Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang bagaimana "Menghadapi Malapetaka". Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Paul, sesuai dengan apa yang akan kita bicarakan dalam kesempatan ini yang namanya malapetaka atau musibah atau kecelakaan dan sebagainya itu bisa menimpa semua orang termasuk orang Kristen juga, Pak Paul. Nah ada beberapa pandangan tentunya yang masing-masing orang mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang malapetaka ini, tapi secara umum bagaimana Pak Paul pandangan kita ini sebagai orang Kristen menghadapi malapetaka yang selalu siap menimpa kita?
PG : Pak Gunawan, memang malapetaka itu sesuatu yang bisa menimpa siapa saja seperti yang tadi Pak Gunawan katakan, termasuk orang Kristen. Nah saya mengamati sebetulnya kira-kira ada 3 pandngan tentang bagaimana menghadapi malapetaka ini.
Dan 3 pandangan yang akan saya tuturkan ini belum tentu merupakan suatu pandangan yang tepat, justru adakalanya menurut saya pandangan-pandangan ini keliru. Yang pertama adalah orang beranggapan bahwa malapetaka merupakan suatu kebetulan, maksud saya kebetulan adalah seolah-olah malapetaka ialah sesuatu yang terjadi karena melesetnya rencana atau kendali Tuhan dalam hidup kita. Jadi sewaktu misalkan kita mengalami kecelakaan di perjalanan, kita mencoba merasionalisasinya dengan berkata bahwa ah....saya kecelakaan oleh karena kebetulan memang harus terjadi. Dan kita tidak langsung mengaitkan hal itu dengan Tuhan, nah waktu kita berkata ini adalah suatu kebetulan seolah-olah sesuatu telah meleset dari rencana Tuhan. Sesungguhnya kita telah mengurangi peranan Tuhan atau kekuasaan Tuhan dalam kehidupan kita, jadi pandangan ini menurut saya tidak tepat. Yang berikutnya adakalanya kita berkata bahwa malapetaka itu merupakan suatu kemalangan artinya ialah melapetaka merupakan bagian dari hukum Allah bagian dari kehidupan manusia. Jadi kemalangan sesuatu yang harus terjadi pula dalam hidup kita, nah penjelasan ini seolah-olah benar namun saya takut di belakang penjelasan ini sebetulnya tersirat suatu anggapan bahwa Tuhan itu berada di luar hukum alam. Jadi semua orang bisa mengalami malapetaka dan kalau mengalaminya itu adalah bagian dari kehidupan manusia yang alamiah. Nah sekali lagi penjelasan ini tampaknya benar tapi saya takut di balik penjelasan ini kita telah mengeluarkan campur tangan Tuhan sehingga seolah-olah Tuhan tidak terlibat di dalam hukum alam, di dalam kehidupan yang kita lalui hari lepas hari. Pandangan yang ketiga yang saya kira ini cukup populer di kalangan orang Kristen yakni adanya anggapan bahwa malapetaka merupakan hukuman Allah atas dosa kita. Nah penjelasan ini memang memudahkan kita untuk memahami malapetaka dalam kaitannya dengan Tuhan, waktu kita berkata malapetaka menimpa kita karena dosa yang kita perbuat, jelaslah sudah mampulah kita menjelaskan malapetaka yang menimpa kita itu. Tapi saya takut kita telah menggampangkan masalah sebab sesungguhnya belum tentu malapetaka itu merupakan hukuman Tuhan atas dosa kita. Jadi ketiga penjelasan yang telah saya paparkan itu mempunyai suatu kelemahan, yakni kita ini mengeluarkan Tuhan dari permasalahan kita. Tujuannya saya kira adalah kita ingin melindungi konsep kita tentang Tuhan, nah daripada kita harus bergumul dengan kenyataan-kenyataan ini kita seolah-olah membungkusnya dengan bungkusan-bungkusan sebagaimana yang telah saya paparkan tadi.
