Dampak Kebutuhan Khusus Pada Anak

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T431B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kelahiran seorang anak merupakan misteri dari Tuhan, ada anak yang lahir dengan sempurna baik secara fisik maupun mental namun adapula anak yang lahir dengan berbagai macam kekurangan. Disini akan dipaparkan mengenai anak yang lahir dengan berbagai kekurangan entah itu kekurangan secara fisik ataupun mental, dan juga sikap yang seperti apa yang harus dilakukan oleh orang tua ketika mendapat anak yang memiliki berbagai kekurangan ini.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
Salah satu misteri dalam kehidupan adalah misteri kelahiran anak. Di dalam misteri rencana Allah yang tidak dapat selalu kita pahami, adakalanya Ia memercayakan kepada kita, anak dengan kebutuhan khusus. Sudah tentu makin khusus kebutuhan anak, akan makin besar perhatian yang harus diberikan untuknya. Tidak bisa tidak, anak dengan kebutuhan khusus akan memengaruhi relasi pernikahan. Berikut akan dipaparkan beberapa masukan untuk menolong kita menjaga relasi pernikahan di tengah besarnya tuntutan untuk merawat anak dengan kebutuhan khusus.



Sebagai langkah awal, saya akan menjelaskan dampak kebutuhan khusus anak pada pernikahan.



Kekecewaan



Dampak pertama biasanya timbul dari KEKECEWAAN. Sudah tentu makin besar kekecewaan yang dirasakan, makin besar dampak yang ditimbulkannya pada relasi pernikahan. Pada umumnya ada dua sasaran obyek kekecewaan: Tuhan dan pasangan. Di dalam kekecewaan, kita rentan untuk marah kepada Tuhan--yang kita yakini sebagai Pemberi Anak--dan menyalahkan-Nya atau menuduh-Nya tidak adil. Penting bagi kita untuk dapat memandang anak dengan kebutuhan khusus dari lensa rohaniah yang tepat, setidaknya ada 3 hal yaitu :



(1) Tuhan tidak pernah menjanjikan kesempurnaan hidup di dunia ini. (2) Dalam hidup yang tidak sempurna ini, rencana-Nya sempurna.



(3) Dalam keterbatasan kita sebagai manusia, kita tidak dapat mengerti rencana Tuhan sepenuhnya dan kita pun tidak dapat mengerti cara kerja Tuhan. Namun satu hal yang pasti, niat Tuhan selalu baik. Selain menyalahkan Tuhan, kita pun dapat terjebak ke dalam siklus saling menyalahkan. Kita beranggapan bahwa kalau saja pasangan



TIDAK melakukan ini dan itu, besar kemungkinan anak akan lahir tanpa kebutuhan khusus. Pada kenyataannya, para ahli hanya dapat menjelaskan PROSES terjadinya kebutuhan khusus itu, bukan PENYEBAB mengapa timbul



kebutuhan khusus itu.



Keletihan



Selain kekecewaan yang dapat membuahkan reaksi marah dan menyalahkan, baik terhadap Tuhan maupun pasangan, kita pun rentan terhadap KELETIHAN. Makin khusus kebutuhan anak, makin terkuras energi untuk memerhatikannya. Di dalam keletihan kita cepat bereaksi secara emosional dan menjadi tidak sabar. Dan, sewaktu pasangan tidak mencurahkan waktu dan perhatian sebagaimana kita harapkan, kita pun cepat berkesimpulan bahwa pasangan tidak mengasihi anak. Mungkin kita menuduh bahwa pasangan telah menolak anak karena malu.



Rasa Malu



Pada kenyataannya mungkin saja pasangan merasa malu dan anak kita yang lain pun mungkin saja merasa malu. Makin sering kita memarahi mereka, makin mereka menjauh bukan saja dari anak ini, tetapi juga dari kita. Pada akhirnya kita merasa bukan saja letih, tetapi sendirian dan terisolasi.



Kesepian



Mungkin di antara segala dampak, inilah dampak yang paling sering dirasakan. Kita merasa sendirian--berjuang sendiri, bersedih sendiri--tidak ada seorang pun yang mengerti. Penting bagi kita untuk mencari dan membentuk kelompok pendukung orang tua anak dengan kebutuhan khusus. Berbagilah dan terimalah uluran tangan dari sesama kita. Kendati tidak adil, tetap pikullah beban dan bagikanlah dengan sesama di dalam kelompok pendukung. Sewaktu pasangan dan anak yang lain melihat bahwa kita tidak lagi menuntut atau marah-marah, mereka pun akan lebih berani untuk dekat dengan kita. Singkat kata, kita mesti membangun sebanyak mungkin jembatan antara kita dan pasangan dan juga anak. Terpenting jembatan yang telah ada peliharalah dan jembatan yang dapat dibangun.



Firman Tuhan mengingatkan, Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna. (2 Korintus 12:9) Mengasuh anak dengan kebutuhan khusus membuat kita letih dan lemah sekaligus menunjukkan betapa lemahnya kita. Itu sebab kita perlu datang kepada Tuhan yang sanggup memberi kita kekuatan.