TELAGA
Dipublikasikan pada TELAGA (https://telaga.org)

Depan > Pergumulan Iman Remaja

Pergumulan Iman Remaja

Kode Kaset: 
T336B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Sebagaimana orang dewasa kita mesti berhadapan dengan banyak hal yang dapat mengguncang iman kepercayaan kita. Demikian pula anak—terutama anak remaja. Di sini akan dipaparkan hal-hal apa saja yang kerap menjadi pergumulan bagi remaja untuk memeluk iman kepercayaan kita dan bagaimanakah seharusnya kita menyiasatinya.
Audio
MP3: 
3.4MB [1]
Play Audio: 
Your browser does not support the audio element.
Transkrip

 

Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali ini saya bersama Ibu Dientje Laluyan, kami akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Pergumulan Iman Remaja". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

 

GS : Pak Paul, pada kesempatan yang lalu kita bicarakan bahwa iman tidak bisa diwariskan oleh orang tua tetapi itu adalah anugerah Tuhan kepada anak-anak kita. Tatkala anak-anak ini beriman itu pun banyak gejolak terjadi di dalam dirinya sehingga kita sebagai orang tua mendapat pertanyaan-pertanyaan yang bagi kita aneh-aneh, sehingga kita juga merasa kesulitan untuk menjawabnya. Kalau pun tidak dijawab maka anak akan merasa kecewa sehingga di sana terlihat ada suatu pergumulan, bagaimana kita menyikapi hal ini, Pak Paul ?

PG : Kita mendasari pembahasan kita yang lampau atas firman Tuhan di Ulangan 6:6 [2] yang meminta kita untuk memerhatikan apa yang Tuhan telah ajarkan kepada kita dan kita diminta Tuhan untuk mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anak kita. Dari situ kita belajar bahwa tugas kita adalah mengajarkan tetapi kita tidak bisa memastikan atau mewariskannya sehingga anak itu akan menerimanya dengan begitu saja. Dalam prosesnya memang kadang-kadang usaha ini terhambat, kenapa terhambat sebab ada kendala-kendala terjadi yang membuat anak akhirnya berubah pikiran atau tawar hati sebab sekali lagi seorang guru waktu mengajarkan sesuatu dia bukan saja harus mengajarkan sesuatu yang benar dan baik sehingga mudah dan dapat diterima oleh muridnya tetapi dia juga harus menjadi seorang guru yang baik, contoh yang baik, memunyai kehidupan yang baik juga sehingga apa yang diajarkannya barulah nanti lebih gampang diterima oleh murid-muridnya. Demikian pula dalam keluarga kalau anak hanya mendengarkan orang tua mengajarkannya tetapi nanti anak tidak melihat dukungan-dukungan langsung dalam kehidupan orang tua akhirnya anak mengalami kesulitan untuk menerima. Jadi inilah kendala pertama yang seringkali harus diperhatikan oleh orang tua, jangan sampai kehidupan orang tua tidak konsisten dengan pengakuan imannya sebab kalau anak melihat yang dihidupi tidak sama dengan yang diajarkan akhirnya anak melihat kita munafik, hanya bisanya bicara dan mengajarkan tetapi sendiri tidak bisa menghidupinya.

GS : Contohnya seperti apa, Pak Paul ?

PG : Misalnya Pak Gunawan, kita terus berkata bahwa kita ini orang Kristen haruslah pengampun, tidak boleh menyimpan dendam tetapi terus kita cerita tentang perbuatan seseorang kepada kita dan kita berkata kita tidak akan mengampuni orang itu, kita akan tetap mengingat kesalahannya. Anak mengingat mama atau papa mengapa mengajarkan kami bahwa Tuhan itu pengampun tetapi papa mama sendiri tidak bisa mengampuni orang. Atau misalnya kehidupan kita kurang berintegritas, misalnya kita berhutang ke sana ke sini akhirnya dikejar dari mana-mana tetapi kita pun melayani Tuhan, hari Minggu tampil begitu bersih dan kudus, tetapi hari-hari lain kita tidak bertanggungjawab dalam keuangan sehingga membuat anak-anak hidupnya malu dan tertekan. Anak-anak akan berkata mengapa kehidupan papa mama seperti ini, tidak sesuai antara apa yang dilakukan dengan apa yang dikatakan.

