Gangguan Skizofrenia

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T248A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Salah satu gangguan jiwa yang kerap membingungkan karena kemiripannya dengan kerasukan setan adalah gangguan skizofrenia. Akibat kemiripan ini sering kali penanganan yang diberikan lebih bersifat rohani, daripada psikologis. Di sini akan dipaparkan asal muasalnya, kemudian gejala penampakannya dan terakhir penanganannya.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Salah satu gangguan jiwa yang kerap membingungkan karena kemiripannya dengan kerasukan setan adalah gangguan skizofrenia. Akibat kemiripan ini sering kali penanganan yang diberikan lebih bersifat rohani, daripada psikologis. Berikut ini akan dipaparkan asal muasalnya, kemudian gejala penampakannya, dan terakhir penanganannya.

Gejala Penampakan
Ada dua gejala yang menjadi ciri khas gangguan skizofrenia yaitu delusi-mengembangkan pemikiran atau ide yang tidak rasional-dan halusinasi-mengalami fenomena seperti melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada dalam alam riil. Jadi, ia bisa beranggapan bahwa ia adalah sosok yang berbeda dari dirinya, seperti anak raja, atau juruselamat. Inilah bagian dari delusi.

Ia pun mengalami halusinasi baik secara penglihatan atau pendengaran. Halusinasi penglihatan membuatnya melihat sesuatu atau sosok yang sebenarnya tidak ada namun baginya, sosok atau sesuatu itu sangatlah riil. Halusinasi pendengaran membuatnya mendengar suara yang bercakap-cakap dengannya atau tentang dirinya.

Baik delusi ataupun halusinasi membuatnya kerap berbicara dengan sosok yang imajiner. Akibat delusi dan halusinasi ini penderita skizofrenia menjadi labil dan sukar diprediksi. Bisa saja ia tertawa-tawa 5 menit yang lalu namun tiba-tiba menangis meraung-raung. Atau, ini yang berbahaya: bila ia meyakini bahwa ia dalam keadaan terancam, ia dapat bertindak kasar dan balas membahayakan keselamatan orang lain.

Asal-Muasal
Istilah skizofrenia berasal dari kata skisme yang berarti perpecahan-sesuatu yang tadinya satu sekarang menjadi dua. Jadi, skizofrenia mengacu kepada perpecahan ego-aspek rasional dalam jiwa-sehingga penderitanya tidak lagi dapat membedakan antara alam khayali dan alam riil. Gangguan skizofrenia dapat disebabkan oleh depresi berat yang berkepanjangan. Pada umumnya penderita depresi berat juga mengalami delusi-mengembangkan pemikiran atau ide yang tidak rasional-dan halusinasi-mengalami fenomena seperti melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada dalam alam riil. Itu sebabnya jika seseorang mengalami depresi berat berkepanjangan tanpa pengobatan, besar kemungkinan pada akhirnya ia akan masuk ke tahap berikutnya yakni gangguan skizofrenia.

Selain dari depresi berat yang berkepanjangan, skizofrenia dapat diwariskan dari pihak orangtua. Dengan kata lain, sejak lahir sesungguhnya ia telah membawa faktor kecenderungan ini namun gejalanya baru tampak setelah ia besar. Kendati gejalanya baru tampak kemudian, sebenarnya gejala awalnya telah dapat dideteksi pada masa ia kecil. Anak yang membawa kecenderungan ini pada umumnya tidak suka bermain dengan anak lain, bahkan tidak suka bermain atau bercakap-cakap dengan siapa pun termasuk orangtua dan adik kakaknya. Ia sering menyendiri dan bermain sendiri; penampakan wajahnya pun biasanya datar tanpa raut emosi sama sekali.

Penanganan
Gangguan skizofrenia masuk dalam kategori treatable-dapat diobati-namun tidak curable-dapat disembuhkan. Selama si penderita makan obat yang diberikan psikiater, kondisinya cenderung stabil. Delusi dan halusinasi dapat ditekan sehingga ia tidak keluar dari alam rasional. Masalahnya adalah, penderita skizofrenia (apalagi yang masuk dalam kategori paranoia) tidak terlalu bersedia makan obat karena menganggap tidak perlu atau berkeyakinan bahwa obat ini sesungguhnya adalah racun untuk membunuhnya. Itu sebabnya kebanyakan penderita skizofrenia sering kambuh dan ambruk kembali ke alam irasional dan delusional.

Penderita skizofrenia tidak memiliki ketahanan yang kuat terhadap stres, jadi, sedikit stres cenderung memicu reaksi irasionalnya. Itu sebabnya penderita skizofrenia mesti hidup dalam bimbingan atau pengawasan orang yang dapat dengan segera menolongnya sewaktu ia membutuhkan pertolongan.

Firman Tuhan:
"Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku . . . . mata-Mu melihat selagi aku bakal anak dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk sebelum ada satu pun dari padanya." (Mazmur 139:13, 16). Apa pun kondisi yang kita bawa ke dalam dunia ini, Tuhanlah yang menciptakan kita. Tuhan tidak melakukan kesalahan-dalam pengertian bukannya Ia menciptakan kita dalam kesempurnaan melainkan apa pun kondisi yang Ia tetapkan, pastilah ada tujuan-Nya di dalam ketidaksempurnaan itu.