GS : Ada yang menganggap yang sudah terjadi terjadilah Pak Paul, jadi tidak dikaitkan dengan kebetulan, tidak dikaitkan dengan hukuman, tapi dia katakan ya memang saya harus mengalami ini sekarang.
PG : Nah waktu kita berkata, ya memang saya harus mengalaminya, sebetulnya kita itu menggunakan penjelasan yang kedua yaitu kemalangan merupakan bagian dari kehidupan, memang betul kemalanga adalah bagian dari kehidupan manusia.
Namun kita telah gagal mengaitkannya itu dengan Tuhan, sebetulnya apa peranan Tuhan dalam malapetaka itu, nah yang saya ingin munculkan di sini adalah kita sesungguhnya enggan melibatkan Tuhan dalam persoalan malapetaka ini. Atau kita melakukan yang ekstrim kebalikannya menyalahkan Tuhan sepenuhnya atas malapetaka yang menimpa kita. Nah kita kadang kala sebagai orang Kristen karena tidak mau menyalahkan Tuhan, kita mengeluarkan Tuhan dari permasalahan kita, seolah-olah Tuhan tidak terlibat. Jadi dengan kata lain, kita tidak menyalahkan Tuhan.
(2) GS : Nah kalau begitu apa pandangan kita sebagai orang Kristen atau pandangan menurut Alkitab, kemalangan itu harus ditanggapi sebagai apa?
PG : Saya kira yang pertama adalah kita mesti siap untuk menggabungkan 2 atribut sifat Tuhan yang dalam hal malapetaka ini tampaknya berseberangan atau tampaknya justru berkonflik. Yang pertma adalah sifat Tuhan yang kita sebut Maha Kuasa dan yang kedua Maha Pengasih.
Tuhan adalah Maha Kuasa itu berarti tidak ada 1 hal pun yang terjadi di luar kendali Tuhan, di dalam kuasa Tuhanlah semua itu terjadi. Jadi hujan turun itu dalam kuasa Tuhan dan dalam kehendak Tuhan, nah misalkan yang lebih ekstrim lagi kematian seseorang yang kita kasihi secara mendadak itu pun dalam kuasa dan kehendak Tuhan karena Tuhan Maha Kuasa. Jadi kalau kita berkata kekuasaan Tuhan tak terbatas dan Tuhan berdaulat penuh, semua yang terjadi harus kita akui berada dalam kuasa dan kehendak Tuhan. Atribut yang kedua atau sifat yang kedua dari Tuhan yang kita kenal adalah Ia Tuhan yang Maha Pengasih, nah sebagai Tuhan yang Maha Pengasih Dia mencintai kita dengan sangat-sangat besar. Nah kita sudah terlanjur mengaitkan dan memang tidak salah mengaitkan kasih dengan kebaikan, tanda kasih ialah kebaikan atau perbuatan baik. Tuhan mengasihi kita itu menandakan Tuhan melakukan hal yang baik untuk kita, nah jadi bagaimana kita menggabungkan kedua konsep tentang Tuhan ini dalam konteks malapetaka. Masalah muncul seperti ini jadinya Pak Gunawan dan Ibu Ida, kalau kita berkata Tuhan Maha Kuasa dan mampu mencegah terjadinya malapetaka dalam hidup kita, mengapa Ia tidak mencegahnya, nah itu pertanyaannya. Kalau kita berkata Tuhan tidak mampu mencegahnya maka dia membiarkan malapetaka itu jatuh pada kita, kita mengurangi bobot kuasa Tuhan. Nah adakalanya kesulitan muncul karena kita berkata Tuhan berkuasa penuh dan Tuhan mengasihi kita. Pertanyaannya kalau Dia mengasihi kita, bukankah Dia akan hanya memberikan kita yang baik dan akan mencegah terjadinya hal yang buruk pada diri kita. Nah pertanyaan berikutnya adalah mengapa Dia membiarkan kita mengalami malapetaka, diri kita tak mampu mencegahnya supaya jangan menimpa kita. Nah di sinilah dilema