Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Sabat dan Kesehatan Rohani". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pada kesempatan yang lalu kita membicarakan tentang "Sabat dan Kesehatan Jiwa", tetapi selain menyangkut kesehatan jiwa tentunya Sabat ini juga menyangkut kesehatan rohani. Jadi begitu pentingnya perintah Tuhan ini tetapi akhir-akhir ini kurang mendapat perhatian. Apa betul seperti itu, Pak Paul ?
PG : Saya setuju dengan pengamatan Pak Gunawan. Sebagai hamba Tuhan saya juga mengakui bahwa kami sebagai hamba Tuhan kurang memberikan pengajaran tentang hal ini. Saya kira ini adalah sebuah kesalahan di pihak kami sebagai hamba Tuhan. Bukankah Tuhan memberikan sepuluh perintah itu untuk ditaati oleh umat-Nya, bukan hanya untuk dipandang dan ditaruh di dalam bingkai tapi untuk dilakukan. Bukankah kita tetap menjalankan perintah-perintah yang lainnya yaitu jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan menjadi saksi dusta, jangan menginginkan harta dari sesamamu manusia, tidak ada ilah lain dihadapan Tuhan dan sebagainya, tapi mengapa perintah yang keempat yaitu kuduskanlah hari Sabat tidak kita lakukan. Begitu banyak orang Kristen yang menamakan hari Sabat atau hari Tuhan hanyalah waktunya ke gereja saja dan setelah ke gereja melakukan hal-hal yang lainnya jadi semua aktifitasnya kembali lagi. Tuhan memberikan hari itu bukan saja agar kita mengingat Tuhan dan berbakti kepada Dia tapi sesungguhnya Tuhan memikirkan kepentingan kita juga. Jadi hari Sabat itu bukanlah beban tambahan, namun justru itu adalah cara untuk kita hidup secara sehat. Dan kita sudah bahas di waktu yang lampau bahwa hari Sabat ini kalau kita mulai terapkan menjadi sebuah gaya hidup maka hidup kita akan menjadi sebuah gaya hidup yang berimbang, karena kalau kita begitu terkuras oleh pekerjaan dan hanya mementingkan pekerjaan maka hidup kita tidak berimbang dan pertimbangan kita menjadi tidak jernih dan mungkin kita menjadi sering emosi dan sering marah. Akhirnya hidup menjadi berat sebelah dan hal yang penting yang harus kita perhatikan justru kita abaikan. Contoh yang paling keras adalah misalnya kita mengabaikan tanggungjawab kita sebagai suami, istri, ayah atau ibu. Kenapa begitu? Karena terlalu berat pada satu hal yaitu pekerjaan kita. Maka Tuhan memberikan contoh, waktu Tuhan menciptakan alam semesta beserta isinya dan kemudian pada hari yang ke tujuh dia berhenti. Bagi Tuhan sebenarnya tidak perlu berhenti atau beristirahat karena Tuhan adalah Roh tapi dia sengaja berhenti sejenak dan dalam bahasa Inggrisnya Tuhan itu beristirahat. Apa artinya itu? Karena Tuhan ingin agar kita itu meniru sebuah pola kehidupan yang bagi Dia itu merupakan pola kehidupan yang paling baik dan paling sehat yaitu pola kehidupan yang mengikutsertakan Sabat, kita berhenti bekerja dan kita mengingat Tuhan dan kita hidup dalam keterbatasan kita sehingga kita bisa kembali memohon kekuatan Tuhan dan disegarkan pada hari itu.
GS : Tapi kemudian perintah Tuhan "Hormatilah hari Sabat", berkembang menjadi begitu rumit sampai hal-hal yang kecil pun diatur di situ, misalnya berjalan kaki dan mengangkat barang. Dan itu bagaimana, Pak Paul ?