GS : Apalagi kalau itu mengenai anak itu sendiri, misalnya tadi yang Pak Paul katakan mengenai mengampuni tetapi orang tua ini tidak bisa mengampuni kesalahan anak-anaknya selalu mengulang-ulang, mengungkit-ungkit kesalahan itu akan lebih berbekas dalam diri anak.

PG : Misalnya orang tua mengajarkan tentang Tuhan, tetapi jika sedang marah benar-benar melumat si anak, menyakiti hati anak begitu dalam sehingga anak akan berkata, "Buat apa berbicara tentang Tuhan kalau mulut papa atau mama begitu jahat" akhirnya anak makin mau menjauh.

GS : Mungkin itu yang menjadi alasan mengapa orang tua justru menghindar untuk mengajarkan kebenaran firman Tuhan kepada anak-anaknya, kuatir dituntut untuk memberi contoh ini, Pak Paul.

PG : Itu salah satu penyebab kenapa kita enggan karena kita takut kita tidak bisa hidup sesuai dengan apa yang kita ajarkan, tetapi ini yang penting Pak Gunawan, anak itu sebetulnya tidak mengharapkan kesempurnaan. Anak hanya mengharapkan kejujuran atau keotentikan. Ketika kita bersikap seolah-olah kita sempurna sewaktu mengajarkan tentang Tuhan tetapi dalam hidup kita tidak seperti itu, anak menjadi tawar hati. Sebagai orang tua kita mesti berhati-hati, jangan menempatkan diri sebagai orang yang supersuci sebaliknya bagikanlah pergumulan pribadi menjalankan perintah Tuhan bahwa kita tidak selalu berhasil, kita kadang juga tersandung jadi anak waktu melihat mengatakan, "Ya papa mama otentik, memang mengajarkan tentang Tuhan dan bagaimana hidup sesuai dengan kehendak Tuhan tetapi juga mengakui kegagalannya, dan juga menunjukkan usaha untuk bangkit kembali. Nah itulah pengajaran riil yang dibutuhkan oleh anak.

DL : Tapi ada orang tua yang mengatakan kalau kita mengaku di hadapan anak makin tidak ada harganya kita, berarti kita harus terbuka.

PG : Kita mesti bijaksana dalam pengertian seberapa mendetail kita harus cerita atau apakah kita akan menceritakan kegagalan kita yang nantinya mungkin membuat anak berkata, "Kalau papa mama seperti itu saya juga boleh begitu", jadi harus hati-hati sebagai contoh, misalkan ada orang tua yang menikah karena kehamilan, si wanita sudah terlanjur hamil akibat pergaulan mereka dan dinikahkan. Mungkin orang tua ini setelah memunyai anak yang mulai besar, merasa hal ini menjadi noda hitam dalam hidup saya. Perlu atau tidak cerita kepada anak tentang hal ini, nah saya sarankan tidak harus langsung menceritakannya kalau memang tidak perlu, tetapi misalkan anak melihat tanggal pernikahan orang tuanya dan tanggal kelahirannya serta melihat antara tanggal pernikahan dan tanggal kelahirannya hanya ada jarak 5 bulan, apakah saya dikandung hanya dalam waktu 5 bulan, tidak mungkin ! Waktu anak melihat hal itu dan bertanya, penting orang tua jujur dan berkata apa adanya, "Kami jatuh dalam dosa, kami gagal menjaga kekudusan dan kami selalu mengingat itu dengan penyesalan dan kami berharap kalian tidak mengulang kesalahan papa mama dulu", jadi silakan mengakui jangan kita menutupinya. Atau misalnya kita melihat anak kita mulai bergaul dengan bebas dan kita mulai khawatir, ada baiknya dalam kondisi seperti itu kita juga berkata apa adanya kepada anak kita. "Nak, jangan ya. Kenapa jangan ? Karena kami ini contoh, kami pernah jatuh dan kami sangat menyesalinya kalau kami bisa menghapusnya dari kehidupan kami, kami mau tetapi tidak pernah ada penghapus yang bisa menghapuskan noda itu dalam hidup kami, jadi jangan melakukan itu". Pada waktu anak mendengar kata-kata seperti ini, itu pesannya jauh lebih bisa diterima. Kekudusan adalah hal yang penting, tetapi papa mama juga bukan orang yang sempurna dan tidak menempatkan diri seperti orang munafik. Kesemuanya itu menjadi pas sehingga anak bisa menerima dengan baik.

