Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Keunikan Laki-laki". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Memang tiap-tiap orang memiliki keunikannya masing-masing. Jadi ada ciri khasnya. Tapi sebagai kelompok laki-laki apakah ada keunikannya tersendiri ? Karena seringkali kita merasa bahwa kita ini sama saja dengan yang lain. Keunikannya terletak dimana, Pak Paul ?
PG : Memang ada keunikan laki-laki dan ada keunikan perempuan, sebab memang Firman Tuhan pun di Kejadian 1:27 menegaskan, "Laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka." Jadi Firman Tuhan membedakan antara laki-laki dan perempuan, Tuhan tidak menciptakan manusia yang sama jadi ada 2 jenis manusia dan bukan hanya 1 jenis. Karena ada 2 jenis maka kita harus melihat diri kita sebagai seorang pria yang unik yang berbeda dari seorang wanita.
GS : Memang kalau secara fisik perbedaan itu kelihatan jelas baik yang pria maupun yang wanita tetapi apakah perbedaannya hanya itu saja?
PG : Ternyata tidak. Jadi nanti kita akan melihat ada beberapa keunikan pria yang membedakannya dari seorang wanita.
GS : Yang pertama apa, Pak Paul ?
PG : Yang pertama saya kembali lagi kepada Firman Tuhan. Berdasarkan urutan penciptaan laki-laki diciptakan terlebih dahulu. Oleh karena Adam sudah ada sebelum Hawa maka dapat dipastikan bahwa Adam sudah mengenal lingkungan hidupnya terlebih dahulu pula. Kehadiran Adam sebelum kehadiran Hawa, memungkinkan dia untuk mempersiapkan tempat bagi Hawa dan menjadi penunjuk jalan baginya. Saya simpulkan, ini adalah karakteristik laki-laki yaitu laki-laki suka menjadi perintis untuk mempersiapkan tempat bagi orang yang bergantung padanya. Jadi sifat dasar laki-laki atau keunikan laki-laki adalah ia menyenangi tanggung-jawab dan ingin merasa berguna.
GS : Tapi pada waktu Adam diciptakan pertama kali oleh Tuhan Allah sendiri, sebenarnya dia belum tahu kalau nantinya Tuhan akan menciptakan Hawa.
PG : Betul sekali. Memang saya menyorotinya, kenapa dia diciptakan Tuhan terlebih dahulu? Sebab semua ciptaan yang lain diciptakan sepasang tapi hanya manusia yang diciptakan terlebih dahulu. Jadi saya kira pengalaman Adam sudah hidup sendiri mengetahui seluk-beluk kehidupan ini dan bahkan Alkitab mencatat bahwa dia menamakan hewan-hewan yang ada itu. Jadi menunjukkan bahwa dia lebih mengenal lingkungannya dan dapat saya bayangkan bahwa sewaktu Tuhan menciptakan Hawa, maka Adamlah yang menunjukkan kepada Hawa lingkungan itu, binatang ini namanya siapa dan sebagainya. Jadi inilah yang menjadi keunikan laki-laki dan kenyataan dia diciptakan terlebih dahulu, dia mengenal kehidupannya terlebih dahulu sehingga dia bisa bertanggung-jawab kepada Hawa, kepada wanita yang Tuhan hadirkan kepadanya. Maka kodrat laki-laki yang semula yang Tuhan ciptakan seyogianya adalah kodrat yang menyenangi tanggung-jawab dan menyenangi kesempatan untuk merintis dan menyenangi kegunaan dan inilah kondrat asli yang memang Tuhan titipkan kepada seorang laki-laki.
GS : Tetapi dengan kodrat yang seperti itu tentu ada dampak negatifnya, dan dampak negatifnya apa Pak Paul ?
PG : Seringkali karena laki-laki senang memikul tanggung-jawab, senang merasa berguna maka dia juga cepat berubah menjadi otoriter dan kadang terlalu memaksakan kehendaknya. Jadi agar tanggung-jawabnya terlaksana dan dia tetap berguna, laki-laki mudah tergelincir ke dalam lembah penguasaan orang, bukannya menguasai diri tapi malah menguasai orang, mendominasi orang lain. Dan karena dia ingin berguna maka ia mudah tersinggung bila karyanya atau kerjanya diragukan apalagi ditolak, sebab hal itu akan membuatnya merasa tidak berguna.
