Kesengsaraan dan Karakter II

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T284B
Nara Sumber: 
Pdt.Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Tidak ada yang senang dengan kesusahan. Sedapatnya kita berupaya untuk menghindar dari kesusahan. Bagi kita kesusahan identik dengan kesengsaraan dan kesengsaraan identik dengan kemunduran yang berakhir dengan keputusasaan—sebuah cara pandang yang pesimistik dan negatif. Namun sebuah karakter yang dihasilkan kesengsaraan adalah karakter yang bergantung penuh pada Tuhan. Ada 6 hal yang akan diuraikan untuk proses pembentukan karakter yang melibatkan kesusahan dan kesengsaraan.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

"Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita karena kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita."

Roma 5:3-5

Tidak ada yang senang dengan kesusahan. Sedapatnya kita berupaya untuk menghindar dari kesusahan. Bagi kita kesusahan identik dengan kesengsaraan dan kesengsaraan identik dengan kemunduran yang berakhir dengan keputusasaan-sebuah cara pandang yang pesimistik dan negatif.

Ternyata Tuhan tidak melihat kesusahan dengan kacamata yang pesimistik dan negatif. Sebaliknya, sebagaimana dapat kita baca pada ayat-ayat ini, Tuhan memandang kesusahan dengan kacamata yang jauh lebih optimistik dan positif. Kesusahan bukanlah sesuatu yang seharusnya berada di luar kehidupan kita sebagai orang Kristen. Ternyata kesusahan merupakan bagian dari kehidupan kita bersama Tuhan. Memang kesusahan tetap akan membuahkan kesengsaraan namun kesengsaraan itu sendiri adalah bagian dari pembentukan Tuhan menjadikan kita anak-anak-Nya yang matang. Berikut akan diuraikan proses pembentukan karakter yang melibatkan kesusahan dan kesengsaraan.

  • Kesusahan dan kesengsaraan. Selama kita hidup di dalam dunia kita tidak bisa lepas dari kesusahan-hal buruk yang berasal dari luar diri kita yang datang menimpa hidup kita. Misalkan, tanpa diduga anak yang kita kasihi mengalami kecelakaan. Atau, pekerjaan yang kita andalkan akhirnya mengalami kebangkrutan dan tubuh yang tadinya sehat tiba-tiba menderita sakit terminal. Semua ini adalah contoh keseharian dari kesusahan yang dapat kapan saja menimpa kita.
  • Kesusahan dan kehendak Allah. Acap kali tatkala sesuatu yang buruk menimpa kita bertanya-tanya, "Apakah kesalahan kita sehingga kita harus mengalami kesengsaraan ini?" Pertanyaan ini lumrah keluar dari mulut kita yang senantiasa berusaha untuk hidup diperkenan Tuhan. Jika selama ini kita tidak peduli dengan Tuhan, besar kemungkinan kita tidak akan menanyakan pertanyaan ini. Kita mungkin berpikir bahwa memang sudah seharusnyalah kita mengalami semua kesusahan ini. Atau, kita tidak menanyakan pertanyaan ini sebab selama ini kita juga tidak lagi memedulikan Tuhan.

Kesusahan masuk dalam rencana Tuhan dalam pengertian, Tuhan mengizinkan kesusahan itu menimpa kita sebab melalui kesusahan itu Tuhan akan menggenapi rencana-Nya yang tertentu. Kesusahan adalah bagian dari kehidupan di dunia yang tidak lagi sempurna; jadi, siapa pun-termasuk kita orang percaya-dapat mengalaminya. Di dalam Tuhan kita tahu bahwa Ia dapat dan akan menggunakan kesusahan itu untuk menggenapi rencana-Nya yang tertentu. Salah satu bagian dari rencana Tuhan (namun bukan satu-satunya tujuan akhir dari rencana Tuhan) adalah pembentukan karakter kita.

Jadi, kendati kita tergoda untuk menanyakan, apakah dosa atau kesalahan kita sehingga kita harus menanggung kesusahan ini, yakinlah bahwa kesusahan ini tidak terkait dengan perbuatan kita. Kesusahan ini terjadi dalam rencana atau kehendak Tuhan (kecuali bila kita sendiri yang memang hidup berdosa sehingga mendatangkan kesusahan ini pada diri kita).