GS : Faktor lain yang membuat remaja hidup dalam pergumulan imannya apa, Pak Paul ?

PG : Yang berikut adalah kalau remaja melihat ketidakkonsistenan antara kehidupan dan pengakuan iman orang Kristen pada umumnya, jadi bukan lagi orang tua. Mungkin saya kira ini penyebab kedua terbesar kenapa anak remaja kita ada yang menolak iman kristiani. Kita sendiri terlalu sering mendengar berita buruk tentang orang yang terlibat dalam pelayanan, harus kita akui itu. Mungkin sebagai orang dewasa kita masih bisa mengerti, manusia tidak sempurna bisa jatuh dalam dosa dan sebagainya. Tetapi anak-anak pada usia remaja tidak bisa menerima hal itu, ia akan memberontak dan menjadi tawar hati, mungkin akhirnya ia berkata, "Ya saya tidak mau menjadi orang Kristen, tidak mau menjadi orang yang hidupnya penuh dengan kemunafikan". Mungkin ia berkata, "Hidup saya lebih baik daripada hidup orang-orang ini", kalau ini terjadi respons kita memang harus tepat, kita jangan membela ketidakkonsistenan hidup. Kadang-kadang itu yang kita lakukan, kita berkata, "Sudahlah kamu harus terima, manusia semuanya berdosa tidak ada yang sempurna dan sebagainya". Kalau kita berkata begitu, anak mungkin berkata dalam hatinya, "Ia benar semua berdosa, kenapa saya harus hidup kudus, semua berdosa kalau begitu sekalian saja". Jangan sampai kita membela, justru kita harus berkata kepada anak kita, "Ya betul ini kenyataannya bahwa di dunia ada banyak orang yang hidup tidak sesuai dengan iman kepercayaannya". Katakan kepadanya bahwa kita pun kadang dibuat kecewa melihat perilaku orang Kristen yang tidak mencerminkan kehidupan Tuhan kita Yesus Kristus namun kita ingatkan kepada anak bahwa di tengah-tengah banyaknya orang yang hidup tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, masih ada yang hidup benar, masih ada orang yang tulus, masih ada orang yang sungguh mencintai Tuhan kita Yesus Kristus.

GS : Mungkin menceritakan kisah-kisah nyata dari tokoh-tokoh atau orang-orang tertentu yang hidupnya benar dan dipakai oleh Tuhan, itu penting sekali bagi remaja, Pak Paul, karena remaja sering mengidolakan seseorang, ada teladan walaupun bukan orang tuanya sendiri, tetapi orang lain.

PG : Betul, bisa itu tokoh yang terkenal dari buku tapi bisa juga orang yang kita kenal dan kita gunakan sebagai contoh yang mungkin pernah saya juga utarakan dalam acara ini bahwa seorang teman saya pernah berkata, "Di dunia yang paling jujur adalah papa saya" sebab dia bercerita papanya sebagai ‘salesman’ disuruh menjual produk tetapi harus berbohong tentang produk itu, papanya menolak dan karena menolak diberhentikan dari pekerjaannya. Hal itu meninggalkan kesan yang sangat kuat pada si anak.

GS : Pak Paul, dalam hal ketidakkonsistenan antara hidup dan pengakuan, ini bisa terjadi pada semua orang termasuk dalam diri anak remaja itu sendiri, bagaimana hal ini bisa kita jelaskan kepada mereka, kalau pun itu terjadi mereka tidak perlu mundur dari imannya, bisa mengakui di hadapan Tuhan dan Tuhan akan mengampuni.