GS : Tapi fakta yang ada di taman Firdaus, justru yang terjadi adalah sebaliknya yaitu Adam dikuasai oleh Hawa dan dalam hal ini makan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat itu.
PG : Memang sekilas kita bisa menyimpulkan bahwa Adam dikuasai oleh Hawa sehingga dia ikut-ikutan makan buah yang Tuhan larang. Namun kita akan bahas hal ini yaitu menurut saya, bukan karena dia dikuasai oleh Hawa tapi itu adalah keputusannya sendiri. Dia sendiri sebetulnya juga mau makan buah itu, saya yakin Tuhan tahu pasti isi hati manusia. Jadi kalau memang Adam sungguh-sungguh terpaksa dikuasai oleh Hawa maka ceritanya juga pasti berbeda. Namun saya kira jelas kenapa Tuhan menghukum Adam sama beratnya dengan menghukum Hawa, sebab Tuhan tahu bahwa ini adalah kerinduan hati Adam pula. Tapi kenapa Hawa yang dicobai lebih dahulu karena iblis tahu yang lebih mudah dipengaruhi saat itu adalah Hawa. Tapi Adam sendiri juga sudah memunyai kebutuhan yang sama, dan tidak dicatat di Alkitab bahwa Adam menegur Hawa. Sekalipun tidak pernah Adam menegur Hawa, "Jangan makan buah itu!" karena Alkitab mencatat bahwa Adam memang berada di situ. Jadi waktu terjadi percakapan antara ular dan Hawa, Adam berada di situ bersama dengan Hawa, dia bisa mencegah, dia bisa menarik Hawa, dia bisa berkata, "Jangan dengarkan si iblis" tapi dia tidak melakukannya karena dia sendiri juga mau.
GS : Tapi dalam hal tanggung-jawab kalau kita melihat kembali di kisahnya Adam dan hawa, kesalahan itu dilemparkan ke Hawa oleh Adam. Dan ini masih terlihat sampai sekarang, kalau kita sebagai kaum laki-laki disalahkan, biasanya kita juga mencari kambing hitam juga.
PG : Inilah masalah pria. Jadi nanti kita akan bahas di pertemuan berikutnya bahwa karena manusia jatuh ke dalam dosa maka kodrat asli yang Tuhan ciptakan dan dititipkan kepada diri kita, kita selewengkan. Bukannya memikul tanggung-jawab tapi malah melemparkan tanggung-jawab. Bukannya berkata "Memang benar saya salah, tapi malah menyalahkan orang lain." Kira-kira itulah yang menjadi masalah pria, namun sekali lagi kita kembali karena pria itu ingin bertanggung-jawab maka kalau tidak hati-hati pria cenderung memaksakan kehendak, semua harus berjalan sesuai dengan keinginannya supaya tanggung-jawabnya terlaksana dan supaya dia tetap merasa bahwa dirinya berguna maka dia sangat membanggakan pekerjaannya, mengidentikkan dirinya dengan pekerjaannya sehingga kalau ada orang yang mencela pekerjaannya atau karyanya maka dia menjadi tersinggung karena itu berarti menyinggung dirinya pula. Inilah akibat jatuhnya manusia ke dalam dosa. Jadi pada awalnya kodrat yang Tuhan titipkan pada pria yang menjadi keunikannya adalah dia memang menyenangi kesempatan merintis dan dia juga menyenangi tanggung-jawab dan dia ingin merasa dirinya berguna.
GS : Kalau kodrat sebagai penanggung-jawab ini tidak terpenuhi maka dampaknya apa, Pak Paul ?
PG : Kalau dia tidak mendapatkan kesempatan untuk bertanggung-jawab pada orang-orang yang bergantung kepadanya maka dia akan kehilangan dirinya Pak Gunawan. Pada akhirnya dia menjadi seperti uap dan tidak ada lagi dirinya karena tidak ada peran yang dilakoninya dalam hidup ini. Maka kita melihat pria-pria yang merasa tidak memiliki tanggung-jawab lagi kepada orang-orang di sekitarnya cenderung akhirnya bermasalah dan melakukan hal-hal yang salah yang tidak berkenan kepada Tuhan atau justru terpuruk, depresi berat tidak bersemangat lagi dalam hidup.