kita, memaknai malapetaka dalam kehidupan kita dengan kaitannya dengan Tuhan. Itu sebabnya tadi saya katakan kecenderungan kita akhirnya ekstrim yang kanan atau ekstrim yang kiri, kita menyalahkan Tuhan sepenuhnya karena kita berkata Engkau Maha Kuasa tapi Engkau membiarkan ini terjadi. Kesimpulan berikutnya adalah Kau kurang mengasihi saya, nah waktu kita berkata Engkau kurang mengasihi saya Tuhan, kita menyalahkan Tuhan. Atau karena kita tidak mau menyalahkan Tuhan, kita mengeluarkan Tuhan dari permasalahan kita dengan berkata ya ini memang kemalangan, memang bagian dari kehidupan manusialah kita mengalami malapetaka, kebetulanlah, sesuatu melesetlah dari Tuhan atau hukuman Tuhan dari dosa kita. Nah, tapi kesimpulan saya ketiga penjelasan ini tidak cukup untuk menerangkan mengapa Tuhan membiarkan malapetaka datang kepada kita. Jadi yang penting adalah kita mesti tetap menggantungkan 2 sifat Tuhan ini bahwa Dia Maha Kuasa, bahwa Dia Maha Pengasih. Kesimpulannya apa, waktu kita menghadapi malapetaka tidak bisa tidak betapa pun menyakitkan kita, kita tetap harus berkata itu pun, itu pun dalam kehendak Tuhan seperti itu.
IR : Dan mungkin di tambah ya Pak Paul, bahwa sekalipun pahit, itu dalam rencana Tuhan Pak Paul?
PG : Betul, jadi betapa pun pahitnya pengalaman itu tetap dalam rancangannya Tuhan, nah di sini kita harus bergumul, tidak bisa tidak karena kalau Tuhan mengasihi kita mengapa Ia memberikan engalaman yang pahit itu, dan ini memang kesulitan kita.
Dan sekarang memang pada waktu kita merekam ini dalam rangka menyambut Paskah kematian Tuhan, kita melihat bahwa itu yang dilakukan Tuhan kita Yesus Kristus. Di taman Getsemani Dia berdoa kalau bisa biarkan cawan ini lalu dari padaku, namun bukan kehendakKu kehendakMulah yang jadi, itu doaNya. Nah kita melihat di taman Getsemani Tuhan bergumul, bergumul dengan sangat berat karena sebagai manusia dan Dia juga sebagai Tuhan yang penuh, manusia yang penuh. Sebagai manusia yang penuh dan manusiawi Dia bergumul dengan kematian, betapa berat penderitaan yang harus Dia lalui dan Dia tahu itu. Maka di dalam mengantisipasinya mengalami kesengsaraan Dia sangat gelisah, sangat gundah gulana maka Dia berdoa seperti itu. Jadi saya kira sebagai orang Kristen waktu kita berkata cawan pahit ini dalam kehendak Tuhan saya kira tidak berarti kita dengan mudah menerimanya. Tetap saya kira kita akan bergumul menerima cawan yang pahit itu, malapetaka yang harus kita alami itu.
GS : Nah dalam pergumulan itu Pak Paul, kadang-kadang orang mengingkari Tuhan, jadi dia karena tidak tahan lagi menghadapi kesulitan, malapetaka yang dihadapinya, dia lari dari Tuhan. Tidak lagi mau ke gereja, tidak lagi mau berdoa, dan sebagainya, jadi sulit buat saya memahami bahwa itu adalah sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan.
PG : Itu kadang kala terjadi Pak Gunawan, kalau saya membawa kita kembali pada peristiwa penangkapan Tuhan di Getsemani sewaktu para serdadu dan pembantu imam datang menangkap Tuhan. Petrus enghunus pedang dan menetakkan pedang pada seseorang yang bernama Malkhus sehingga telinganya terputus, Tuhan menempelkan telinganya yang putus itu kembali.