PG : Jadi kita bisa mengajarkan kepada anak-anak bahwa Tuhan memang mengijinkan kita untuk berhadapan dengan ujian, karena ujian itu mendorong kita untuk lebih kuat, tetapi dalam prosesnya adakalanya kita tersandung. Tidak selalu kita berhasil melewati ujian itu, misalnya kita beri contoh kepada anak kita, "Kamu sudah mengetahui bahwa jangan sampai kamu membalas kalau orang itu berbuat hal yang tidak baik kepadamu". Kalau misalnya benar-benar terjadi di sekolah ada orang yang berbuat tidak baik kepada anak kita dan karena emosi dia marah dan langsung memukul anak itu. Inilah kesempatan kita berkata kepada anak kita, "Ya, kamu gagal saat itu karena kamu emosional. Ini artinya apa, artinya Tuhan akan mengajar kamu lain kali untuk bisa mengalahkan, untuk bisa memenangkan pergumulan ini". Kegagalan sebetulnya adalah sebuah peringatan bahwa Tuhan akan menghadirkan situasi yang serupa lain kali dan Tuhan akan mengharapkan lain kali itu kita menang, meskipun sekarang kita kalah.

GS : Faktor yang lain apa, Pak Paul, yang membuat remaja bergumul didalam imannya ?

PG : Yang lain adalah ketidakkonsistenan antara ajaran Alkitab dan fakta kehidupan. Remaja berada di tahap dimana dia bisa mengevaluasi dengan kritis ajaran firman Tuhan. Sebagaimana lazimnya kita pun, remaja akan menggunakan fakta kehidupan sebagai lensa atau alat ukur untuk membuktikan kebenaran firman Tuhan. Salah satu hal yang sering diangkat oleh remaja tentang "Mengapa Tuhan tidak menjawab doa seperti yang diharapkan ?" Hal ini bisa terkait dengan banyak hal misalnya musibah yang menimpa orang percaya, bencana alam di dunia atau kemiskinan. Semua ini memunyai kesamaan yaitu "Mengapa Tuhan tidak menjawab doa yang dipanjatkan ?" Pastilah orang-orang yang terkena musibah itu berdoa meminta Tuhan melindunginya dari marabahaya ini tetapi tetap tertimpa oleh semua ini, jadi kita harus mengakui bahwa Tuhan tidak selalu meluluskan permohonan doa kita. Ini yang sulit diterima oleh remaja, mungkin ia bisa mengerti mengapa Tuhan tidak meluluskan permohonan seorang penjahat yang mau merampok rumah orang, dia bisa mengerti hal itu tetapi dia tidak akan bisa mengerti mengapa Tuhan tidak meluluskan permohonan orang untuk sembuh dari sakit penyakit, salahnya apa dengan permintaan doa seperti itu ? Dia tidak akan terima mungkin juga tidak bisa terima mengapa Tuhan tidak meluluskan permohonan seorang janda dengan tiga anak kecil supaya Tuhan tidak membiarkan suaminya meninggal dunia. Anak remaja akan berkata, "Apa salahnya dengan doa seperti itu dan mengapa tidak diluluskan. Bukankah Tuhan mengetahui mama akan kesulitan mengurus ketiga anaknya yang masih kecil". Akhirnya anak remaja meragukan kebenaran firman Tuhan yang mengatakan bahwa Tuhan itu penuh kasih dan rahmat, mungkin dia juga akan meragukan apakah Tuhan sungguh-sungguh mendengarkan doa. Dan akhirnya ada yang meragukan bahwa apakah Tuhan itu ada ?

DL : Karena mereka membandingkan dengan orang-orang yang hidup di luar Tuhan mengapa hidupnya kelimpahan lalu mereka melihat orang yang dekat Tuhan sakit-sakitan, mengalami masalah silih berganti jadi mereka merasa ragu lalu pikirannya negatif terus, "Ah, Tuhan tidak akan mendengar doa, oh tidak mungkin".

PG : Jadi akhirnya mereka melihat tidak konsisten, Alkitab mengajarkan Tuhan itu Pengasih Penyayang, Tuhan nanti akan membantu kita, menolong kita tetapi orang-orang ini meminta Tuhan menolong, tapi tidak ada pertolongan. Meminta Tuhan mencukupi tapi hidup mereka penuh dengan kekurangan, waktu anak-anak remaja melihat hal-hal seperti ini, besar kemungkinan akan mengalami goncangan iman.

DL : Saya pernah mengatakan kepada mereka, "Oh ini saatnya kalian merasa masih ada di bawah, hidup ini seperti bola berputar jadi pada satu saat kalian mengalami di bawah ada banyak kotoran, tapi pada suatu saat kalian merasa udara yang segar di atas, jadi nikmati saja. Pernah saya menasihati begitu kepada para remaja, tapi kadang-kadang ada yang sulit, mereka tetap dengan "negative thinking"nya.