GS : Selain keunikan pria yang bertanggung-jawab dalam hal ini berinisiatif untuk bertanggung-jawab dan kadang-kadang otoriter, keunikan yang lain apa, Pak Paul ?
PG : Kita lihat juga dari penciptaan. Sebelum Hawa diciptakan, Adam memang sudah hidup sendiri karena memang Adam diciptakan lebih dahulu. Artinya karena dia sudah sendiri dan tidak ada teman, sudah tentu dia harus memikirkan semuanya sendiri dan melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan orang lain, berarti juga tidak bisa bercerita kepada siapa pun. Inilah karakteristik laki-laki yaitu cenderung tertutup atau privat. Pada permukaannya laki-laki itu terlihat terbuka namun begitu menyangkut hal pribadi, laki-laki cenderung tertutup. Karakteristik seperti ini cenderung membuat laki-laki penyendiri dan akhirnya kesepian dan dia tidak mudah mengeluarkan isi hati dan tidak mudah cerita dari hati ke hati dengan orang lain.
GS : Yang menyangkut hal pribadi itu seperti apa, Pak Paul ?
PG : Yang pertama adalah laki-laki susah untuk cerita mengenai kegagalannya, hal yang terjadi dengan dirinya, yang tidak dapat diakuinya, tidak dapat dibanggakannya, bagi dia hal yang memalukan, hal-hal itulah yang dia akan simpan. Dan dia susah untuk percaya kepada orang, bahkan cerita kepada sesama laki-laki pun juga susah karena laki-laki pada umumnya tidak biasa untuk membuka hatinya, apalagi membukakan hal-hal yang merupakan kegagalannya.
GS : Tapi hal itu juga terkait dengan karakteristik yang pertama yang Pak Paul katakan bahwa dia yang harus berinisiatif, dia yang harus berotoriter. Kalau dia terbuka kepada orang lain dan menunjukkan kelemahannya maka akan bertentangan dengan karakternya yang pertama, Pak Paul ?
PG : Betul sekali. Jadi semua ini seperti sebuah paket besar karena dia ingin bertanggung-jawab dan ingin tetap berguna maka tidak dapat menoleransi kegagalan. Maka kalau ada kegagalan, hal itu akan disimpannya dan mungkin juga dipikirkan sendiri tentang bagaimana menyelesaikannya. Jadi tidak mau dan tidak bisa membagikan hidupnya itu dengan orang lain.
GS : Di dalam kesendirian itu kita sebagai laki-laki, kita bisa menikmati kesendirian itu tanpa harus diintervensi oleh orang-orang lain.
PG : Betul. Jadi kalau kita bisa memikirkannya sendiri, seringkali kita tidak menyambut uluran tangan orang lain, kalau ditanya, "Ada apa?" jawaban kita "Tidak apa-apa." Sebab kita susah terbuka dan ini adalah bagian yang sulit diterima oleh istri-istri kita sebab bagi seorang wanita yang terpenting adanya keterbukaan dan keterbukaan itu menimbulkan sebuah koneksi, kebersamaan, penyatuan dan itulah yang menjadi kebutuhan wanita. Tapi laki-laki itu berada di seberang sana dalam hal ini, dan mereka susah sekali. Meskipun dia tahu, kalau dia bercerita akan ada jalan keluar, tapi bagi dia mengeluarkan pikiran itu sendiri itu adalah hal yang sulit. Jadi kadang-kadang kita sebagai pria disalah mengerti dan seolah-olah tidak menghargai pasangan kita karena tidak mau melibatkan mereka dalam hidup kita, tapi pada kenyataannya memang sulit untuk mengeluarkan pikiran, membeberkannya apalagi mengeluarkan perasaan, itu lebih sulit lagi. Bukannya tidak mau tapi seringkali karena tidak bisa. Jadi saya kira ini adalah natur dan titipan Tuhan. Dengan diciptakannya Adam terlebih dahulu itu menyebabkan semua hal harus dipikirkannya, tidak ada teman berbagi dan semua harus dilakukannya sendiri. Jadi terpaksa laki-laki menjadi figur yang tertutup dan privat. Maka kalau laki-laki keluar dengan laki-laki lain, mereka bisa berbincang-bincang dan bergurau sampai berjam-jam, tapi kalau kita perhatikan mereka tidak membicarakan hal-hal yang sangat pribadi atau hal-hal yang menjadi kegagalan mereka atau membuat mereka malu, tapi mereka akan membicarakan seribu satu hal di luar diri mereka seperti komentar-komentar, pengamatan-pengamatan mereka, itu yang akan menjadi bahan pembicaraan tapi bukan membicarakan tentang diri apalagi hal-hal yang memalukan tentang diri mereka.
