Mengasihi Anak dengan Benar
Berita Telaga Edisi No. 132 /Tahun XII/November 2015
Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Rr. Fradiani Eka Y. Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon
Mengasihi Anak Dengan Benar
Anak membutuhkan kasih sama seperti ia membutuhkan gizi. Sebagaimana kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan jasmaniah, demikian pulalah kekurangan kasih akan menyebabkan munculnya gangguan emosional pada anak. Sebagai orang tua kita mengasihi anak namun adakalanya kita tidak begitu paham bagaimanakan menyampaikan kasih itu kepada anak. Berikut akan dipaparkan beberapa petunjuk untuk mengekspresikan kasih kepada anak dengan benar.
Pertama, kita harus membedakan antara menerima dan membiarkan. Mengasihi mengandung unsur menerima, bukan membiarkan. Menerima berarti tidak mendasari kasih atas prestasi atau perbuatannya melainkan atas dasar fakta bahwa ia adalah anak pemberian Tuhan untuk kita. Menerima berarti menyadari bahwa ia manusia yang tidak sempurna seperti kita, jadi, ia akan melakukan hal-hal yang kadang keliru. Inilah arti menerima anak.
Sebaliknya membiarkan berarti tidak berbuat apa-apa tatkala melihat anak melakukan perbuatan yang salah. Membiarkan berarti melepaskan tanggung jawab untuk membentuk anak menjadi diri yang baik. Sewaktu anak melakukan perbuatan yang salah, kita harus mengoreksinya.
Kedua, kita mesti mengenal bahasa kasih anak kita masing-masing. Setiap anak unik dan tidak semua anak serupa dengan kita. Itu sebabnya kita harus memahami bahasa kasih anak sehingga kita dapat menyampaikan kasih itu secara tepat.
Misalnya ada anak yang membutuhkan pengungkapan kasih secara verbal alias lewat (1) perkataan. Kepada anak ini kita sebaiknya menyiraminya dengan perkataan yang berisikan kasih. Atau, ada anak yang membutuhkan (2) sentuhan karena itulah bahasa kasihnya. Kepada anak ini, sering-seringlah kita memeluk dan membelainya. Ada pula anak yang tidak begitu membutuhkan bahasa kasih verbal ataupun fisik, namun membutuhkan ungkapan kasih lewat (3) pemberian. Kepada anak ini, secara berkala berilah sesuatu yang tidak harus mahal sebagai wujud kasih kepadanya.
Terakhir ada anak yang berbahasa kasih konkret alias ingin melihat (4) perbuatan langsung. Kepada anak ini, kita harus peka dan cepat melihat kebutuhannya sehingga kita dapat dengan segera memberinya pertolongan. Inilah wujud kasih yang dibutuhkannya.
Makin dekat kita mengenal anak, makin tepat pulalah kita mengasihinya. Jadi, pelajarilah bahasa kasih anak dan komunikasikanlah sesuai bahasa kasihnya.
Ungkapkanlah kasih pada segala waktu namun terpenting ungkapkanlah kasih pada waktu ia berada pada titik terlemahnya. Jadi, ungkapkanlah kasih kepadanya tatkala ia sedang merasa takut, pada waktu ia meragukan kemampuannya, pada waktu ia gagal, dan pada waktu ia menyesali kesalahannya.
Pertanyaannya adalah, mengapakah kita justru harus lebih menunjukkan kasih kepadanya tatkala ia berada pada titik terlemahnya? Kasih yang dinyatakan pada titik terlemah memberinya kepastian bahwa kita sungguh mengasihinya. Kadang anak tidak tahu apakah kita sungguh mengasihinya ataukah mengasihi perbuatannya yang menyenangkan hati kita. Apa yang kita lakukan tatkala anak berada pada titik terlemah memerlihatkan berapa besar dan murninya kasih kita kepadanya.