PG : Jadi Ibu mencoba untuk mengajarkan kepada anak-anak bahwa inilah hidup. Hidup itu tidak sempurna dan hidup tidak berarti kita selalu berada di atas, kadang-kadang kita juga berada di bawah. Jadi kalau sampai terjadi pada anak remaja kita langkah terbaik adalah kita harus berkata jujur, kita pun tidak tahu jawabannya. Mengapa musibah ini menimpa si ini, si itu, tetapi setelah kita akui hal itu kita tunjukkan bahwa bukan hanya dia yang bertanya-tanya, sebab tokoh-tokoh di Alkitab pun bergumul dengan hal yang sama. Tidak semua hidupnya mulus, mereka kadang-kadang meragukan Tuhan, sebagai contoh misalnya di Alkitab tercatat bahwa Abraham akhirnya setuju menikah dengan Hagar karena untuk waktu yang lama dia tidak melihat pemenuhan janji Tuhan, tidak ada keturunan yang Tuhan berikan kepadanya lewat istrinya Sarah. Dalam Mazmur 44 [3] dicatat juga pergumulan pemazmur yang tidak melihat pertolongan Tuhan, dia membandingkan kondisinya sekarang dengan apa yang diketahuinya tentang Tuhan di masa lampau. Kemudian dia menemukan ketidakcocokan, di masa lampau Tuhan menolong umat-Nya tapi sekarang kami susah. Di Yeremia 15 [4] kita juga bisa membaca pergumulan nabi Yeremia yang berharap-harap dia tidak pernah dilahirkan sama sekali, mengapa ? Dia kesal hidupnya penuh dengan derita karena melihat Tuhan lambat bertindak dan membiarkannya menderita, jadi inilah contoh-contoh yang bisa kita sajikan kepada anak-anak kita bahwa di Alkitab pun tercatat anak-anak Tuhan bergumul karena tidak selalu melihat kekonsistenan antara apa yang mereka pegang sebagai janji Tuhan dan kehidupan itu sendiri.

GS : Sebagai orang tua yang mengetahui lebih dahulu bahwa itulah pergumulan hidup orang beriman, bahwa ada ketidakcocokan dengan kehendak hati kita dan sebagainya. Bukankah lebih baik berbicara kepada anak-anak itu tatkala mereka masih belum masuk dalam pergumulan itu, jadi "kamu akan menghadapi seperti ini, seperti ini dan Tuhan itu tetap setia".

PG : Itu gagasan yang baik sekali, Pak Gunawan. Jadi jauh-jauh hari sebelum dia mengalami hal seperti itu kita sudah mengatakan, "Inilah kenyataannya" tapi justru lewat semua ini, waktu kita bergumul, janji Tuhan dan kenyataan hidup tidak sama. Dari pergumulan inilah akan muncul iman pada kasih setia Tuhan yang tidak berkesudahan, sebab lewat semuanya ini pada akhirnya kita tetap akan melihat kasih setia Tuhan. Ini sudah pasti, mungkin kita tidak melihat apa yang kita inginkan terjadi, tapi kita akan melihat kasih setia Tuhan.

GS : Apakah masih ada faktor yang lain, Pak Paul ?