GS : Karakteristik seseorang itu juga terbentuk saat mereka masih kecil jadi dari pola asuh orang tuanya dan sebagainya ?
PG : Karena laki-laki itu cenderung dituntut untuk jangan menangis, jangan cengeng dan sebagainya akhirnya laki-laki dikondisikan untuk menyelesaikan dan melakukan semua sendiri, jangan kamu terlalu mengumbar dirimu. Itu sebabnya laki-laki hanya mahir dalam satu wilayah perasaan yakni kemarahan. Dan dalam wilayah yang lainnya mereka merasa susah, misalnya kesedihan. Laki-laki akan mengalami kesukaran untuk membagikan kesedihan itu dengan mengeluarkan air matanya. Kadang orang salah mengerti dan berkata, "Kenapa kamu menyimpan-nyimpan kesedihanmu," itu bukan karena menyimpan-nyimpan, tapi memang susah untuk mengeluarkan. Saya sendiri mengakui bahwa ada waktu-waktu di kala saya sedih, inginnya menangis dan mengeluarkan air mata sebab saya tahu dengan saya mengeluarkan air mata dan menangis maka saya akan merasa lebih lega tapi saya tidak bisa melakukannya, bukan disengaja mau menyimpan air mata, memang tidak bisa keluar dengan begitu mudah. Jadi perlu situasi tertentu yang benar-benar membuat kita sedih dan barulah dengan mudah kita bisa mengeluarkan air mata kita.
GS : Jadi kalau pada suatu batas tertentu dimana seorang pria itu tidak lagi mampu untuk memendam perasaannya dan dia membutuhkan orang untuk diajak bicara dan sebagainya. Maka siapa orang pertama yang biasanya dia datangi ?
PG : Kalau hubungan dengan istrinya baik dan dia tahu kalau istrinya itu bisa mengerti dan menerima keluhannya maka dia akan bicara dengan istrinya. Pilihan kedua kalau tidak bisa berbagi dengan istrinya sudah tentu dia akan berbagi dengan saudaranya, itulah orang yang akan diajaknya berbicara. Yang ketiga sudah tentu adalah temannya atau sahabatnya. Dalam hal sahabat pun saya harus katakan ini bukan hal yang mudah. Banyak laki-laki bisa bercerita tentang problem yang dihadapinya baik itu problem pekerjaan, kehidupan atau problem rumah tangganya, mereka bisa berbicara tentang problem dan bagaimana memecahkannya. Tapi sekali lagi kalau menyangkut perasaannya tentang problem itu, hal itu adalah sesuatu yang sangat sukar untuk dicetuskan bahkan terhadap sahabatnya sekali pun.
GS : Tapi yang pasti tidak kepada yang berada di bawah otoritasnya. Jadi misalnya kepada anak atau kepada bawahan, maka itu akan sangat sulit sekali Pak Paul ?
PG : Betul sekali. Meskipun dia ingin bercerita kepada anaknya tapi hal itu menjadi kendala dan dia merasa bahwa ini bukan pada tempatnya kalau saya bercerita berada di bawah otoritas saya ?
GS : Karakteristik yang lain apa, Pak Paul ?