PG : Jadi sebetulnya perintah Tuhan itu sangat general atau umum tapi pada akhirnya orang-orang Yahudi, karena tidak mau melanggar perintah Tuhan itu maka merekalah yang merumuskan. Kita mengenal di dalam sistem kenegaraan kita ada yang namanya PERPU (Peraturan Pengganti Undang-undang) yang berisi terapan-terapannya sehingga digariskan menjadi sebuah kebijakan dan bisa diterjemahkan dan dilaksanakan. Dan orang-orang Yahudi saat itu melakukan hal-hal yang sama dan mereka menetapkan tidak boleh berjalan lebih dari berapa mil, dan tidak boleh mengangkat barang dari berapa beratnya dengan tujuan yang sebetulnya baik dan jangan sampai mereka melanggar perintah Tuhan. Namun karena mereka terpaku pada tatakrama pelaksanaannya akhirnya mereka kehilangan makna di belakang itu sendiri sehingga akhirnya mereka mengingat Sabat bukan sebagai hari untuk Tuhan dan hari untuk mereka. Jadi akhirnya menjadi sebuah peraturan tambahan yang harus mereka jalani juga dan itu sebetulnya bukanlah yang Tuhan tujukan atau Tuhan maksudkan.
GS : Apakah bukan hal itu yang menyebabkan orang lalu enggan untuk melaksanakan hukum ini, Pak Paul ?
PG : Mungkin sekali karena akhirnya menjadi suatu beban tambahan sebab tidak boleh ini dan itu, kita sebagai manusia memang agak sukar menerima larangan tidak boleh ini dan itu. Maka inilah yang membuat sebagian kita akhirnya tidak mau lagi mengingat-ingat hari Sabat dan sebagainya. Saya pun secara pribadi tidak harus menjalankan hari Sabat seperti orang-orang Israel dulu sebab jelas sekali nanti kita akan melihat dalam perkataan Tuhan Yesus bahwa yang harus kita tangkap adalah maknanya, dimana di hari itu kita berhenti bekerja supaya di hari itu kita bisa menghormati dan mengingat Tuhan, dan di hari itu juga kita bisa kembali disegarkan. Dan dengan gaya hidup seperti inilah, kita menjalankan kehidupan yang lebih efektif. Maka seperti yang dikatakan di dalam pembahasan yang lampau bahwa kehidupan ini akhirnya menjadi sebuah kehidupan yang berimbang dan dari kehidupan yang berimbang itulah baru bisa lahir kehidupan yang bernilai dan dari kehidupan yang bernilai, barulah nanti juga akan keluar berkat-berkat yang nanti akan bernilai juga.
GS : Kalau pada kesempatan yang lalu kita banyak berbicara tentang kesehatan jiwa. Dan sekarang bagaimana dengan kesehatan rohani ini, sebenarnya apa tujuan hukum Sabat itu ?
PG : Sekurang-kurangnya ada 3 yang akan saya uraikan. Yang pertama adalah, hari Sabat itu akan mendesak kita untuk bergantung penuh pada Tuhan. Karena memang secara logika kita akan berkata, "Kalau saya harus tutup toko saya sehari maka saya akan kehilangan penghasilan saya dan saya akan dirugikan," mungkin saja hal itu betul dan saya tidak bisa menyangkal. Ada lagi misalkan kita memunyai restoran dan misalkan dalam sehari kita bisa mendapatkan Rp. 5 juta, maka kalau buka tujuh hari pendapatan yang diterima kurang lebih Rp. 35 juta, belum lagi kalau pada hari itu merupakan hari yang sibuk jadi kita bisa mendapatkan lebih banyak lagi. Tapi kita anggap saja satu hari Rp. 5 juta maka kalau 7 hari sudah Rp. 35 juta. Kalau kita potong 1 hari, maka penghasilan kita hanya tinggal Rp. 30 juta dan kurang Rp. 5 juta. Tapi yang Tuhan maksudkan adalah Tuhan tetap akan memelihara kita, bahkan kalau kita harus kehilangan sejumlah uang karena kita harus berhenti bekerja, namun tetap Tuhan akan memelihara kita. Jadi di hari Sabat seolah-olah adalah cara Tuhan menguji iman kita apakah kita bisa percaya bahwa Tuhan akan mencukupi kebutuhan kita dengan jumlah yang bisa jadi