Berita TELAGA

Kebiasaan Buruk Pria

Versi printer-friendly
Oktober




Ada banyak kebiasaan buruk yang dapat menyergap pria namun mungkin paling umum di antaranya adalah berjudi dan berzinah. Di dalam banyak kasus kedua kebiasaan buruk ini biasanya berawal di masa remaja dan malangnya, cenderung berlanjut sampai di usia tua. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kebiasaan buruk sukar dihilangkan—terutama kebiasaan yang dimulai sejak usia dini. Marilah kita lihat keduanya satu per satu dan pelajari sifatnya masing-masing agar kita dapat terhindar darinya.

Hal-Hal Seputar Perjudian
  • Di dalam kelompok masyarakat tertentu berjudi sudah merupakan bagian dari budaya. Bukan saja diterima, berjudi malah dianjurkan sebagai salah satu ritual kelaki-lakian. Dengan kata lain, jika seorang pria tidak berjudi, ia dianggap kurang bersifat laki-laki.
  • Sering kali berjudi menjadi bagian dari permainan untuk menambah minat dan intensitas permainan. Sekali kita terbiasa, maka kita tidak akan tertarik untuk terlibat dalam permainan yang tidak mengandung unsur pertaruhan.
  • Ada satu hal yang membuat berjudi begitu MEMIKAT: Berjudi mengandung unsur menang - kalah dan menjanjikan kemungkinan untuk menang. Itu sebabnya orang yang berjudi selalu berpikir "positif" yakni bahwa ia akan menang. Sesungguhnya ia hanya "mungkin" menang, tidak pasti bahwa ia "akan" menang.
  • Ada satu hal yang membuat berjudi begitu MENCANDU sehingga membuat penjudi terikat dan susah lepas: Kemenangan membuatnya ingin mengulang kemenangannya sedangkan kekalahan membuatnya ingin menebus kekalahannya. Singkat kata, baik menang ataupun kalah, ia akan terus berjudi.

Dampak Buruk Berjudi

  • Oleh karena sifatnya yang mencandu, berjudi cenderung menguat, bukannya melemah. Akhirnya penjudi tidak dapat lagi membagi pikirannya pada hal-hal lain dalam hidupnya sebab semua tersita oleh judi. Itu sebabnya tidak jarang penjudi melalaikan tanggung jawabnya pada keluarga dan pekerjaan karena terlalu banyak menghabiskan waktu di meja judi atau memikirkan tentang judi.
  • Oleh karena kemungkinan menang atau kalah berlipat ganda, maka tidak jarang penjudi akan kehilangan uang dalam jumlah yang besar. Namun sering kali penjudi tidak merasa jera (kapok), sebab ia beranggapan bahwa hari itu kebetulan adalah hari "sial" baginya. Sebagai akibat ulahnya keluarga harus menderita, bukan saja dalam bentuk material tetapi juga rasa malu.
Problem Berjudi Dari Sudut Rohani
  • BERJUDI PADA AKHIRNYA MENGUASAI SEGENAP PIKIRAN KITA SEHINGGA KITA KEHILANGAN MINAT PADA HAL LAIN, TERMASUK HAL ROHANI. Tidak ada lagi ruang untuk keluarga atau teman—apalagi Tuhan—di dalam benak penjudi. Firman Tuhan mengingatkan, "Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah." (Kolose 3:1-3)
  • BERJUDI PADA AKHIRNYA ADALAH ILAH YANG MENGGANTIKAN ALLAH KARENA BERJUDI MENJADI SESUATU YANG TERPENTING DALAM HIDUP KITA. Berjudi membuat kita hidup untuk judi, bukan hidup untuk Tuhan. Firman Tuhan mengingatkan, "Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus." (Roma 6:11)
  • BERJUDI PADA AKHIRNYA MENUMBUHKAN KESERAKAHAN PADA DIRI KITA. Oleh karena ingin menang dan menang terus, maka keserakahan pun datang dan menguasai kita. Firman Tuhan mengingatkan, "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, dan juga KESERAKAHAN, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka." (Kolose 3:5-6)
  • BERJUDI PADA AKHIRNYA MEMBUAT KITA BERGANTUNG PADA KEBERUNTUNGAN NASIB BUKAN PADA KEKUASAAN ALLAH. Tidak heran, pada akhirnya penjudi tidak lagi hidup beriman pada pemeliharaan Tuhan. Sebaliknya, hidupnya bergantung sepenuhnya pada keberuntungan dan kepandaiannya memenangkan judi. Firman Tuhan mengingatkan, "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri." (Amsal 3:5)