PG : Saya kutip dari Kejadian 2:24 bahwa Firman Tuhan mengatakan "laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya." Dengan kata lain pernikahan mengakibatkan laki-laki meninggalkan orang tuanya. Mohon diperhatikan bahwa Firman Tuhan tidak berkata bahwa laki-laki "diperintahkan" untuk meninggalkan orang tuanya. Tidak seperti itu! Dan Alkitab sama sekali tidak mengatakan kalau Tuhan memerintahkan anak laki-laki meninggalkan ayahnya dan ibunya. Firman Tuhan sekadar menyatakan fakta yakni, "Laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya" hanya itu saja. Dan satu pengamatan lain yang menarik adalah Firman Tuhan tidak mengatakan bahwa perempuan akan meninggalkan ayahnya dan ibunya, ayat itu tidak menyinggung-nyinggung tentang perempuan namun hanya laki-laki. Pada kenyataannya memang itulah yang terjadi secara emosional, perempuan memang akan terus terlibat dan menjadi bagian dari keluarga asalnya. Sedangkan laki-laki akan terlepas dari keluarga asalnya. Jadi inilah karakteristik atau keunikan pria, Pak Gunawan, yakni mandiri. Sedapatnya laki-laki tidak mau bergantung kepada orang lain bahkan pada orang tuanya sendiri. Memang dari satu pihak kita dapat mengatakan bahwa "Laki-laki pasti angkuh makanya tidak mau bergantung bahkan pada keluarganya sendiri." Pada faktanya seringkali bukanlah keangkuhan tapi itu adalah kodrat kita sebagai pria dan tidak suka bergantung pada orang bahkan pada orang tua kita sendiri.
GS : Hal ini semacam konsekuensi logis bahwa dia mau menyatakan dirinya sebagai seorang pemimpin dan sebagai seorang kepala keluarga sehingga mau atau tidak mau dia harus meninggalkan orang tuanya, Pak Paul ? Karena kalau tidak maka nanti akan terjadi dualisme di dalam rumah itu ?
PG : Betul sekali. Jadi memang karena natur atau kodrat pria yang ingin bertanggung-jawab, ingin mengatur, ingin menyediakan, memelihara bagi orang-orang yang memang menjadi tanggungannya, sudah tentu kalau harus berbagi di bawah atap orang tuanya maka hal ini akan menjadi kendala dan sangat membatasinya. Itu sebabnya dia perlu keluar. Tapi hal kedua juga adalah yang ingin saya tekankan di sini, memang inilah kodratnya, dia tidak suka bergantung, bukan berarti dia sombong. Misalkan perbedaan saya dengan istri saya, misalkan kami akan pergi ke suatu tempat, kira-kira saya sudah tahu dan mendekati tempat itu kemudian saya sedikit bingung dan berkata, "Apa ini tempatnya ya ?" Setelah saya sedikit bingung maka istri saya langsung mengambil HP dan berkata, "Coba saya menelepon si ini dan bertanya." Saya menjawab, "Jangan, kira-kira saya tahu tempatnya dan pasti saya temukan," namun kadang-kadang saya mendiamkan tindakan istri saya dan dia langsung menelepon teman yang sama perempuannya dan saya bingung bahwa mereka sangat senang bicara tentang rute perjalanannya, yang bagi saya itu adalah sesuatu yang asing dan aneh. Tapi itu adalah kodrat perempuan, mereka senang untuk dapat bertanya yang bagi saya bertanya untuk hal seperti ini tidak perlu, kenapa harus bergantung kepada orang untuk soal sesederhana ini, tapi bagi istri saya saat itu bertanya seperti itu tidak apa-apa, dan tidak ada orang yang berkeberatan. Di sini saya melihat perbedaan besar antara pria dan wanita. Laki-laki kalau menerima pertanyaan yang sepele seringkali juga terganggu, sebab laki-laki akan bertanya, "Kenapa untuk hal seperti ini saja harus bertanya kepada orang, harus bergantung kepada orang." Jadi saya melihat, laki-laki cenderung menerapkan hal seperti ini pada dirinya dan seolah-olah memaksa agar orang menerapkan hal yang sama kepada orang lain pula, seolah-olah kita mau mengajar semua orang untuk mandiri.
Gs : Tapi kemandirian ini juga tidak sepenuhnya, dan secara emosional seseorang belajar untuk mandiri tapi secara finansial tidak mandiri. Lalu mau tidak mau dia harus tunduk kepada orang tuanya atau bergantung kepada orang tuanya.