Pada akhirnya kita tetap harus mengatakannya yakni bahwa kita mengasihinya. Kendati bahasa kasih anak—dan juga kita—berbeda, anak perlu mendengar secara jelas bahwa kita mengasihinya—bahwa ia berharga dan bahwa ia merupakan pemberian Tuhan untuk kita. Tidak ada yang dapat menggantikan dampak dari mendengar ucapan bahwa kita dikasihi. Itu sebabnya walau kadang tidak mudah, berusahalah untuk mengkomunikasikan kasih kepada anak secara verbal.
Firman Tuhan berkata, Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar , berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman . . . ." (Keluaran 34:6-7).
Dari Firman Tuhan ini kita bisa melihat bahwa kasih setia adalah karakter Tuhan yang terutama tetapi dalam kasih-Nya, Ia tidak membiarkan kita hidup semaunya. Kita pun harus melakukan yang sama.
Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Audio dan transkrip secara lengkap bisa didapatkan melalui situs TELAGA dengan kode T297 A.
Kasih yang dinyatakan pada titik terlemah memberinya kepastian bahwa kita sungguh mengasihinya
Doakanlah:
Bersyukur untuk sumbangan dari Ibu Gan May Kwee di Solo sebesar Rp 400.000,-
Bersyukur audio, transkrip, ringkasan dan abstrak dari rekaman terbaru sudah dikirim ke Solo (YLSA), mudah-mudahan awal Desember 2015 sudah bisa masuk di situs Telaga.
Doakan untuk rencana rekaman bersama Ev. Sindunata Kurniawan dan Ibu Stella pada tgl. 15 dan 17 Desember 2015, agar bisa berhasil dengan baik dan judul-judul yang dipilih juga merupakan judul yang dibutuhkan oleh para pendengar.
Sampai dengan saat ini buku “Memahami Remaja dan Pergumulannya” dan “Memaksimalkan Karier Anda” masih banyak di sekretariat Telaga. Doakan untuk pemasaran kedua buku tersebut.
Bersyukur ada 1 set CD Telaga (470 CD) yang telah dipesan oleh Bp. Husen Junaidi dari GKY Kelapa Gading di Jakarta.
Tahun ini tinggal 1 bulan lagi, doakan apakah Tuhan masih berkenan menambah radio yang mau bekerjasama menyiarkan program Telaga
Kerjasama dengan P.T. Mahoni sehubungan dengan beberapa e-book perlu ditinjau ulang karena sejak bulan Pebruari 2015 sampai dengan saat ini hanya 1 e-book yang berhasil dijual.
Doakan untuk kesibukan pada bulan terakhir tahun 2015.
Bersyukur untuk donasi yang diterima dari donatur tetap pada bulan ini, yaitu dari :
015 – Rp 150.000,-
Telaga Menjawab
Tanya?
Salam sejahtera,
Kami adalah pendengar Program TELAGA melalui siaran Radio Merdeka FM Surabaya. Saya seorang pria yang telah menikah selama 7 tahun dan memiliki seorang anak perempuan berusia 3,5 tahun. Ada beberapa pertanyaan yang perlu kami tanyakan mengenai pertumbuhan dan pembentukan karakter anak dan cara mendidik anak supaya lebih baik.
Setiap hari saya bermain dengan anak saya. Misalnya saya dan istri mengajarinya belajar menggambar maupun mewarnai. Setiap permintaannya selalu saya turuti. Bahkan saya seringkali disuruh anak saya untuk mengambilkan sesuatu. Jika permintaannya tidak sesuai maka reaksinya adalah menangis dan memukul saya.
Pertanyaannya:
- Bagaimana cara mengembalikan kewibawaan saya sebagai ayah terhadap anak saya agar dia tidak memukuli saya jika permintaannya tidak dipenuhi?
- Apa pengaruhnya jika anak saya sering diajak bergurau berlebihan? Apakah betul jika permintaannya selalu dituruti?
- Apakah ada metode atau cara khusus untuk melatih kecerdasan daya pikir anak saya semenjak sekarang ini?
