebagai dewasa belum, dikatakan anak-anak juga tidak mau.
PG : OK! Dari sudut itu betul bu, jadi dalam pengertian para pria paro-baya ini mulai mengalami kebingungan-kebingungan sama seperti seorang remaja yaitu seorang remaja kebingungan dalam halpembentukan siapa dirinya atau jati dirinya.
Sebab pada usia remajalah mereka mulai mengolah data-data yang masuk dari luar, pandangan/penilaian orang dari luar kemudian digabungkan dengan penilaian pribadinya tentang siapa dia akhirnya itu membentuk yang kita sebut jati diri atau identitas diri. Nah pria pada usia paro-baya memang mengalami hal yang serupa meskipun kebingungan itu bercorak lain. Pada usia remaja bingung dalam pengertian dari nol membentuk sesuatu yang baru, jadi tidak pas ke A, ke B, ke C jadi harus mencoba-coba, akhirnya setelah menginjak usia 20-an barulah seorang remaja yang menjadi dewasa itu akhirnya mempunyai konsep yang lebih jelas dan permanen tentang siapa dirinya. Pada usia paro-baya pria ini sudah memiliki konsep dirinya, namun tiba-tiba mulai meragukan apakah ini saya dan apakah saya ingin menghabiskan sisa hidup saya sesuai dengan peranan dan konsep diri yang telah dimilikinya selama ± 30 tahun. Jadi mulailah dia mempertanyakan keputusan-keputusan sebelumnya yang dia pernah ambil, keyakinannya, nilai-nilai moralnya dan sebagainya, mulailah dia ragu-ragu. Apakah memang ini jalannya dan apakah saya mau menghabiskan sisa hidup saya dengan ini semuanya atau saya mau mengubah melakukan sesuatu yang sungguh-sungguh saya ingin lakukan, namun belum berhasil atau belum berkesempatan saya lakukan.
GS : Termasuk juga di dalam hubungannya dengan istrinya Pak Paul, jadi mulai meragukan apakah betul putusannya menikah dengan yang sekarang jadi istrinya itu, sehingga kerap kali terjadi perceraian pada usia-usia ini Pak Paul?
PG : Betul sekali Pak Gunawan, jadi perceraian sebetulnya terjadi paling sering pada dua kategori usia Pak Gunawan. Yang pertama adalah 5 tahun pertama setelah pernikahan, itu masa yang rawa karena 2 dua individu baru berkumpul menjadi satu dalam mahligai pernikahan, perlu menyesuaikan diri dan adakalanya gagal dan pernikahan itu akhirnya bercerai.
Kategori usia kedua yang rawan terhadap perceraian adalah menginjak usia paro-baya ini, sebabnya apa? Salah satunya Pak Gunawan tadi sudah menyebutkan, yakni mereka mulai meragukan apakah ini istri yang sesungguhnya saya inginkan. Dan yang menakutkan adalah jawabannya bukan, saya salah pilih, ini keliru dan seharusnya saya menikah dengan yang seperti ini yang dulu pernah saya pikirkan, tapi akhirnya mendapat yang ini. Yang kedua kenapa rawan terhadap perceraian, anak-anak sudah lepas dari rumah Pak Gunawan, kebanyakan sudah di atas SMA, sudah kuliah di perguruan tinggi, sehingga mereka tak terlalu butuh kita lagi sebagai orang tua. Problem yang dulu sudah ada pada awal pernikahan sebetulnya tertutupi dengan kehadiran anak, karena perhatian harus difokuskan pada usaha membesarkan anak. Tiba-tiba sekarang anak sudah besar tidak lagi membutuhkan kita, nah kita mulai berhadapan dengan pasangan kita. Problem yang dulu itu muncul kembali, akhirnya problem itu membesar sekali.