memang lebih sedikit. Dalam konteks orang-orang Israel di padang pasir selama 40 tahun, mereka langsung mendapatkan manna dari Tuhan dan burung-burung puyuh juga diberikan agar mereka memakan dagingnya. Dan Tuhan katakan, "Pada hari ketujuh jangan mengambil dan mencari." Mula-mula mereka tidak mendengarkan perintah Tuhan. Dan pada hari ketujuh mereka tetap berjalan-jalan untuk mencari manna dan daging burung puyuh, tapi mereka tidak menemukan sebab Tuhan sudah berkata, "Dihari keenam Aku akan tambahkan, supaya kamu pada hari ketujuh tidak lagi mengumpulkan." Kalau kita pikir bukankah hal itu sungguh baik dan kita tidak perlu bekerja pada hari ketujuh dan hari keenam dicukupkan. Hal itu sebenarnya baik tapi karena kita orang berdosa dalam diri kita ada ketamakan dan terutama satu hal yakni kurang iman sehingga di hari ketujuh mereka tetap keluar untuk mencari manna dan daging burung puyuh. Tuhan menawarkan hal yang lebih baik dan kita tetap mau mencari yang lebih buruk. Maka sekarang Tuhan juga memanggil kita untuk mendengarkan dan menerima konsep ini yaitu peliharalah dan amatilah, lakukanlah dan jalankanlah hari Sabat dimana hari kita berhenti bekerja sebab kita akan melihat bahwa Tuhan akan tetap mencukupi kebutuhan kita. Berapa jumlah yang akan Dia berikan, itu tidak menjadi soal tapi yang penting Dia mencukupi kebutuhan kita.
GS : Pak Paul, ada orang yang mengatakan sekarang ini setelah kebangkitan Tuhan Yesus, kita tidak lagi merayakan hari Sabat tetapi hari Minggu sebagai hari dimana kita memuliakan Tuhan. Apakah ini Sabatnya orang Kristen atau bagaimana Pak Paul ?
PG : Boleh saja, dan saya memunyai keyakinan sebetulnya hari apanya itu tidak menjadi soal. Makanya Paulus pun pernah mengatakan hal yang sama, bagi orang tertentu hari ini yang paling khusus dan bagi orang-orang lain hari itu yang paling khusus. Bagi Paulus tidak menjadi soal yang penting hari apa pun yang kita mau khususkan, jadikanlah hari dimana kita itu berhenti bekerja dan kita memuliakan Tuhan, itu esensinya. Jadi kalau kita menggunakan misalnya hari Minggu, maka silakan, jadikanlah hari itu dimana kita berhenti bekerja dan tidak mencari-cari order, tidak kemana-mana dan benar-benar bersandar penuh bahwa Tuhan akan memenuhi kebutuhan kita. Saya perhatikan orang yang tidak lagi mementingkan Sabat sehingga hari Minggu pun tetap bekerja, dia akhirnya menjadi berpikir bahwa semua bergantung pada dirinya, dia yang harus mencukupi, dia harus memutar modal dan sebagainya, jadi semua kembali kepada dirinya. Awalnya orang-orang seperti ini tidak menyadari bahwa itulah yang sedang terjadi, yang ada di pikirannya adalah mereka harus rajin bekerja dan sebagainya. Tapi padahal perlahan-lahan terjadilah pergeseran dari bersandar kepada Tuhan menjadi bersandar kepada diri sendiri.
GS : Ada beberapa jenis pekerjaan, termasuk sebagai pendeta atau orang-orang yang membuka restoran seperti yang Pak Paul katakan, mereka menyiasatinya dengan cara Minggu beribadah tapi ada hari lain dimana dia tidak bekerja ?
PG : Betul. Jadi misalkan dia sebagai hamba Tuhan, misalkan dia tidak bisa memilih hari lain maka dia harus bisa menentukan satu hari, hari apa pun tidak mengapa entah itu hari Senin, Selasa, Rabu karena hari Minggu adalah hari dimana dia harus bekerja karena hari itu adalah hari dimana dia harus bertugas. Di hari lain itulah benar-benar dia harus memisahkan dirinya, berhenti dan menikmati Tuhan, menikmati keluarganya, menikmati persahabatan dengan teman-temannya. Jadi itulah yang Tuhan inginkan dari kita.