PG : Yang terakhir adalah remaja itu kadang-kadang bisa bingung dan bisa bergumul dengan imannya waktu dia melihat ketidakkonsistenan antara ajaran Alkitab dengan temuan ilmiah. Meskipun tidak seberat faktor lainnya, ini tetap menjadi salah satu hal yang kadang menghalangi remaja percaya bahwa Alkitab adalah firman Tuhan. Sebetulnya masalahnya seringkali bukan pada Alkitab atau sains, acapkali masalahnya terletak pada penafsiran yang kurang tepat terhadap Alkitab atau kesalahpahaman kita sendiri terhadap sains. Coba saya berikan contoh, kadang kita mendebatkan usia alam semesta dan bagaimanakah terjadinya alam semesta beserta semua isinya. Berdasarkan Kejadian pasal 1 [5] kita berkesimpulan bahwa semua diciptakan Tuhan dalam waktu 6 hari dan berdasarkan perhitungan harfiah, usia alam semesta kalau kita memang runut dari Kejadian pasal 1 berada di bawah kisaran 10.000 tahun tapi temuan sains memperlihatkan bahwa alam semesta jauh lebih tua bahkan bukan hanya ribuan tahun melainkan bermilyar tahun dan semua terjadi secara perlahan melewati proses. Sebetulnya bagaimana kita mendamaikan dua hal ini ? Anak remaja mulai bertanya-tanya, mengapa bisa berbeda ? Katanya enam hari tapi temuan sains memperlihatkan semua itu terjadi lewat proses yang sangat panjang sekali, tidak begitu cepat. Kita bisa berkata pada anak kita bahwa sebetulnya Alkitab hanya menyatakan bahwa Allah adalah Pencipta alam semesta beserta semua isinya. Itulah memang yang ingin dikatakan oleh firman Tuhan, Dia Pencipta. Tentang bagaimanakah secara konkretnya terjadi semua itu memang Alkitab tidak mencatatnya karena Alkitab bukanlah sebuah buku sains. Kendati ada penyebutan hari pertama, hari kedua dan seterusnya di Kitab Kejadian dan kendati istilah hari yang digunakan dalam Kejadian pasal 1 adalah istilah hari dalam hitungan waktu 24 jam, namun sesungguhnya istilah hari dapat pula dipakai secara simbolis untuk menunjuk pada kurun atau masa, bahwa hari pertama Tuhan menciptakan terang. Itu tidak berarti satu hari yang kita mengerti 24 jam, tapi bisa jadi suatu masa yang sangat panjang. Waktu kita menjelaskan kepada anak-anak remaja seperti ini, anak remaja akan lebih bisa menerimanya atau kalau memang mereka masih ingin mengetahuinya lagi kita bisa merujuk pada buku-buku yang ditulis oleh para ilmuwan Kristen seperti oleh Dr. Francis Collins yang sekarang menjadi Kepala Department of Health Services di Amerika Serikat atau Dr. Hugh Ross, seorang astronomer, seorang astrophysicist yang dulu berkiprah di Caltex di Pasadena, California. Orang-orang yang sangat cerdas dan seorang ilmuwan tapi mereka tetap bisa memeluk iman kepercayaan kristianinya.

GS : Memang seringkali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para remaja disamping keingintahuannya yang besar, juga didorong oleh ingin mencoba, ingin tahu jawaban orang tuanya. Di sini orang tua harus betul-betul bijak, berhikmat dalam menjawab. Karena kalau jawaban kita atau kita tidak mau menjawab sama sekali, itu akan mengecewakan dia dan menganggap bahwa Alkitab ini hanya dongeng saja, Pak Paul.

PG : Kalau kita terlalu merohanikan dalam pengertian kita berkata, "Ya ini semuanya sudah tertulis seperti ini, kalau kamu tidak percaya berarti kamu tidak menghormati Tuhan, kamu melawan Tuhan dan sebagainya", anak remaja menjadi susah berdialog dengan kita sebab sesungguhnya dia sedang menanyakan sesuatu yang penting untuk dia, dia tidak mengerti. Jadi kita berhutang penjelasan kepada anak-anak remaja juga.

GS : Kita harus berani jujur mengatakan kalau memang tidak tahu ya tidak tahu, tapi yang menjadi kesulitan kadang-kadang ketika anak remaja berada di sekolah atau di gereja lain mengikuti temannya, yang didengarnya justru yang keliru penafsirannya, Pak Paul, sehingga orang tua di rumah merasa kewalahan karena anak lebih percaya kepada guru daripada kepada orang tua atau percaya kepada pendeta. "Itu pendeta, papa ‘kan bukan pendeta". Bisa begitu, Pak Paul.

PG : Kalau kita memang tidak begitu yakin, kita sendiri bisa membaca lebih banyak lagi mencari tahu sehingga kita lebih mengerti, tapi misalnya kita tidak bisa menjawab juga coba kita carikan kesempatan agar dia bisa berbicara dengan seseorang yang mungkin lebih bisa menjawabnya atau rujukkan dia kepada buku-buku yang bisa dibacanya juga.

DL : Supaya dia tidak merasa kecewa.