Kesimpulan

Berjudi menjauhkan kita dari Tuhan dan mendekatkan kita pada dosa dan kehancuran. Singkat kata, berjudi adalah salah satu alat Iblis untuk menjatuhkan manusia dan menjauhkannya dari Allah. Jadi, janganlah berjudi dan juga, jangan membuat orang lain berjudi. Terlalu banyak orang yang telah menjadi korban perjudian.

Tentang Perzinahan
  • Pada umumnya laki-laki mudah tergoda dan jatuh ke dalam perzinahan oleh karena keterpikatannya pada kecantikan lahiriah dan kenikmatan jasmaniah.
  • Pada umumnya laki-laki mudah jatuh ke dalam dosa perzinahan oleh karena laki-laki memisahkan jiwa dan rohnya dari tubuh jasmaniah. Dengan kata lain, laki-laki memisahkan jiwa dan roh dari tubuh jasmaniah sehingga tidak merasa terlalu berdosa atau bersalah setelah berzinah.
  • Cukup banyak laki-laki yang jatuh ke dalam dosa perzinahan sesungguhnya telah melakukan dosa percabulan sejak usia remaja.
  • Cukup banyak laki-laki yang jatuh ke dalam dosa perzinahan di usia dewasa akibat ajakan atau tekanan teman.
  • Hampir semua laki-laki yang berzinah akan berbohong kepada istri.
  • Hampir semua laki-laki yang tertangkap basah dalam perbuatan zinah akan bereaksi marah ketika diperhadapkan dengan tindakannya.
  • Hampir semua laki-laki--tatkala tidak bisa mengelak lagi--hanya akan mengakui sebagian kecil dari perbuatannya.
  • Hampir semua laki-laki—ketika tidak bisa lagi mengelak—akan berjanji untuk tidak akan mengulangi perbuatannya.
Dosa Perzinahan
  • Ibrani 10:10 berkata, "Karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus." Tuhan menghendaki kita hidup kudus dan kekudusan dimulai dengan menjaga kekudusan pikiran dan berakhir dengan menjaga kekudusan tubuh. Perzinahan adalah dosa yang melanggar perintah kekudusan.
  • Kolose 3:5-6 berkata, "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu PERCABULAN, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka." Percabulan atau perzinahan mengundang murka Allah, jadi barang siapa melakukannya ia menjadi musuh Allah dan akan menjadi sasaran murka Allah.
  • 1 Korintus 6:15 berkata, "Tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan ku ambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan ? Sekali-kali tidak !" Oleh karena kita telah dibeli dengan tunai lewat darah Kristus maka sekarang kita adalah milik-Nya. Sewaktu kita bercabul atau berzinah, sesungguhnya yang kita cabulkan dan zinahkan adalah tubuh Kristus sendiri.
  • 1 Korintus 6:20 berkata, "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu !" Panggilan Allah adalah agar kita memuliakan Allah dan memuliakan Allah dimulai dengan memuliakan-Nya dengan tubuh kita. Mustahil kita dapat memuliakan Allah bila kita mencabulkan tubuh kita.
Ringkasan T316 A+B
Oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
Simak judul-judul kategori "DEWASA" di www.telaga.org

PERTANYAAN :

Selamat pagi, pak,
Saya ingin konsultasi tentang suami saya. Sejak 3 bulan terakhir, suami memunyai seorang teman, lebih tepatnya sahabat yang dikenalnya lewat media sosial. Setiap hari suami ‘chatting’ dari pagi sampai malam dengan si perempuan ini. Sahabat suami saya ini juga istri orang lain yang memunyai 4 orang anak. Sampai saya di’unfriend’ suami dari facebooknya dan menerima pertemanan dengan perempuan ini. Akun suami juga sering dipakai perempuan ini untuk menyanyi. Jadi tidak ada rahasia diantara mereka. Saya sudah sampaikan ke suami, pilih mana, saya atau si perempuan itu? Dia jawab, "Kenapa saya harus memilih?" Intinya dia tidak mau melepaskan perempuan itu dan tidak mau melepaskan saya juga. Tolong masukannya, apa yang harus saya lakukan jika sudah begini?