GS : Seringkali orang khawatir kalau dia tidak melakukan pekerjaan, nanti siapa yang akan melakukan pekerjaan ini. Biasanya seperti itu ?
PG : Seringkali seperti itu, seperti yang telah saya katakan bahwa kami-kami ini sebagai hamba Tuhan kalau tidak hati-hati menempatkan diri di pihak Tuhan, semua bergantung kepada kami-kami ini. Kalau tidak ada, maka pekerjaan Tuhan tidak berjalan, itu salah. Suatu hari Pdt. Billy Graham ditanya, "Nanti setelah Anda meninggal siapa yang akan menggantikan, dan dia menjawab "Saya tidak memikirkan," kenapa dia tidak memikirkan? Karena dia tidak khawatir. Kenapa tidak khawatir? Sebab bukankah Tuhan selalu mengirimkan hamba-hamba-Nya untuk melayani umat-Nya. Kemudian dia memberikan contoh, sebelumnya ada Pdt. D.L. Moody, setelah Pdt. D.L. Moody dipakai Tuhan dan meninggal dunia kemudian orang bertanya, "Siapa yang menggantikan?" kemudian Tuhan membangkitkan Billy Sunday, setelah Billy Sunday meninggal, orang berkata "Siapa yang menggantikan?" maka kemudian Tuhan memakai Pdt. Billy Graham. Dan sekarang beliau sudah uzur sudah berusia 90 tahun, kita jarang lagi mendengar namanya, sayup-sayup kita mendengar namanya. Sekarang nama yang lain yang Tuhan pakai. Jadi persis seperti yang beliau katakan yakni janganlah khawatir dan pekerjaan Tuhan tetap berjalan. Dua minggu yang lalu saya baru menghadiri KKR di dekat Los Angeles yang diadakan oleh Pdt. Greg Laurie di suatu stadion, dimana stadion itu terisi penuh oleh manusia. Dan waktu Pdt. Greg Laurie memanggil orang untuk menyerahkan diri kepada Tuhan dan bertobat, maka ribuan orang turun. Sehingga satu lapangan terisi penuh dengan manusia. Dan setiap tahun diadakan selama 3 hari, setiap tahun dan sudah 20 tahun selalu penuh. Itu membuktikan bahwa Tuhan selalu bisa melakukan pekerjaan-Nya bahkan tanpa kita. Satu hal yang kita mesti sadari adalah sesungguhnya Tuhan tidak memerlukan kita, kadang-kadang kita beranggapan bahwa Tuhan butuh kita, kalau kita tidak ada maka pekerjaan Tuhan akan kacau, tidak seperti itu! Yang Tuhan percayakan kepada kita itu adalah sebuah kehormatan bisa ambil bagian dalam bagiannya. Ini adalah sebuah kehormatan dan nanti akan ada waktunya kita akan berhenti. Kalau mulai dari sekarang kita memelihara hari Sabat, memisahkan diri dari pekerjaan kita terus menerus. Sebetulnya nantinya kita juga disiapkan untuk menjalankan Sabat yang panjang. Dimana tidak ada lagi orang yang menelepon untuk mencari kita dan sebagainya, tapi tidak mengapa karena kita sudah dipersiapkan bahwa kita memang Tuhan tidak bergantung kepada kita. Jadi Tuhanlah yang mengerjakan pekerjaan-Nya.
GS : Hal yang kedua yang menyangkut kesehatan rohani ini apa Pak Paul ?