ME : Pak Paul, sebetulnya saya juga ingin menanyakan tentang masalah pelayanan, saya pernah melihat, pada waktu pemuda begitu menggebu-nggebu dalam pelayanan, tapi pada waktu sudah menikah, mempunyai anak, karier meningkat, seolah-olah dia itu hanya ke gereja hari minggu saja. Jadi yang dulunya pelayanannya menggebu-nggebu seperti tidak ada bekasnya lagi, bagaimana Pak Paul?
PG : Pria paro-baya mempunyai juga keragu-raguan, kekritisan terhadap bukan saja kariernya, pilihan hidupnya, namun juga hal-hal yang bersifat rohani Ibu Melany. Pada masa ini kalau karierny bertambah baik bisa ada 2 kemungkinan yang terjadi, dia makin jauh dari Tuhan karena merasa usaha kerja kerasnya berhasil untuk membuahkan hasil yang baik, maka makin bergantung pada diri sendiri, sehingga makin tidak perlu Tuhan.
Atau yang kedua dia makin menyadari Tuhanlah yang telah memberkati dia, jadi dia yang hidup dalam kebenaran Tuhan akhirnya makin hari makin dekat dengan Tuhan. Tapi memang cukup banyak karena keberhasilan karier itu membuat diri merasa tidak perlu Tuhan lagi. Yang kedua adalah dalam kaitannya dengan mempertanyakan banyak hal, cukup banyak pria paro-baya yang juga mempertanyakan aktifitas rohaninya. Saya dulu rajin, saya dulu melayani ini, itu; ini, itu. Betulkah saya ini menyembah Tuhan yang adil, yang benar dan sebagainya ataukah memang sebetulnya tidak perlu seperti itu, yang penting saya tahu ada Tuhan, ya ikut Tuhan sudah cukup. Nah pertanyaan-pertanyaan ini juga mudah muncul pada pria usia setengah baya ini, Bu Melany.
GS : Tapi kita percaya bahwa Tuhan itu mengasihi kita, pada usia berapapun juga sampai akhir hayat. Adakah firman Tuhan yang memberikan bimbingan kepada mereka atau kita-kita yang sedang memasuki usia paro-baya itu Pak Paul?
PG : Ada satu ayat dari Mazmur 85:12, "Kesetiaan akan tumbuh dari bumi dan keadilan akan menjenguk dari langit." Bagi para pria paro-baya jangan sampai lupa perlu adanya kesetian, Tuhanlah yang memang memeliharanya, telah bersama dengannya melalui begitu banyak peristiwa jadi dia perlu setia, kesetiaan itu harus dijaganya.
Maka dikatakan di Alkitab kesetiaan tumbuh dari bumi, biarlah kita sebagai manusia yang di bumi ini memperlihatkan kesetiaan kita kepada Tuhan dan dari sorga Tuhanlah yang akan memberkati dengan keadilanNya. Nah adakalanya pria paro-baya dalam kekritisannya dan dalam kebingungannya dan dalam pertanyaan-pertanyaannya, juga meragukan keadilan Tuhan, meragukan kebaikan Tuhan, pemeliharaan Tuhan, kok saya menikah dengan yang ini, kok anak-anak saya jadi begini. Saya sudah bekerja begini keras anak saya tidak menghormati saya dan sebagainya, di mana keadilan Tuhan. Nah biarlah itu yang kita serahkan kepada Tuhan, itu hak Tuhan, Tuhan yang memberikan, tapi dari pihak kita biarlah kita memunculkan kesetiaan terus-menerus.
GS : Saya merasa itu sangat menguatkan, kita yakin itu akan sangat berguna bagi segenap pendengar yang kita kasihi. Dan demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi telah kami persembahkan sebuah perbincangan seputar kehidupan paro-baya khususnya pria, bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Masih ada banyak aspek di dalam kita berbicara tentang kehidupan paro-baya ini, jadi kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Kami mengucapkan terima kasih bagi anda yang sudah mengirim surat kepada kami namun saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.