Saya menikah sudah 13 tahun, diberkati di gereja Katolik, punya satu anak berusia 12 tahun. Kenal suami di tempat kerja dan berpacaran 3 tahun sebelum menikah. Sebenarnya pernikahan kami sudah tidak baik-baik saja sejak 3 bulan usia pernikahan. Dia mulai main tangan, suka memukul saya dan menendang perut saya waktu saya hamil. Hal itu berlangsung terus sampai anak kami usia balita. Hal itu berakhir ketika saya melaporkan dia ke kantor polisi karena KDRT(Kekerasan Dalam Rumah Tangga), jadi sejak itu tidak ada lagi KDRT. Suami saya berkata, dia melakukan KDRT untuk mengajar saya hal yang seharusnya saya lakukan. Suami juga pernah jalan dengan perempuan lain pergi menonton bioskop berdua. Saya mengetahuinya ketika saya cek ada 2 tiket nonton di lemari dan tiket parkir di mall. Saat itu penyelesaian masalah yang saya ambil adalah menghubungi selingkuhannya lewat telepon, karena ternyata suami mengaku sudah menjadi duda kepada perempuan itu. Setelah itu perselingkuhannya berakhir, si perempuan menikah dengan laki-laki lain.

Saya dan suami tidak tinggal bersama karena kebutuhan ekonomi. Suami hanya pulang sekali seminggu ke rumah. Teman curhat suami saya tinggalnya di pulau yang berbeda, jadi mereka belum pernah ketemu hanya ‘online’ hampir setiap saat. Pernah suami mau menelepon dengan perempuan itu saat suami pulang, saya dikunci didalam rumah, suami dengan suara yang mesra sambil duduk di halaman rumah. Perasaan saya sakit sekali. Suami mengatakan ia melakukan hal itu karena saya tidak dapat memberikan yang dia butuhkan. Dalam beberapa minggu terakhir ini, saya ingin berubah lebih perhatian ke suami, hubungan fisik kami lakukan lebih sering, tetapi baru saja suami kirim pesan kepada saya, "Kau ‘kan sudah karatan tidak mungkin bisa berubah"…….hati saya sangat sedih sekali dan terluka. Saya baru menelepon suami lebih dari satu jam. Saya menanyakan lagi, mengapa dia tidak bisa melepaskan pertemanan dengan perempuan itu. Dijawab, "Oh, ‘Just for fun’ aja, nanti juga bosan. Tidak usah kamu urus hal yang tidak penting". Suami saya juga suka berbohong. Demikian hal yang ingin saya sharingkan, apa yang harus saya lakukan?

Salam : S.S.


JAWABAN :

Halo Ibu S.S.,
Kenalkan saya Bu Hanny, salah seorang konselor di Telaga……saya merasa ikut prihatin dan sedih mendengar perilaku suami yang kurang menghargai ibu dan menjaga komitmen pernikahan. Bagi saya, langkah pertama tentunya kita harus melibatkan Tuhan, karena kita terbatas untuk mengetahui, tapi Tuhan Mahatahu…..Tuhan tahu apa yang terjadi di antara suami dan temannya, Tuhan yang mampu dan berkuasa mengubah hati manusia sehingga ada kesadaran bersalah/bertobat dan Tuhan juga yang berhak menghakimi mereka jika mereka tidak taat kepada-Nya.

Langkah kedua, katakan terus terang bahwa Ibu S.S. tidak mau diduakan.

Langkah ketiga, Ibu S.S. berusaha mencari tahu kebutuhan suami, baik secara langsung bertanya pada suami atau menganalisa sendiri (mungkin dari buku, majalah atau pendapat teman/sahabat), mungkin kebutuhan itu belum cukup terpenuhi, misalkan kebutuhan seksnya, perhatian, kebersamaan dan lain-lain.

Langkah keempat, mungkin Ibu dan suami bisa mendatangi konselor pernikahan, mungkin saja ada beberapa hal tentang relasi pernikahan yang harus diperbaiki (selain konselor, mungkin pendeta/pastor atau sahabat dekat yang senior). Ibu S.S. jangan putus asa ya……belajar percayakan pada Tuhan dan belajar memerbaiki diri untuk relasi yang lebih baik ke depan….minta selalu hikmat dari Tuhan dalam berkata-kata dan bertindak.