PG : Yang kedua adalah hari Sabat menolong kita untuk mengingat bahwa bagi Tuhan yang terpenting bukanlah jumlah tapi kwalitas. Saya mengingat perkataan dari seorang penulis yang bernama Scott Peck, beliau berkata bahwa ada beda antara hidup efisien dan hidup efektif. Hidup efisien menurut dia adalah memproduksi sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat mungkin, sedangkan hidup efektif adalah melakukan satu dua hal dalam masa hidup namun melakukan satu dua hal yang nantinya bermakna. Seharusnya kita ini menyadari bahwa yang Tuhan tekankan sekali lagi bukanlah jumlah tapi kwalitas. Kalau tidak hati-hati seringkali kita berpikir, "Tuhan itu menginginkan jumlah orang yang bertobat, makin banyak makin baik." Misalkan kita membuat acara, makin banyak yang hadir maka makin baik, orang-orang yang terlibat dalam pelayanan sangat-sangat bergantung pada jumlah. Kalau yang datang tidak sebanyak yang diharapkan, maka gagal. Definisi siapakah gagal itu? Itu adalah definisi manusia, sedangkan di mata Tuhan, Tuhan tidak mementingkan itu kalau Tuhan mementingkan jumlah maka Tuhan akan memilih 1.200 murid dan bukan 12 murid karena dari segi jumlah 12 murid adalah jumlah yang sangat kecil. Tapi Tuhan memang tidak memilih jumlah tapi Tuhan memilih kwalitas. Sama ketika Gideon berperang, akhirnya Tuhan hanya memilih 300 orang melawan orang-orang Midian yang berjumlah ribuan. Tuhan mau menunjukkan bahwa kemenangan ini adalah dari Tuhan dan bukan dari manusia. Sabat adalah cara Tuhan untuk menolong kita mengingat bahwa semua dari Tuhan dan tugas kita adalah melakukan bagian kita. Saya memiliki 3 langkah yang bisa saya usulkan agar kita ini bisa hidup tidak bergantung pada jumlah. Yang pertama adalah kita mesti menerima porsi yang Tuhan berikan kepada kita, kita mesti mensyukuri apa pun itu yang Tuhan berikan. Saya kira banyak orang yang susah untuk mengadopsi gaya hidup Sabat karena tidak bisa menerima porsi itu Pak Gunawan, karena mereka mau lebih dan rasanya kurang dan bagi saya itu sama, entah itu mau lebih dalam bentuk uang atau mau lebih dalam bentuk pelayanan. Kita mesti menerima dan bersyukur bahwa inilah porsi yang Tuhan berikan kepada kita. Dan langkah yang kedua adalah kita mesti setia menyelesaikan porsi itu sampai pada akhirnya. Jadi apa yang Tuhan percayakan, maka kita harus menerimanya dan itu yang akan menjadi tanggungjawab kita sampai akhirnya. Yang ketiga, dengan sikap mau menyelesaikan sampai akhir, kalau di tengah jalan dengan jelas Tuhan membelokkan arah, mengubah porsi maka kita harus mengubahnya pula, maka kita tetap bisa dengan luwes dipakai oleh Tuhan sesuai dengan kehendak-Nya. Saya kira ini akan terjadi kalau kita sudah mulai memelihara gaya hidup Sabat itu.
GS : Tapi gaya hidup seperti itu seringkali tidak cocok dengan kenyataan kehidupan sekeliling kita yang mengejar-ngejar target, mengejar-ngejar jumlah banyak. Jadi seolah-olah kita hidup di dalam dunia yang nantinya berbeda. Bahkan kalau kita menggunakan cara-cara yang tadi seringkali dianggap malas dan tidak memunyai gairah kerja dan seterusnya, Pak Paul.
PG : Banyak sekali kemungkinan dimana kita akan disalahmengerti. Misalkan kita berkata kalau kita memang tidak mau terima tambahan tanggungjawab, nanti kita dikatakan terlalu memikirkan istri, terlalu mengutamakan suami dan sebagainya. Tapi kita harus menyadari kemampuan kita. Kita yang paling tahu kemampuan kita, kita yang paling tahu kondisi dalam keluarga kita dan inilah tanggung jawab kita yang pertama. Jadi kita harus menerima tudingan orang yang tidak mengerti keputusan kita ini. Karena saya sudah terjun ke dalam pelayanan, saya pernah melihat orang-orang pada masa yang lebih muda jorjoran dan pada akhirnya memetik buahnya. Saya melihat cukup banyak para pelayan Tuhan, yang pada usia paro baya dan anak-anaknya sudah besar, memetik buahnya dan melihat bahwa inilah hasilnya yaitu masalah demi masalah pada anaknya. Kita seringkali memang tidak tahu karena tidak diceritakan keluar dan hanya sedikit orang yang dekat dengan orang ini yang akhirnya mengetahui. Tapi itulah harga yang harus dibayar dan janganlah di saat itu kita berkata bahwa kita sedang pikul salib, itu salah. Sebab itu bukanlah salib yang Tuhan kehendaki, karena dari awalnya Tuhan sudah gariskan bahwa kita harus menghormati dan menguduskan hari Sabat itu. Ini penting untuk bisa menjalankan kehidupan yang berimbang karena kehidupan tidak akan terisi hanya oleh satu unsur saja entah itu pekerjaan atau pelayanan, karena ada juga yang namanya persahabatan, kehidupan sosial, ada yang namanya keluarga, ada yang namanya menjadi orang tua. Dan semua itu harus kita perhatikan juga.
