Hikmah Kesulitan Ekonomi

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T413B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Masa-masa sulit bisa menimpa siapa saja dan hal itu tidak bisa dihindari atau diluar dari kendali kita manusia. Untuk itu patut kita memandang masa sulit dengan lebih positif, karena Tuhan selalu punya maksud dibalik penderitaan yang dialami, apa saja manfaat itu? Akan diulas secara jelas disini.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
Ada orang yang melewati hidup tanpa pernah mengalami kesulitan ekonomi sekali pun. Namun pada umumnya kebanyakan kita pernah mengalami masa kekurangan. Berikut akan diberikan beberapa masukan untuk memandang masa kesukaran ekonomi dari kacamata yang lebih mulia--kacamata Tuhan.

Hal pertama yang kita perlu pahami adalah bahwa kesulitan ekonomi bukanlah pertanda bahwa kita berada DI LUAR kehendak Tuhan. Di Alkitab dicatat beberapa orang yang hidup dalam kesulitan ekonomi, salah satunya adalah Naomi dan menantunya, Rut. Kita tahu bahwa Rut harus memunguti gandum yang tercecer di jalan oleh karena ia tidak memunyai penghasilan apa pun. Kita pun ingat kisah janda di Sarfat yang juga hidup bukan saja secara minim, tetapi juga kehabisan segalanya. Kesulitan ekonomi bukan pertanda bahwa Tuhan menghukum atau meninggalkan kita. Naomi, Rut, janda di Sarfat--semua adalah anak Tuhan yang dikasihi-Nya namun pada suatu masa di dalam kehidupan mereka, Tuhan menempatkan mereka di dalam kondisi kesulitan ekonomi.

Hal kedua yang dapat kita pegang adalah bahwa Tuhan itu SETIA. Begitu setia-Nya Tuhan sehingga Ia tidak meninggalkan anak-anak-Nya. Sebagaimana dapat kita lihat di dalam kehidupan para anak Tuhan di Alkitab, Tuhan tidak tinggal diam. Ia mengirim Boaz untuk menolong Naomi dan Rut. Kepada janda di Sarfat, Tuhan mengutus nabi Elia untuk memelihara kehidupannya. Namun satu hal yang mesti kita sadari adalah bahwa Tuhan tidak membuat mereka mendadak kaya raya. Pada akhirnya Rut menikah dengan Boaz dan tentulah kehidupannya membaik namun dalam suatu kurun sebelum pernikahannya, Rut dan Naomi harus tetap hidup dalam kondisi yang sama. Tuhan mencukupi kebutuhan janda di Sarfat tetapi Ia tidak membuat janda itu kaya raya. Dari sini kita bisa menarik satu pelajaran: Tuhan mencukupi kebutuhan kita. Ia tidak menjanjikan kita kekayaan; Ia menjanjikan kita kecukupan. Firman Tuhan di 1

Timotius 6:8 mengingatkan, Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Itulah definisi Tuhan akan kecukupan dan itulah janji Tuhan kepada kita--Ia akan mencukupkan kebutuhan pokok kita.

Hal berikut yang perlu kita ketahui adalah adakalanya Tuhan menempatkan kita di dalam kondisi kurang agar kita belajar BERGANTUNG kepada-Nya. Sejak dari titik Ia menyelamatkan kita dari hukuman dosa, Tuhan telah memulai pekerjaan-Nya di dalam diri kita yaitu membangun sebuah pribadi yang beriman. Singkat kata perjalanan hidup setelah perkenalan kita dengan Kristus adalah sebuah perjalanan pertumbuhan iman. Tuhan ingin agar kepercayaan kita kepada-Nya bertumbuh--tidak tinggal diam di titik yang sama. Kesulitan ekonomi adalah salah satu cara Tuhan mendorong kita untuk lebih beriman kepada- Nya. Mungkin di masa lalu kita berhasil memercayai Tuhan dalam hal lain, seperti sekolah dan memilih pasangan hidup. Nah, sekarang Ia mengajak kita naik setahap dan memercayai-Nya dalam hal ekonomi. Sewaktu kita berhasil memercayai-Nya, maka iman kita bertumbuh. Mungkin kita bertanya-tanya, mengapakah Tuhan menginginkan agar iman kita bertumbuh ? Jawabannya adalah karena Tuhan ingin agar kita mengenal-Nya secara lebih mendalam.

Terakhir lewat kesulitan ekonomi yang kita hadapi kita akan dapat MENGERTI penderitaan orang dengan lebih baik lagi. Tidak ada yang dapat membuat kita lebih memahami penderitaan selain penderitaan itu sendiri! Kesulitan ekonomi membuat kita mengerti apa artinya, menginginkan sesuatu namun tidak dapat memperolehnya. Pada akhirnya kesulitan ekonomi membuat kita lebih berbelas kasihan kepada orang yang berada di dalam kondisi yang serupa. Adakalanya Tuhan menempatkan kita di dalam kondisi kesulitan ekonomi supaya Tuhan dapat memakai kita menjadi penolong bagi orang yang dalam kesusahan. Karena

terlibat skandal Watergate, Charles Colson dijebloskan ke dalam penjara. Namun itulah tempat yang

membuatnya terpanggil melayani para narapidana. Setelah keluar dari penjara, ia pun memulai Prison

Fellowship.

Ibrani 5:15 berkata, Sebab Imam Besar yang kita punya bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Allah turun ke dunia menjadi manusia supaya Ia dapat berbagian dalam kehidupan manusia yang seutuhnya. Ia mengerti penderitaan kita karena Ia pun pernah menderita. Inilah prinsip yang kita kenal di dalam Alkitab: Turut menderita supaya dapat mengerti penderitaan sesama.