Dan inilah yang Tuhan katakan kepada Petrus diambil dari
Yohanes 18:11 "Sarungkan pedangmu itu bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu." Tuhan meminta Petrus menyarungkan pedang, izinkan saya menggunakan perumpamaan atau alegori ini. Para murid bersiap untuk berperang itu sebabnya mereka mengangkat pedang, tapi Tuhan melarang Petrus mengangkat pedang. Nah mengangkat pedang di sini saya umpamakan atau saya memberikan makna sebagai upaya manusia memberontak terhadap rencana Tuhan dalam hal ini meminum cawan yang pahit itu. Atau waktu dia tidak sanggup lagi untuk melawan, dia angkat kaki, dia melarikan diri, itu yang tadi Pak Gunawan singgung. Sering kali kita tergoda untuk melarikan diri dan adakalanya itu yang kita lakukan, namun saya percaya Pak Gunawan dan Ibu Ida, Tuhan sabar dengan kita sehingga kita tetap akan dipanggilnya kembali. Dia akan sabar menanti kita dan itu yang terjadi dengan Petrus, kita tahu di rumah mahkamah agama sewaktu dia dikonfrontasi oleh seorang pelayan wanita bahwa dia pengikut Tuhan Yesus, dia menyangkal 3 kali. Dia tidak mengetahui bahwa dia pengikut Tuhan Yesus dengan kata lain dia melarikan diri, dia mengelak dari malapetaka itu. Sebab memang saat itu orang-orang sudah mengucilkan para pengikut Tuhan Yesus, jadi menjadi pengikut Tuhan benar-benar membahayakan jiwa mereka. Petrus melarikan diri namun kita tahu Tuhan memberi kesempatan kembali kepada Petrus. Jadi untuk menjawab pertanyaan Pak Gunawan, orang melarikan diri saya kira itu manusiawi dan kita harus mengakui kita pun kalau bisa melarikan diri karena kita takut meminum cawan yang pahit. Tapi saya percaya Tuhan akan sabar menanti kita.
IR : Jadi kita kadang-kadang diproses Pak Paul ya?
PG : Tepat sekali Ibu Ida, nah berbicara tentang proses ini Ibu Ida saya harus menambahkan bahwa, sering kali saya melihat Tuhan akan kembali dengan cawan yang pahit itu dan cawan yang sama.Dengan kata lain kalau kita belum berhasil meminum cawan yang pahit itu Dia akan datang kembali dengan cawan yang sama itu.
Saya berikan contoh misalkan Abraham, kita tahu Abraham 2 kali mengatakan baik kepada raja Firaun maupun kepada raja Abimelekh bahwa Sarah bukanlah istrinya. Kenapa dia begitu, karena dia takut sekali dia atau istrinya itu akan dibunuh, dengan kata lain Abraham meragukan pemeliharaan Tuhan dan dia mengambil langkahnya sendiri, melindungi diri karena takut Tuhan tidak bisa memelihara dia. Intinya adalah Abraham kurang beriman, kurang mempercayakan Tuhan untuk memelihara hidupnya. Nah kita tahu hal yang ketiga yang terjadi dalam hidup Abraham yang sangat-sangat penting ialah Tuhan meminta Abraham mengurbankan putra tunggalnya Ishak untuk menjadi kurban bakaran bagi Tuhan. Nah itu adalah suatu pergumulan yang sangat luar biasa, 25 tahun dia menantikan Ishak dan setelah Ishak mulai besar Tuhan memintanya. Nah Abraham sebetulnya di sini sungguh mengalami ujian yang luar biasa besarnya, tapi di kitab Ibrani dicatat bahwa Abraham percaya bahwa Tuhan yang mengambil Ishak mampu membangkitkannya kembali; dengan iman itu dia berjalan memenuhi panggilan Tuhan yakni mengurbankan Ishak. Nah kita tahu cerita ini akhirnya Tuhan tidak meminta Ishak, Tuhan hanya menguji keimanan Abraham. Kita bisa melihat di sini Tuhan memberikan cawan yang sama kepada Abraham dengan istrinya 2 kali dia tidak beriman ketiga kali Tuhan memberikan ujian yang langsung berkaitan dengan iman dia, bisakah dia mempercayai Tuhan. Nah saya melihat pola ini sering dialami oleh anak-anak Tuhan yang ingin mengikuti Tuhan dengan serius, kalau kita gagal sekali Tuhan akan dengan sabar menanti, tapi yang saya lihat Tuhan akan kembali dengan cawan yang sama sampai kita berhasil dengan tuntas meminum cawan itu. Barulah kita melewati proses pembentukan tersebut dan memasuki fase yang lain di dalam kehidupan rohani kita.