GS : Ada yang berpikir seperti ini, Pak Paul. Jadi semasa ada kesempatan maka dia akan menggunakan itu semaksimal mungkin dan nanti kalau sudah selesai dia akan membayar semuanya itu, misalkan dia pensiun. Tapi ada juga yang tidak keburu, sebelum menikmati masa pensiun untuk melunasi hutungnya yang dahulu, dia sudah meninggal duluan.
PG : Dan bukankah kalau boleh saya tambahkan, itu tidak akan sama Pak Gunawan. Misalkan kalau kita berkata, "Yang penting saya bekerja jorjoran, nanti setelah tua saya akan menikmati." Dan pertanyaannya adalah, apa yang akan dinikmati? Saya duga hal-hal yang akan dinikmati adalah hal-hal yang bisa dibeli oleh uangnya misalnya dia memang bisa mengumpulkan banyak uang, tapi nantinya yang dia nikmati hanya uang itu saja. Tapi kalau kita tanya, apakah engkau pernah dan cukup sering menikmati apa itu artinya bercanda dengan anak, bercumbu dengan istri atau suamimu, pergi bersama-sama, makan bersama-sama. Apakah pernah engkau menikmati semua itu? Justru ini yang terhilang. Mungkin dia berkata, "Nanti pasti bisa", tapi nantinya itu ialah kita pergi dengan anak yang sudah dewasa sedangkan belasan tahun sewaktu anak kita masih kecil, kita tidak melakukannya, berarti semua itu terhilang. Jadi waktu orang berpikir, mengumpulkan dulu dan di hari tua nanti baru melakukan, itu adalah hal yang salah sebab kita akan kehilangan begitu banyak. Dan itu bukanlah rencana Tuhan, Tuhan mau hari lepas hari kita menikmati dan mencicipinya, maka di Matius 6 Tuhan juga berkata, "Lihatlah burung pipit di udara, rumput-rumput di ladang semua Tuhan dandani dan dipelihara serta diberi makan. Jangan pusingkan hari esok karena hari ini sudah ada kesusahannya masing-masing." Jadi Tuhan selalu mengingatkan hidup untuk hari ini dan nikmatilah hari ini. Kenapa? Sebab yang pertama kita tidak mengetahui hari depan kita dan yang kedua kalau pun nanti ada waktu, kita tidak bisa lagi mencicipi yang telah terhilang.
GS : Hal yang ketiga yang menjadi tujuan Sabat itu dalam kaitannya dengan kesehatan rohani apa, Pak Paul ?