Apabila suami hanya pulang seminggu sekali, mungkin menjadi salah satu penyebab berkurangnya atau hilangnya keintiman relasi suami istri. Karena suami pada umumnya rentan terhadap kesepian atau kesendirian…..apalagi jika dia seseharinya sibuk bekerja. Pria sangat memerlukan ‘refreshing’ untuk mengalihkan stres-nya di tempat pekerjaan…tentunya seharusnya suami perlu memilih ‘refreshing’ yang sehat. Saya khawatir, suami Ibu memilih ‘refreshing’ yang kurang tepat yaitu di sosial media yang pada akhirnya menjeratnya menjalin relasi dengan wanita lain sampai lewat batas.

Saya merasa sedih karena saya merasa suami Ibu S.S. kelihatannya tidak menghargai pernikahannya dengan Ibu dengan ketidaksetiaannya melalui KDRT, perselingkuhan dan pertemanannya saat ini yang sudah lewat batas….sampai perilakunya sewenang-wenang dengan mengunci Ibu S.S. dan sengaja membiarkan Ibu S.S. melihat dia menelepon dan bermesraan dengan teman wanitanya, bahkan perkataannya cukup tajam dengan mengatakan bahwa Ibu S.S. tidak bisa berubah karena sudah karatan.

Ibu S.S., menurut saya pekerjaan suami yang jauh sehingga hanya bisa pulang seminggu sekali itu titik rawan bagi suami Ibu dan berdampak negatif pada relasi dengan Ibu dan anak. Sekali lagi, Ibu S.S. tetap doakan suami dan percaya kuasa Tuhan di atas kuasa kita sebagai manusia. Ibu minta kekuatan dan hikmat dari Tuhan untuk tetap bisa menghadapi dan melayani suami dengan baik, karena saya tahu itu tidak mudah dilakukan…..lakukan itu sebagai tanggungjawab Ibu pada Tuhan…..sebagai istri bagi suami Ibu S.S.

Tapi Ibu S.S. juga tetap berhak untuk mengungkapkan perasaan Ibu pada suami dan berharap pada suami untuk memutuskan kembali sepenuhnya pada Ibu…berhenti bermain-main dengan perempuan lain, karena perzinahan tidak hanya perilaku tapi pikiran juga. Saya berharap suami Ibu S.S. kembali pada Tuhan dan pada Ibu, menyesali perbuatannya…..berubah mengasihi Ibu lagi.

Tuhan menolong Ibu S.S. ya !

Hanny


Oleh : Ev. Grasia Tampubolon, M.Th.Konseling *)

Apakah saat ini Anda tengah berjuang untuk mencintai diri sendiri? Kalau ya, maka Anda tidak sendirian. Ada banyak orang yang juga berjuang untuk dapat mencintai diri sendiri apa adanya, dan salah satunya adalah saya. Sejak kecil, pesan yang saya terima tentang diri saya adalah bahwa saya orang yang tidak dikasihi dan tidak diterima, maka sulit bagi saya untuk menerima dan mengasihi diri saya.

Terlahir sebagai seorang wanita di sebuah keluarga di mana anak laki-laki dianggap lebih berharga dari anak perempuan menjadi sebuah pergumulan tersendiri bagi saya. Kondisi keluarga yang seperti itu membuat saya bertumbuh dengan sebuah dorongan ingin membuktikan bahwa seorang wanita juga berharga. Selain itu, sebagai seorang wanita saya memang tidak memiliki karakter lembut dan teratur, namun mama menginginkan saya menjadi yang sebaliknya. Hal ini makin memerkuat kebencian pada diri saya sendiri, selama sekian puluh tahun saya percaya bahwa diri sayalah yang bermasalah dan kurang, serta tidak ada yang benar dalam diri saya.