PG : Betul, dan dia tidak merasa kita begitu sempit cara berpikirnya sehingga akhirnya dia mengaitkan "Aduh, orang Kristen berpikiran sangat sempit sekali" akhirnya mereka berkata, "Saya tidak mau menjadi orang Kristen karena seperti itu" padahal yang keliru bukan firman Tuhan tetapi cara kita mengertinya.

DL : Jadi orang tua harus sangat bijaksana terhadap anak-anak remaja masa kini.

PG : Betul karena memang beda dulu dengan sekarang pendidikan dan sebagainya sudah sangat berbeda, sudah sangat maju. Temuan-temuan sains sekarang benar-benar dapat diakses oleh anak dalam waktu 1 detik, mereka tinggal masuk ke internet, bisa mencari semua data itu. Berbeda dengan kita dulu, kita menerima apa yang diajarkan tapi mereka sekarang bisa mengecek ulang. Inilah waktunya kita berdialog dengan anak-anak.

GS : Tugas orang tua adalah bagaimana menjaga anak ini supaya seimbang antara akalnya dengan imannya, begitu Pak Paul.

PG : Betul sekali.

GS : Sehubungan dengan hal ini apakah ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul bacakan ?

PG : Saya akan bacakan dari Kitab Ibrani 12:2 [6], "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju pada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah". Jadi indah sekali firman Tuhan yang berkata, "Marilah kita lakukan dengan mata yang tertuju kepada Yesus yang memimpin kita dalam iman". Jadi Yesuslah yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita kepada kesempurnaan. Jadi siapa yang membawa ? Yesus juga, jadi kita selalu berdoa agar Tuhan Yesus membawa iman anak-anak kita kepada kesempurnaan sehingga menjadi iman yang matang.

GS : Terima kasih Pak Paul, untuk perbincangan ini dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Pergumulan Iman Remaja". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org [7] kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org [8]. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.

Ringkasan

Sebagaimana orang dewasa kita mesti berhadapan dengan banyak hal yang dapat mengguncang iman kepercayaan kita. Demikian pula anak—terutama anak remaja. Berikut akan dipaparkan hal-hal apa saja yang kerap menjadi pergumulan bagi remaja untuk memeluk iman kepercayaan kita dan bagaimanakah seharusnya kita menyiasatinya.

1.       KETIDAKKONSISTENAN ANTARA PERBUATAN DAN PENGAKUAN IMAN KITA, SEBAGAI ORANG TUA.
Di antara semua faktor yang menjadi penyebab timbulnya pergumulan iman anak, mungkin inilah yang paling berat. Sewaktu anak melihat bahwa apa yang diajarkan tidak sama dengan apa yang dihidupi hari lepas hari, keinginan anak untuk memeluk iman kepercayaan kita pupus. Akhirnya anak melihat kita sebagai orang yang munafik dan sebagai reaksi terhadap kemunafikan kita, bukan saja ia menolak kita, ia pun menolak iman kepercayaan, yang telah dijadikan dasar atau panduan hidup kita. Besar kemungkinan anak akan berkesimpulan, kalau itulah hasil dari iman kristiani, saya tidak ingin menjadi orang Kristen.

Itu sebabnya penting bagi kita untuk hidup sesuai dengan pengakuan iman kita. Anak tidak mengharapkan kesempurnaan; anak hanya mengharapkan kejujuran atau keotentikan. Ingat, kehidupan yang benar dan kudus adalah kehidupan yang memiliki daya tarik tersendiri.

2.       KETIDAKKONSISTENAN ANTARA KEHIDUPAN DAN PENGAKUAN IMAN ORANG KRISTEN.
Mungkin ini adalah penyebab terbesar kedua mengapa anak remaja tidak mau memeluk iman kristiani kita. Terlalu sering kita mendengar berita buruk tentang orang-orang yang terlibat dalam pelayanan. Sebagai orang dewasa mungkin kita lebih dapat memahami mengapa semua ini terjadi dan memisahkan semua ini dari Tuhan kita Yesus Kristus. Namun tidak demikian dengan remaja. Ia cenderung berontak dan tawar hati melihat ketidakkonsistenan hidup orang Kristen. Bila inilah yang terjadi, sebaiknya kita tidak menanggapi anak dengan cara "membela" ketidakkonsistenan hidup itu. Jangan mengatakan bahwa semua tidak sempurna dan semua orang berdosa dan seharusnyalah kita menerima fakta itu. Sebaliknya, justru katakan kepadanya bahwa ya, inilah kenyataannya—bahwa di dunia ada banyak orang yang hidup tidak sesuai dengan iman kepercayaannya. Katakan kepadanya bahwa kita pun kadang dibuat kecewa melihat perilaku orang Kristen yang tidak mencerminkan Tuhan kita Yesus Kristus. Dan ingatkan bahwa di tengah kerumunan orang yang hidup tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, masih ada yang berusaha hidup benar. Masih ada orang yang tulus dan masih ada orang yang sungguh mencintai Tuhan kita Yesus Kristus.