(3) GS : Nah kalau malapetaka itu tidak terhindarkan dalam kehidupan kita ini Pak Paul, apa yang selayaknya atau seharusnya kita lakukan pada saat kita itu tidak mengalami musibah atau malapetaka seperti saat-saat ini?
PG : Yang pertama adalah janganlah kita hidup menantikan malapetaka, nah adakalanya karena kita takut sekali setiap hari malapetaka menimpa hidup kita, kita memikirkan malapetaka yang belum atang itu.
Kita hidup dalam perasaan was-was berikutnya ada kecenderungan karena kita takut malapetaka akan menimpa kita, kita senantiasa mempertanyakan tindakan Tuhan, sewaktu Tuhan memberkati kita atau melakukan hal yang baik bagi kita. Kita bertanya apa yang terkandung di balik kebaikan Tuhan ini, seolah-olah kita takut kita terjebak kita menanggapi kebaikan Tuhan tahu-tahu dibelakangnya tersimpanlah rencana Tuhan yakni cawan yang pahit itu. Kalau harus datang ia akan datang dan kalaupun datang kita tahu Tuhan akan menolong kita, jadi hiduplah dengan normal, dengan penuh sukacita, dengan apa yang Tuhan telah berikan jangan pikirkan tentang malapetaka, jangan hidup seolah-olah kita dalam bayang-bayang malapetaka, karena yang terjadi akhirnya sebelum kita ditimpa malapetaka kita sudah menimpakan malapetaka itu pada diri kita sendiri. Jadi itu prinsip yang penting.
IR : Dan biasanya yang dikhawatirkan itu terjadi Pak Paul, sehingga Tuhan sendiri juga mengatakan bahwa kita tidak boleh khawatir.
PG : Betul, Pak Steven Tong pernah mengatakan kalimat seperti ini ada orang yang takut mati, takut mati akhirnya mati jadi berani, maksudnya mati berani masuk mendatangi kita. Tapi orang yan tidak takut mati, akhirnya mati itu menjadi takut dengan dia sehingga akhirnya dia susah mati.
Justru orang yang terlalu takut mati akhirnya mati jadi berani, itu saya setuju. Jadi hiduplah dengan bebas syukuri apa yang Tuhan telah berikan, jangan pikirkan malapetaka itu, jangan sampai kita hidup dibayang-bayangi oleh malapetaka, itu yang paling penting.
GS : Mungkin yang menjadi kesulitan kita adalah memahami atau menggabungkan 2 atribut Tuhan yang tadi Pak Paul katakan, kita sebagai orang awam kadang-kadang kesulitan untuk memahami bahwa Tuhan yang Maha Kuasa itu juga Maha Pengasih, secara sederhana itu mau diterapkan bagaimana Pak Paul?
PG : Jadi prinsip yang kedua adalah menjawab pertanyaan Pak Gunawan, bagaimana menghadapi malapetaka ini sebelum kita benar-benar menghadapinya, kita harus meyakini bahwa kita tidak mempunya jawaban.