Pada akhirnya saya bertumbuh menjadi seorang wanita yang tidak mencintai diri serta tidak mengenal diri. Untuk dapat diterima dan dikasihi, saya akan terus berusaha menjadi seperti yang orang lain inginkan (terutama orangtua saya). Sehingga secara perlahan saya makin kehilangan diri saya. Bukan itu saja, saya juga menjadi semakin kritis kepada diri dan semakin kritis kepada orang lain. Saya menjadi orang yang lebih mudah mencari kesalahan orang lain supaya saya tidak terlihat salah dan kurang. Bahkan hidup saya diisi oleh kemarahan dan kepahitan karena penolakan. Hal ini membuat hidup saya semakin kelam dan berat, memang saya tidak menyadarinya, tapi jelas saya merasa lelah dan sepi.

Namun, justru di tengah kekelaman itulah Tuhan menemukan saya. Ya, Tuhan menemukan Grasia yang selama ini bersembunyi dan membawa saya keluar untuk dapat dicintai oleh-Nya. Pertama kalinya dalam hidup saya, ada Pribadi yang dengan penuh kasih menerima saya apa adanya tanpa syarat. Kasih dan penerimaan dari-Nya membuat saya mulai menyadari, bahwa saya pun layak untuk dicintai sebagaimana saya apa adanya. Kasih itu Ia tunjukkan melalui orang-orang di sekeliling saya, sehingga saya dapat merasakan apa arti dicintai dan mencintai diri sendiri. Di saat itulah, saya merasakan betapa hidup saya berharga, betapa saya bersyukur menjadi seorang wanita, dan betapa saya dicintai.

Kasih Tuhan yang memerdekakan saya, membuat saya dapat mencintai diri saya sendiri. Ia membuat saya dapat mencintai identitas saya sebagai wanita, walaupun saya tidak terlalu diinginkan dalam keluarga. Ia membuat saya dapat mencintai diri saya sebagai wanita yang unik, walaupun saya tidak sesuai dengan standar wanita dari mama saya. Ia membuat diri saya mencintai diri saya sebagaimana adanya saya. Hal ini membuat saya dapat mencintai orang lain dengan bebas. Sebagaimana Tuhan sudah memberikan kasih itu kepada saya, maka saya bisa memberikan kasih itu juga kepada orang lain. Jika dulu saya mudah mengkritik orang, tetapi Ia ubahkan saya untuk lebih menerima orang lain juga. Jika dulu saya selalu penuh kemarahan dan kepahitan, tetapi Ia membebaskan saya dari kemarahan dan kepahitan. Kasih-Nya membuat saya dapat mencintai diri dan mencintai sesama.

Jadi, jika ada orang yang berkata "Apa itu mencintai diri sendiri? Itu tndakan egois, ga perlu lakukan itu, yang penting mencintai sesama!" Saya mau katakan bahwa itu SALAH. Mencintai diri sendiri bukanlah tindakan egois sebab tanpa mencintai diri sendiri, kita tidak akan mungkin dapat mencintai sesama. Sebagai catatan, mencintai diri bukanlah tindakan "mengasihani diri" - aduh kasihan ya saya begini dan begitu. Mengasihi diri adalah ketika kita menerima dan mengasihi diri kita sebab Tuhan telah menerima dan mengasihi kita apa adanya. Mengasihani diri fokus kepada diri sendiri, mengasihi diri fokus kepada Tuhan yang empunya diri ini. Sehingga ketika kita mengatakan bahwa "saya mencintai diri" tentu akan terpancar juga dalam tindakan "mengasihi Tuhan" dan "mengasihi sesama" dengan benar. Seperti yang tertulis dalam Alkitab,"Cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri" (Mat. 22:39 – BIS).


Pertanyaannya, bagaimana caranya agar kita dapat mencintai diri sendiri? Tentu jawaban dari pertanyaan ini bukanlah seperti sebuah resep obat yang dapat kita beli di apotik dan kemudian kita minum, sehingga kita menjadi sembuh. Untuk dapat mencintai diri sendiri, maka hal-hal yang perlu kita lakukan adalah:

  1. Meminta kasih karunia Tuhan. Bagaimanapun kerasnya upaya kita mencintai diri sendiri itu akan berujung pada kegagalan, dan berharap orang lain mencintai kita akan berujung pada kekecewaan. Satu hal mendasar untuk mencintai diri sendiri adalah meminta kepada Dia sang sumber Kasih itu. Kasih-Nyalah yang membuat kita dapat menerima diri kita seutuhnya.
  2. Belajar berbelas kasih pada diri. Kita mungkin dibesarkan dengan berbagai tuntutan sehingga membuat kita akhirnya menjadi keras kepada diri sendiri. Tanpa sadar kita memerlakukan diri begitu keras untuk dapat diterima dan dikasihi oleh orang lain. Belajarlah memberi belas kasihan ketimbang terus menuntut diri, sebab kita memang tidak selalu dapat memuaskan keinginan tiap orang.
  3. Belajar mengampuni diri. Jika Anda merasa ada kegagalan yang membuat Anda merasa membenci diri sendiri, maka belajarlah melepaskan pengampunan. Kita semua dapat melakukan kegagalan, tapi bukan berarti kita tidak layak untuk menerima pengampunan. Karena itu lepaskanlah pengampunan pada dirimu, sebagaimana Tuhan sudah mengampuni kita maka Ia mau kita juga dapat mengampuni diri kita.
  4. Belajar bersyukur dan mencukupkan diri. Bersyukur untuk semua yang kita miliki dalam diri, entah itu sesuai dengan standar orang atau tidak; diterima atau ditolak oleh orang lain; dan lain sebagainya. Bersyukurlah untuk hal itu, karena itu yang membuat kita menjadi pribadi yang unik. Kekurangan bukanlah ancaman, tetapi jadi keunikan bagi diri kita. Dan bukan juga jadi alasan untuk kita meratapi diri, tetapi jadi satu yang perlu kita rangkul. Kemudian, belajar untuk mencukupkan diri. Ketika kita tidak mendapatkan kasih dan penerimaan dari orang sekeliling seperti yang kita harapkan, maka belajar mencukupkan diri dengan hal itu. Karena semakin kita menuntut untuk mendapatkan cinta yang lebih, akan semakin membuat kita frustasi dan membenci diri. Mereka kurang mencintai kita, bukan karena kita tidak layak dicintai, tetapi karena mereka terbatas dan hanya mampu memberikan cinta seperti yang selama ini mereka berikan.

Mencintai diri sendiri di tengah dunia yang miskin kasih bukanlah hal yang mudah. Kita akan terus tergoda untuk tidak puas dan membenci diri. Namun bukan berarti ini tidak mungkin dilakukan. Ketika kita menaruh Tuhan yang adalah Kasih itu di dalam hati kita, maka Kasih itu yang akan terus memberikan cinta pada diri kita. Ia berkata, "Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu." (Yer 31:3).

*) Salah seorang konselor PKTK Sidoarjo




"Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia" (Ibrani 11:6)

Kehidupan Wilma Rudolph, seorang pelari cepat Olympiade, merupakan kisah iman yang luar biasa. Wilma dilahirkan dengan masalah kesehatan yang menjadikannya lumpuh. "Apakah saya akan bisa berlari dan bermain seperti anak-anak lain?" Wilma bertanya kepada orangtuanya.

"Sayang, kamu harus percaya kepada Tuhan dan tetap berharap, jangan pernah putus asa", orangtuanya menjawab. "Apabila kamu percaya, Tuhan akan membuat hal yang mustahil menjadi kenyataan". Berdasarkan nasihat orangtuanya, Wilma dengan susah payah berjuang untuk berjalan. Mendekati usia yang ke-12, Wilma tidak lagi memerlukan alat penopang, hal itu membuat banyak orang tercengang dan bergembira! Wilma menjadi salah seorang pemain bola basket dalam tim kejuaraan di Sekolah Menengah Atas dan memenangkan tiga medali emas dalam Olimpiade pada tahun 1960.

Apabila kamu mendengar kisah-kisah iman yang membangkitkan inspirasi seperti Wilma Rudolph, apakah kadang-kadang kamu bertanya-tanya, "Apa yang dapat saya raih apabila saya berpegang pada firman-Nya?" Iman merupakan prinsip dasar hidup kekristenan. Memercayai siapa Tuhan itu, apa yang Ia katakan, apa yang Ia telah perbuat dan apa yang Ia akan lakukan untuk menyatakan Kerajaan Allah.