- Bagaimana cara agar berhasil mendidik anak dalam kesehatian suami istri?
Sungguh kami sangat mengharapkan jawabannya dan kami sampaikan terima kasih atas pelayanan Bapak & Ibu.
Salam dan doa dari kami sekeluarga.
Jawab
Salam sejahtera dalam kasih Kristus,
Terima kasih atas pertanyaan Bapak. Untuk menanggapinya, maka dapat kami sampaikan sebagai berikut:
Anak merupakan anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. Itu artinya kita diberi tanggung jawab dalam mendidik dan mengarahkannya. Bangunlah dasar yang diberikan oleh Tuhan dalam mendidik anak.
Beberapa hal yang harus kita ketahui antara lain:
Kita harus menyadari bahwa mendidik anak tidak pernah berhenti mulai sejak anak berada di dalam kandungan.
Orangtua adalah guru yang merupakan teladan bagi anak.
Terapkan keseimbangan antara kasih dan disiplin. Kasih tanpa disiplin bukanlah kasih, sebaliknya disiplin tanpa kasih adalah hukuman.
Di hadapan anak, ayah dan ibu harus mengambil satu keputusan demi kebaikan anak. Apabila orangtua berbeda pendapat maka akan membingungkan anak.
Sebisa mungkin jangan bertengkar di depan anak.
Jangan membohongi anak. Jawablah pertanyaan anak dengan jujur.
Berikan apa yang wajib diberikan sesuai kebutuhan.
Jangan lupa mengajak anak berdoa sejak kecil, disamping memberi cerita tentang Tuhan, karena ini adalah dasar utama.
Dalam hal anak menangis karena permintaannya tidak dipenuhi, itu memang merupakan “senjata” agar orang tua senantiasa mau menuruti permintaannya. Mulai kecil anak harus belajar bahwa ada hal-hal yang bisa dituruti, namun ada pula hal-hal yang tidak dapat dituruti. Biarkan dia menangis dan jangan segan apabila anak perlu dimarahi (Amsal 29:17; 22:6). Yang penting anak mengetahui bahwa ia dimarahi karena dikasihi, bukan karena dibenci.
Lebih lanjut, melatih kecerdasan anak bisa dengan bermain, bisa memakai alat-alat keterampilan yang dapat diperoleh di toko-toko buku dan lain-lain.
Demikian tanggapan yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan dapat menolong Bapak dalam menghadapi anak.
Salam: Pengasuh Program Telaga
JUDUL TELAGA TERBARU 2015
T461A Pikat Dan Jerat Game
T461B Solusi Kecanduan Game
T462A Menanggapi Perasaan Dalam Komunikasi
T462B Berdamai Dengan Perasaan
T463A Menjadi Konselor Yang Efektif (I)
T463B Menjadi Konselor Yang Efektif (II)
T464A Tatkala Divonis Terminal
T464B Mendampingi Disaat Akhir
T465A Mengapa Anak Memberontak?
T465B Gagal Mendisiplin Anak
T466A Hidup Dalam Realitas
T466B Hidup Dalam Kejujuran
T467A Ditipu Orang, Dililit Utang
T467B Hikmat Membagi Warisan
T468A Misteri Kesembuhan
T468B Pergumulan Melewati Tragedi
T469A Mengapa Sulit Berkomunikasi?
T469B Mengapa Sulit Mengaku Salah?
T470A Masalah Anak Setelah Dewasa
T470B Tantangan Merawat Orangtua
Judul-judul tersebut tersedia dalam bentuk CD Audio.
Khusus rekaman:
T465A Mengapa Anak Memberontak?
T465B Gagal Mendisiplin Anak
T466A Hidup Dalam Realitas
T466B Hidup Dalam Kejujuran
Juga tersedia dalam bentuk Video CD (DVD)
Yang bisa dipesan di Sekretariat Telaga
- 5352 kali dibaca