  • Kesengsaraan dan pembentukan karakter. Tuhan mati menyelamatkan kita dari hukuman dosa bukan saja agar kita lepas dari jerat maut yang memisahkan kita selamanya dari Tuhan tetapi juga agar kita menjadi anak-anak-Nya. Dan, sebagai anak-anak-Nya Ia berkepentingan melihat kita menjadi serupa dengan-Nya-memiliki karakter Allah sendiri. Itu sebabnya dengan pelbagai cara-termasuk kesengsaraan-Tuhan berusaha menumbuhkan karakter yang diinginkan-Nya dalam diri kita.
  • Salah satu buah rohani yang dirindukan Tuhan bertumbuh pada diri anak-anak-Nya adalah ketekunan. Pada dasarnya ketekunan berarti ketahanan dalam penderitaan atau kesanggupan menahan sakit. Sewaktu kita merasakan kesakitan reaksi pertama adalah mencoba lari dari situasi yang menimbulkan rasa sakit atau berusaha menghilangkan sumber derita itu agar kita tidak lagi harus mengalami kesengsaraan.

Kuncinya di sini adalah bertahan. Itu sebabnya doa yang mesti dipanjatkan adalah doa untuk memohon kekuatan menahan kesengsaraan. Sewaktu Tuhan akan disalib, Ia berdoa meminta agar Allah Bapa berkenan mengubah garis kehendak-Nya dan melepaskan Allah Putra dari kesengsaraan. Inilah kesengsaraan dalam arti sesungguhnya dan inilah reaksi Allah Putra yang manusiawi-memohon kelepasan dari kesengsaraan.

Sebagaimana kita ketahui, Tuhan Yesus harus melewati lembah kesengsaraan. Itu sebabnya Allah Bapa tidak mengabulkan permohonan-Nya tetapi sebagai gantinya, Allah Bapa mengutus malaikat-Nya untuk memberi Kristus kekuatan (Lukas 22:42-43). Firman Tuhan di Lukas 22:44 menjelaskan kondisi Tuhan Yesus yang "sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa." Inilah kondisi kita tatkala mengarungi lembah kesengsaraan dan tidak ada jalan lain selain berdoa meminta kekuatan dari Tuhan.

  • Ketekunan dan tahan uji. Istilah tahan uji sebetulnya dapat pula diterjemahkan karakter. Singkat kata kendati terdapat sejumlah karakter yang indah namun puncak dari semua karakter adalah tahan uji. Seakan-akan Tuhan ingin berkata bahwa kalau kita telah memiliki tahan uji, kita telah lulus. Tahan uji keluar dari ketahanan yang memisahkan kita dari kehancuran. Tatkala mengalami tempaan, kita harus menahannya dan sampai titik tertentu kita merasa dekat sekali dengan kehancuran. Di saat nyaris hancur kita terus bertahan dan ternyata kita dapat bertahan sebab kekuatan Tuhan memberi kita kekuatan. Dengan kata lain, tahan uji muncul dari pengalaman nyaris hancur namun tidak hancur. Dari titik terendah karena kehabisan semua tenaga kemudian kembali memperoleh kekuatan untuk melanjutkan hidup.
  • Tahan uji dan pengharapan. Orang yang tahan uji adalah orang yang bukan saja pernah melihat tetapi juga mengalami pertolongan dan kekuatan Tuhan. Dari kebuntuan kita mengalami campur tangan Tuhan membukakan pintu; dari kegelapan kita melihat terang. Inilah pengalaman yang meyakinkan kita bahwa pertolongan dan kekuatan Tuhan selalu berada di samping kita ketika kita melewati lembah kesengsaraan.

Tidak heran orang yang telah melewatinya dan menghasilkan buah karakter, ia tidak mudah putus asa. Ia terus berpengharapan dan pengharapan ini muncul dari pengenalannya akan kasih Allah. Di dalam kesengsaraan ia menyaksikan dan mencicipi kasih Allah. Pada akhirnya ibarat pohon, ia pun berakar ke dalam dan menjadi kokoh, tidak mudah lagi diombang-ambingkan oleh terpaan badai kesusahan. Ia senantiasa melihat Tuhan di dalam setiap sudut kehidupannya. Ia tahu ia tidak pernah dan tidak akan sendirian.

Kesimpulan

Karakter yang dihasilkan kesengsaraan adalah karakter yang bergantung penuh pada Tuhan. Jika pada awalnya kita bergantung pada Tuhan karena panik dan tidak berdaya, setelah melewati ujian ini kita bergantung pada Tuhan karena kita percaya sepenuhnya pada pemeliharaan Tuhan. Kita tidak lagi mempertanyakan kehendak Tuhan sebab kita tahu rencana-Nya baik.