Dengan kata lain waktu kita berkata cawan pahit ini datangnya dari Tuhan tidak berarti kita sudah menemukan jawaban yang spesifik. Untuk apa atau rencana Tuhan yang mana yang sedang Tuhan jalankan dalam hidup kita, kita belum tentu tahu itu. Dan bahkan di kitab Ibrani 11 Tuhan pun memang mengetahui bahwa ada banyak anak-anak Tuhan yang menderita dan tidak pernah melihat janji atau penggenapan rencana Tuhan dalam hidup mereka. Dengan kata lain ada anak-anak yang mengalami kemalangan, malapetaka meminum cawan yang pahit dan sampai akhir hayatnya tidak mengerti mengapa semua itu harus terjadi atau apakah rencana Tuhan itu atas dirinya, dia tidak mengerti. Jadi dengan kata lain, siaplah untuk tidak mengerti dan tidak apa-apa untuk tidak mengerti, yang paling penting adalah kita mengakui ini datangnya dari Tuhan dan tidak apa-apa. Dan yang ketiga adalah saya bisa berikan saran yang pahit panggillah pahit misalnya kita ditabrak atau kita dirampok nah jangan berkata puji Tuhan saya dirampok, dirampok tetap dirampok itu berarti pengalaman yang pahit, yang pahit panggillah pahit, yang manis panggillah manis. Jangan sampai kita mendistorsi persepsi sendiri dengan mengatakan cawan yang pahit ini adalah cawan yang manis, tidak, itu bukanlah yang Tuhan maksud, panggillah cawan yang pahit, pahit. Nah artinya apa, kita akui ini pengalaman memang menyakitkan kita tapi tetap kita mau ingat satu hal meskipun cawannya pahit tapi tangan yang menghantarkan cawan itu kepada kita adalah tangan yang penuh kasih, tangan yang membawa cawan itu kepada kita adalah tangan yang pernah dipakukan oleh karena cintaNya kepada kita. Jadi waktu kita mengalami malapetaka ingatlah baik dan tataplah tangan yang menghantarkan malapetaka itu. Tangan itu tangan yang baik meskipun cawan yang dibawanya adalah cawan yang pahit, itu yang Tuhan Yesus harus lakukan. Dia menerima cawan pahit yakni penderitaan dan penyalibanNya sampai kematianNya, tapi Dia tahu tangan BapakNyalah yang menghantarkan cawan pahit itu kepadaNya. Nah saya kira ini akan sangat menguatkan kita dalam menghadapi malapetaka.
GS : Dan mungkin dari antara para pendengar kita saat-saat ini sedang bergumul dalam malapetaka yang dialaminya dan dalam hal ini apakah firman Tuhan yang Pak Paul ingin sampaikan?
PG : Saya akan ulang lagi Injil Yohanes 18:11 "Sarungkan pedangmu itu, bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu." Saya mau menggarisbawahi kata diberikan Bapa sepahit apapun malapetaka itu terimalah dan percayalah bahwa itu diberikan oleh Bapa kita sendiri.
Bapa yang penuh kasih, Bapa yang sudah pernah disalibkan demi kasihNya kepada kita, jadi terus pandang tangan yang menghantarkan cawan yang pahit itu, terimalah jangan kita mengangkat pedang mau memberontak atau jangan kita mengangkat kaki melarikan diri atau mengelak, jangan, terimalah. Waktu kita menerima kita akan lebih mengenal Tuhan dan dikuatkan oleh Tuhan sendiri. Sudah tentu saya menyadari mudah bagi saya untuk mengatakannya, tetapi bagi saudara yang sedang mengalaminya saya percaya berat untuk menerima cawan yang pahit dan Tuhan menguatkannya setahap demi setahap, kita pun juga akan menerima penguatan Tuhan.
IR : Kalau tadi dikatakan bahwa kita harus selalu bersukacita, tapi di saat malapetaka itu datang kita bukankah tidak apa-apa kalau kita itu bersedih atau pun menangis, Pak Paul?
PG : Silakan, itu yang Tuhan contohkan di taman Getsemani, Dia berkata jiwaKu sangat tertekan seperti mau mati rasanya, dengan jujur Dia mengakui hal seperti itu, tidak apa-apa kita menangis.
GS : Jadi demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi, kami telah persembahkan sebuah perbincangan bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang bagaimana menghadapi malapetaka. Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.