PG : Kalau kita menjalankan Sabat maka pada akhirnya kita menjadi orang yang melihat Tuhan di setiap penggalan hidup kita karena kita selalu bergantung kepada Tuhan, dan kita benar-benar hidup di dalam kontak yang intim dengan Tuhan. Akhirnya kalau kita menengok ke belakang, apa yang akan kita lihat? "Benar ya, karena dulu saya mau ikut Tuhan dan mau menjalankan cara Tuhan dan saya tidak menggunakan waktu untuk ini dan itu, saya tidak menerima jabatan yang lebih tinggi dan sebagainya dan memang benar ada berkat Tuhan di situ dan ada rencana Tuhan di situ dan sebagainya." Saya berikan contoh ada seorang yang saya kenal dan dia mendapatkan tawaran untuk pindah ke tempat yang berbeda dan kota yang berbeda untuk mendapatkan pangkat yang sungguh-sungguh tinggi dalam sebuah perusahaan dan dia sangat tergoda. Kenapa sangat tergoda? Karena saat itu dia baru saja kehilangan pekerjaannya karena perusahaan yang dulu dia bekerja bangkrut. Jadi dia kehilangan pekerjaan dan dalam keadaan kehilangan pekerjaan biasanya apapun yang ada kita mau saja menerima. Tapi orang ini adalah anak Tuhan yang setia, dan waktu menerima tawaran itu dia memang sangat tergoda untuk mengambilnya, dia dan istrinya berdoa dan akhirnya mereka berpikir kembali bahwa orang tuanya ada di kota dimana mereka tinggal sekarang dan orang tuanya sudah sakit-sakitan, kalau mereka pindah siapa yang akan merawat orang tuanya. Maka akhirnya dia memutuskan tidak jadi pindah dan tetap di situ. Mereka berkata bahwa itu adalah keputusan yang sangat berat, kalau dia memunyai pekerjaan saat itu, maka tidak masalah kalau dia menolaknya. Tapi saat itu dia tidak memunyai pekerjaan, tapi dia mengerti prioritas hidup bahwa ada yang lebih penting dari mendapatkan pekerjaan dan dia orang beriman bahwa Tuhan akan tetap memelihara hidupnya. Dan setelah dia menolak jabatan itu, dan dia tetap tinggal di kotanya, tidak lama kemudian dia mendapatkan pekerjaan yang juga sangat baik dan dia bersyukur. Kemudian dia menengok kebelakang dan melihat Tuhan. Orang yang mau hidup menjalankan hari Sabat, akhirnya lebih sering melihat Tuhan, Tuhan bekerja di sini dan Tuhan juga bekerja di situ. Tapi orang yang 'ngoyo' bekerja seperti mesin, yang terus bekerja bekerja atau melayani melayani maka dia tidak bisa melihat Tuhan sebab dia lebih sering melihat dirinya sendiri, yang bekerja kesana-kesini dan melakukan ini dan itu akhirnya sama sekali kehilangan kesempatan menyaksikan Tuhan bekerja.
GS : Jadi sebenarnya seseorang yang menjalankan hukum Sabat adalah orang yang memang mengenal Tuhan yang membuat hukum Sabat itu sendiri, Pak Paul.
PG : Betul sekali Pak Gunawan. Jadi dia mengenal isi hati Tuhan sehingga dia bisa mengerti kenapa Tuhan memberikan perintah itu. Ternyata perintah ini luar biasa, begitu indah dan begitu baik untuk manusia.
GS : Tapi manusianya sendiri yang kurang menyadari kalau itu untuk manusia seringkali dianggapnya ini untuk Tuhan sendiri, Pak Paul.
PG : Betul sekali. Maka dalam suatu percakapan, Tuhan Yesus itu menegaskan di Markus 2:27-28, "Lalu kata Yesus kepada mereka: 'Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat'." Jelas di sini Tuhan menegaskan bahwa hari Sabat diciptakan Tuhan untuk manusia artinya untuk kepentingan kita, itulah baiknya Tuhan, meskipun kita berkata kuduskanlah untuk Tuhan tapi ujung-ujungnya tetap untuk kepentingan manusia. Bagi saya ini adalah hadiah dari Tuhan untuk umat manusia. Sayang sekali kalau kita tidak mau menerimanya, tapi kebanyakan manusia tidak menerimanya dan membuangnya. Itu sangat disayangkan sebab ini adalah hadiah yang begitu besar dari Tuhan.
GS : Saya juga percaya bahwa ini adalah salah satu siasat iblis bahwa sesuatu yang baik yang Tuhan berikan kepada manusia itu dibalik oleh iblis, seolah-olah ini membebani kehidupan manusia.
PG : Itu point yang baik, Pak Gunawan. Saya kira ada campur tangan si iblis di situ sehingga akhirnya orang berkata rugi, tidak perlu, berat, padahal tetap ini untuk kebaikan manusia, karena Tuhan sayang kepada kita.
GS : Kita tentunya berharap para pendengar setia acara TELAGA ini setahap demi setahap bahkan lebih taat untuk menjalani hukum-hukum hari Sabat ini. Terima kasih untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Sabat dan Kesehatan Rohani". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.