Lebih lanjut, iman merupakan inti dari aktivitas orang Kristen dari hari ke hari. Paulus menulis "Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia" (Kolose2:6). Bagaimana kamu telah menerima Kristus? Dengan iman. Bagaimana kamu berjalan didalam Dia? Dengan iman. Dalam Alkitab, berjalan menunjuk pada cara bagaimana kamu bertingkahlaku dalam kehidupanmu sehari-hari. Kehidupan Kristen yang berkemenangan dan kedewasaan spiritual ditentukan oleh kepercayaan kita dalam DIA.

Kita cenderung untuk berpikir tentang iman sebagai sesuatu kualitas mistik yang hanya berasal dari alam spiritual. Akan tetapi setiap orang berjalan dalam iman, hal ini merupakan prinsip hidup yang paling dasar. Pertanyaannya, dalam hal apa atau kepada siapa kamu percaya? Kita ditantang untuk percaya kepada Tuhan dan memegang firman-Nya dengan serius.



Tahun 2022 tinggal 8x hari Minggu akan kita tinggalkan, siap-siap memasuki Tahun Baru 2023. Pandemi Covid-19 belum dinyatakan menjadi endemi, berarti kita tetap harus waspada.

  1. Bersyukur Tuhan sudah menggerakkan Ibu NN di Tangerang yang mendukung dalam dana untuk Telaga sebanyak 2x dalam bulan Oktober 2022 ini, yaitu Rp 1.500.000,- dan Rp 1.650.000,-.
  2. Bersyukur untuk tambahan rekaman lewat zoom bersama Bp. Paul Gunadi sebagai narasumber di hari terakhir bulan Oktober 2022.
  3. Bersyukur ada 3 radio yang telah dicoba untuk dikirimi bahan rekaman, yaitu R-radio di Tulungagung, Radio Suara Gratia FM di Cirebon dan Radio Karina FM di Pematangsiantar lewat googledrive.
  4. Bersyukur Yayasan Lembaga SABDA pada bulan Oktober 2022 telah memeringati ulangtahun yang ke-28 dengan berbagai acara seputar Alkitab dan Teknologi, misalnya pada tanggal 10 – 15 Oktober 2022 dengan topik "GOTONG ROYONG SUKU BIBLE SITES" dan pada hari Senin, 24 Oktober 2022 dengan topik "SMART BIBLE NOW".
  5. Bersyukur beberapa rekaman terbaru sudah mulai dibuat transkripnya.
  6. Bersyukur Tuhan terus memercayakan klien-klien baru untuk dilayani melalui proses konseling.
  7. Bersyukur atas respons dan dukungan orang-orang yang mendonasikan buku-buku yang akan dikirimi pada bulan November 2022 ini ke Papua.
  8. Pada awal Januari 2023, perwakilan dari Telaga Kehidupan bersama Ibu Fanny Lesmana dari "Bantal dan Buku" akan berangkat ke Papua untuk mengadakan berbagai pelatihan di beberapa tempat. Doakan agar kami diberi kesiapan serta hati yang terus tertuju pada kehendak Tuhan. Doakan juga agar Tuhan berkenan mencukupkan biaya perjalanan ke Papua tepat pada waktunya.
  9. Doakan agar para konselor diberi hikmat, kekuatan serta hati yang peka mendengar isi hati Tuhan untuk melayani jiwa-jiwa yang Tuhan percayakan serta doakan untuk kesatuan hati segenap tim Telaga Kehidupan.
  10. Doakan untuk usaha mencari rumah kontrak untuk pelayanan Pusat Konseling dan Program Bina Iman Anak Tunas Kehidupan di Jember. Jika Tuhan berkenan akan diresmikan pada bulan Januari 2023. Doakan agar mendapat tempat yang tepat dan segala persiapannya.
  11. Program Bina Iman Anak Tunas Kehidupan akan mengadakan Natal bersama dengan Yayasan Anak Bangsa Berkat Anugerah (ABBA, Panti Asuhan) pada tanggal 10 Desember 2022, pk.10.00 WIB di Malang. Doakan untuk Panitia yang memersiapkan acara, Pembicara, keterlibatan anak-anak Bina Iman Anak Tunas Kehidupan dan anak-anak ABBA yang dilayani.
  12. Kita tetap mendoakan untuk ikut campur tangan Tuhan pada pemerintah di seluruh Indonesia dan segenap jajarannya dalam mengatur banyak hal dan mendukung hal-hal yang positif.

Halaman