3.       KETIDAKKONSISTENAN ANTARA AJARAN ALKITAB DAN FAKTA KEHIDUPAN.
Remaja berada di tahap di mana ia dapat melihat dan mengevaluasi dengan kritis ajaran Firman Tuhan. Sebagaimana lazimnya kita, remaja pun menggunakan fakta kehidupan sebagai lensa atau alat ukur untuk membuktikan kebenaran Firman Tuhan. Salah satu hal yang umum diangkat remaja adalah Tuhan tidak menjawab doa sebagaimana yang diharapkan. Bila ini terjadi pada anak remaja kita, langkah terbaik adalah mengakui bahwa kita pun tidak mengetahui jawaban terhadap pertanyaannya. Setelah itu tunjukkan bahwa bukan saja dia, tokoh-tokoh di Alkitab pun bergumul dengan hal yang sama. Sebagai contoh, Abraham akhirnya setuju menikah dengan Hagar oleh karena untuk waktu yang lama ia tidak melihat pemenuhan janji Tuhan—bahwa ia akan dikaruniakan keturunan.

4.       KETIDAKKONSISTENAN ANTARA AJARAN ALKITAB DAN TEMUAN ILMIAH.
Kendati tidak seberat faktor lainnya, ini tetap menjadi salah satu hal yang kadang menghalangi remaja untuk percaya bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan. Namun masalah sesungguhnya bukanlah pada Alkitab atau sains itu sendiri. Acapkali sumber masalah sebenarnya terletak pada penafsiran yang keliru pada Alkitab atau kesalahpahaman kita terhadap sains. Sebagai contoh, kadang timbul perdebatan tentang usia alam semesta dan bagaimanakah terjadinya alam semesta beserta semua isinya. Berdasarkan Kejadian 1, kita berkesimpulan bahwa semua diciptakan Tuhan dalam waktu enam hari dan berdasarkan penghitungan harfiah, usia alam semesta berada di bawah 10 ribu tahun. Temuan sains memerlihatkan bahwa alam semesta jauh lebih tua, bukan ribuan tahun, melainkan bermilyaran tahun dan bahwa semua terjadi secara perlahan melewati proses. Bila anak remaja kita mengalami pergumulan ini, kita bisa mencoba menjelaskannya sendiri atau kita dapat merujuknya pada sejumlah buku yang ditulis oleh para ilmuwan Kristen tentang penciptaan, misalkan buku yang ditulis oleh Dr. Francis Collins atau Dr. Hugh Ross. Janganlah kita menjawabnya dengan tanggapan yang mematikan rasa ingin tahunya.

Pdt. Dr. Paul Gunadi [9]
Audio [10]
Remaja/Pemuda [11]
T336B [12]

URL sumber: https://telaga.org/audio/pergumulan_iman_remaja

Links
[1] http://media.sabda.org/telaga/mp3/T336B.MP3
[2] http://alkitab.sabda.org/?Ulangan+6:6
[3] http://alkitab.sabda.org/?Mazmur+44
[4] http://alkitab.sabda.org/?Yeremia+15
[5] http://alkitab.sabda.org/?Kejadian+1
[6] http://alkitab.sabda.org/?Ibrani+12:2
[7] mailto:telaga@telaga.org
[8] http://www.telaga.org
[9] https://telaga.org/nara_sumber/pdt_dr_paul_gunadi
[10] https://telaga.org/jenis_bahan/audio
[11] https://telaga.org/kategori/remaja_pemuda0
[12] https://telaga.org/kode_kaset/t336b