Tetap Orang Tua Walau Sudah Tua( I )

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T533A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Pada waktu anak masih kecil, kita membuat rencana untuknya dan untuk diri kita namun tidak selalu rencana dan angan-angan itu menjadi kenyataan. Beberapa masalah yang timbul setelah anak menjadi dewasa adalah pilihan studi dan karier, pilihan pasangan hidup, pilihan iman kepercayaan, pilihan gaya hidup dan nilai moral, relasi dengan menantu dan besan. Berserahlah pada keputusan Tuhan. Biarlah Ia menentukan hidup anak kita. Tugas kita membesarkan anak sesuai jalan Tuhan.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Masalah anak tidak berhenti sewaktu mereka akil balig; tidak jarang, justru setelah anak dewasa barulah masalah muncul. Berikut akan dibahas beberapa masalah yang timbul setelah anak dewasa.

  1. PILIHAN STUDI DAN KARIER.
    Kadang anak memilih jurusan studi dan karier yang kita lihat keliru karena tidak pas dengan dirinya. Masalahnya adalah, anak tidak bersedia menerima nasihat yang kita berikan. Apakah yang mesti kita perbuat? Berikanlah pengarahan supaya anak menyadari plus-minus pilihan itu, kemudian serahkan keputusan akhir kepada anak. Walau kita tahu anak mengambil pilihan jurusan dan karier yang salah, kita tidak dapat berbuat banyak. Makin kita menyuarakan ketidaksetujuan, makin anak bersikukuh. Jadi, lebih baik biarkan setelah kita memberikannya saran.
  2. PILIHAN PASANGAN HIDUP.
    Masalah ini peka karena DAMPAK komentar kita yang negatif dan tidak mendukung bisa berujung panjang, baik pada pernikahannya maupun relasi kita dengan menantu. Jadi, apakah yang mesti kita perbuat bila kita tidak menyetujui relasinya? Pada prinsipnya lebih baik jelas daripada mengambang, dalam pengertian, jika kita tidak setuju, katakanlah tidak setuju, daripada memberi kesan setuju tetapi sebenarnya tidak. Terpenting adalah obyektif dan alkitabiah. Berikut dipaparkan berapa contoh dasar ketidaksetujuan:
    • Karakter atau perangai yang buruk
    • Kebiasaan hidup yang buruk
    • Latar belakang keluarga yang buruk
    • Relasi dengan orang yang buruk
    • Percekcokan yang tiada akhir
    • Iman yang berbeda/tidak beriman
  3. PILIHAN IMAN KEPERCAYAAN.
    Sewaktu anak kecil, anak mengikuti keputusan kita tetapi setelah dewasa, belum tentu ia bersedia memeluk iman kepercayaan kita. Jika itu yang terjadi, sedapatnya kita melakukan beberapa hal berikut ini:
    • Ajaklah ia untuk berdialog. Dengarkanlah dasar penolakannya dan akuilah kesalahan bila itu memang terjadi
    • Bila anak memutuskan meninggalkan iman, tetap pelihara relasi dan tunjukkan kasih, tanpa mengkompromikan batas.
  4. PILIHAN GAYA HIDUP DAN NILAI MORAL.
    Sudah tentu bila anak memilih gaya hidup yang sarat dengan dosa, kita mesti mengambil sikap yang jelas lewat langkah berikut ini:
    • Kita tidak boleh bersikap plin-plan: tidak menyetujui tetapi menikmati buahnya
    • Kita mesti membatasi dan mengubah relasi; kita tidak lagi seakrab dulu.
    • Kita tidak menutupi perbuatannya, apalagi membelanya.
  5. RELASI KITA DENGAN MENANTU DAN BESAN.
    Bila itu yang terjadi, lakukanlah beberapa hal berikut ini:
    • Introspeksi diri. Jika ada dosa atau kesalahan pada diri kita, akuilah di hadapan menantu atau besan dan mintalah maaf kepadanya. Kita mesti melakukan bagian kita—meminta maaf, mengambil inisiatif, memberi maaf—kemudian menyerahkan selebihnya kepada Tuhan.
    • Kedua, bila kesalahan ada pada menantu atau besan, jangan menegurnya secara langsung. Bicarakanlah dengan anak, kemudian serahkan masalah itu kepada anak. Anak dalam posisi terjepit; jika kita menekannya, ia bertambah stres. Jadi, tunjukkan pengertian kepada anak.

Firman Tuhan mengingatkan di Amsal 19:21, "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." Sewaktu anak kecil, kita membuat rencana untuknya dan untuk diri kita pula, tetapi tidak selalu rencana atau angan-angan itu menjadi kenyataan. Rencana Tuhanlah yang akan terlaksana. Jadi, senantiasa berserahlah kepada keputusan Tuhan. Tugas kita adalah membesarkan anak sesuai jalan Tuhan. Biarlah Ia menentukan hidup anak kita.