PG : Itu sebabnya dapat disimpulkan, laki-laki yang sehat sebetulnya tidak akan senang bergantung pada orang tuanya. Kalau pun bergantung, itu pun dengan terpaksa, dari pada anak istrinya susah karena tidak ada makanan dan tempat tinggal maka mau tidak mau dia harus bergantung pada dukungan orang tuanya, tapi itu semua merupakan keterpaksaan. Dengan kata lain, kalau ada laki-laki yang berlaku biasa-biasa saja saat bergantung pada orang tuanya, minta kebutuhannya dan dipenuhi, ini menunjukkan ada yang tidak beres dengan pria ini sebab ini melawan kodrat pria. Pria itu diciptakan dengan kerinduan atau kodrat untuk mandiri, jadi kalau mereka begitu mudah dan menikmati bergantung pada orang lain, berarti ada sesuatu yang tidak beres pada dirinya.
GS : Tapi Tuhan sudah mengatakan pada Adam bahwa tidak baik kalau manusia itu seorang diri, berarti Adam membutuhkan seseorang, itu berarti dia tergantung kepada seseorang juga, Pak Paul ?
PG : Betul. Jadi dalam hal ini meskipun ini adalah keunikan laki-laki tapi keunikan ini harus diimbangi, tidak bisa berdiri sendirian. Laki-laki sekuat apa pun, mereka juga manusia yang terbatas. Jadi ada waktu-waktu dia lemah dan di saat itulah dia membutuhkan bantuan. Jadi sebetulnya tidak ada yang bertentangan di sini, sebab Tuhan menginginkan agar laki-laki cenderung untuk lebih mandiri dan tidak mudah bergantung pada yang lain, namun jangan sampai nanti pada akhirnya laki-laki itu sama sekali tidak bisa memohon bantuan, karena laki-laki terbatas kadang ada waktu-waktu yang susah dimana dia harus meminta bantuan orang lain pula.
GS : Terutama bagi kami kaum laki-laki, meminta bantuan untuk hal-hal yang kecil. Misalkan kalau kita bepergian, kita akan melihat sesuatu yang sifatnya besar yang global seperti tiket dan sebagainya, tapi untuk yang kecil-kecil yang justru penting, pihak wanita yang lebih teliti Pak Paul dan sebenarnya kita memang membutuhkannya.
PG : Betul. Jadi laki-laki yang seimbang, yang sehat pada akhirnya tetap secara umum mencoba untuk mandiri tapi juga menyambut bantuan dari orang lain terutama pasangannya.
GS : Pak Paul, kesimpulan dari perbincangan ini apa ?
PG : Kesimpulannya laki-laki itu bertanggung-jawab, berguna, tertutup dan mandiri namun berpotensi menciptakan keangkuhan. Tadi saya katakan tidak selalu karena keangkuhan tapi sifat-sifat ini yaitu mau bertanggung-jawab dan berguna, cenderung tertutup tapi juga mandiri, ini adalah sifat-sifat yang mudah sekali menyeberang ke wilayah keangkuhan dan kita tahu wilayah keangkuhan adalah wilayah dosa. Kita harus mengingat Firman Tuhan yang berkata di Amsal 11:2, "Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati." Sebetulnya kata cemooh berarti suatu kata yang memalukan atau kejatuhan, dapat juga diterjemahkan kalau keangkuhan tiba, tiba juga kejatuhan. Jadi kalau ini adalah masalah kita sebagai pria, kita akhirnya menyeberang ke wilayah dosa keangkuhan di hati, Tuhan sudah ingatkan tinggal tunggu waktu maka kita juga akan mengalami kejatuhan, Tuhan tidak senang dengan keangkuhan. Namun hikmat ada pada orang yang rendah hati, pria yang merendah justru akan menjadi pria yang berhikmat.
GS : Jadi menjadi tanggung-jawab kita untuk tetap mempertahankan keunikan laki-laki, mengekspresikannya tapi juga berhati-hati untuk tidak menjadi angkuh, Pak Paul.
PG : Betul sekali. Jangan sampai ego kita itu membengkak, tapi memang sudah saya tunjukkan, mudah sekali laki-laki itu masuk ke wilayah ego yang besar yaitu keangkuhan karena memang unsur-unsur ingin bertanggung-jawab, mandiri, ingin berguna dan tertutup, itu lebih mencenderungkan pria untuk mudah tergelincir ke dalam dosa keangkuhan.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan kali ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Keunikan Laki-Laki". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.