Pergumulan Iman Remaja

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T336B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Sebagaimana orang dewasa kita mesti berhadapan dengan banyak hal yang dapat mengguncang iman kepercayaan kita. Demikian pula anak—terutama anak remaja. Di sini akan dipaparkan hal-hal apa saja yang kerap menjadi pergumulan bagi remaja untuk memeluk iman kepercayaan kita dan bagaimanakah seharusnya kita menyiasatinya.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Sebagaimana orang dewasa kita mesti berhadapan dengan banyak hal yang dapat mengguncang iman kepercayaan kita. Demikian pula anak—terutama anak remaja. Berikut akan dipaparkan hal-hal apa saja yang kerap menjadi pergumulan bagi remaja untuk memeluk iman kepercayaan kita dan bagaimanakah seharusnya kita menyiasatinya.

1.       KETIDAKKONSISTENAN ANTARA PERBUATAN DAN PENGAKUAN IMAN KITA, SEBAGAI ORANG TUA.
Di antara semua faktor yang menjadi penyebab timbulnya pergumulan iman anak, mungkin inilah yang paling berat. Sewaktu anak melihat bahwa apa yang diajarkan tidak sama dengan apa yang dihidupi hari lepas hari, keinginan anak untuk memeluk iman kepercayaan kita pupus. Akhirnya anak melihat kita sebagai orang yang munafik dan sebagai reaksi terhadap kemunafikan kita, bukan saja ia menolak kita, ia pun menolak iman kepercayaan, yang telah dijadikan dasar atau panduan hidup kita. Besar kemungkinan anak akan berkesimpulan, kalau itulah hasil dari iman kristiani, saya tidak ingin menjadi orang Kristen.

Itu sebabnya penting bagi kita untuk hidup sesuai dengan pengakuan iman kita. Anak tidak mengharapkan kesempurnaan; anak hanya mengharapkan kejujuran atau keotentikan. Ingat, kehidupan yang benar dan kudus adalah kehidupan yang memiliki daya tarik tersendiri.

2.       KETIDAKKONSISTENAN ANTARA KEHIDUPAN DAN PENGAKUAN IMAN ORANG KRISTEN.
Mungkin ini adalah penyebab terbesar kedua mengapa anak remaja tidak mau memeluk iman kristiani kita. Terlalu sering kita mendengar berita buruk tentang orang-orang yang terlibat dalam pelayanan. Sebagai orang dewasa mungkin kita lebih dapat memahami mengapa semua ini terjadi dan memisahkan semua ini dari Tuhan kita Yesus Kristus. Namun tidak demikian dengan remaja. Ia cenderung berontak dan tawar hati melihat ketidakkonsistenan hidup orang Kristen. Bila inilah yang terjadi, sebaiknya kita tidak menanggapi anak dengan cara "membela" ketidakkonsistenan hidup itu. Jangan mengatakan bahwa semua tidak sempurna dan semua orang berdosa dan seharusnyalah kita menerima fakta itu. Sebaliknya, justru katakan kepadanya bahwa ya, inilah kenyataannya—bahwa di dunia ada banyak orang yang hidup tidak sesuai dengan iman kepercayaannya. Katakan kepadanya bahwa kita pun kadang dibuat kecewa melihat perilaku orang Kristen yang tidak mencerminkan Tuhan kita Yesus Kristus. Dan ingatkan bahwa di tengah kerumunan orang yang hidup tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, masih ada yang berusaha hidup benar. Masih ada orang yang tulus dan masih ada orang yang sungguh mencintai Tuhan kita Yesus Kristus.

3.       KETIDAKKONSISTENAN ANTARA AJARAN ALKITAB DAN FAKTA KEHIDUPAN.
Remaja berada di tahap di mana ia dapat melihat dan mengevaluasi dengan kritis ajaran Firman Tuhan. Sebagaimana lazimnya kita, remaja pun menggunakan fakta kehidupan sebagai lensa atau alat ukur untuk membuktikan kebenaran Firman Tuhan. Salah satu hal yang umum diangkat remaja adalah Tuhan tidak menjawab doa sebagaimana yang diharapkan. Bila ini terjadi pada anak remaja kita, langkah terbaik adalah mengakui bahwa kita pun tidak mengetahui jawaban terhadap pertanyaannya. Setelah itu tunjukkan bahwa bukan saja dia, tokoh-tokoh di Alkitab pun bergumul dengan hal yang sama. Sebagai contoh, Abraham akhirnya setuju menikah dengan Hagar oleh karena untuk waktu yang lama ia tidak melihat pemenuhan janji Tuhan—bahwa ia akan dikaruniakan keturunan.

4.       KETIDAKKONSISTENAN ANTARA AJARAN ALKITAB DAN TEMUAN ILMIAH.
Kendati tidak seberat faktor lainnya, ini tetap menjadi salah satu hal yang kadang menghalangi remaja untuk percaya bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan. Namun masalah sesungguhnya bukanlah pada Alkitab atau sains itu sendiri. Acapkali sumber masalah sebenarnya terletak pada penafsiran yang keliru pada Alkitab atau kesalahpahaman kita terhadap sains. Sebagai contoh, kadang timbul perdebatan tentang usia alam semesta dan bagaimanakah terjadinya alam semesta beserta semua isinya. Berdasarkan Kejadian 1, kita berkesimpulan bahwa semua diciptakan Tuhan dalam waktu enam hari dan berdasarkan penghitungan harfiah, usia alam semesta berada di bawah 10 ribu tahun. Temuan sains memerlihatkan bahwa alam semesta jauh lebih tua, bukan ribuan tahun, melainkan bermilyaran tahun dan bahwa semua terjadi secara perlahan melewati proses. Bila anak remaja kita mengalami pergumulan ini, kita bisa mencoba menjelaskannya sendiri atau kita dapat merujuknya pada sejumlah buku yang ditulis oleh para ilmuwan Kristen tentang penciptaan, misalkan buku yang ditulis oleh Dr. Francis Collins atau Dr. Hugh Ross. Janganlah kita menjawabnya dengan tanggapan yang mematikan rasa ingin tahunya.