pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, dan kali ini saya bersama Ibu Ester Tjahya M.Psi., kami akan berbincang-bincang dengan Pdt. Dr. Vivian Soesilo. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen paruh waktu di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Pelaku Tindak Kekerasan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Bu Vivian, kita bisa membaca didalam Alkitab khususnya di Perjanjian Lama tentang kisah Kain yang memukul Habel sampai meninggal. Itu adalah salah satu bentuk kekerasan yang bisa kita temukan di Alkitab dan ada banyak contoh-contoh yang lain. Tetapi apa sebenarnya yang bisa mendorong seseorang bahkan terhadapnya sendiri melakukan tindak kekerasan.
VS : Sebetulnya ada banyak hal yang menyebabkan orang melakukan tindak kekerasan. Kita sudah ketahui Kain dan Habel karena kecemburuannya terhadapnya maka akhirnya dia marah lalu membunuh. Kala kita melihat orang melakukan tindak kekerasan pada dasarnya ialah orang itu tidak takut akan Tuhan lalu dia melakukan sesuatu untuk menyakiti orang lain.
Kita juga melihat tindak kekerasan bisa terjadi karena orang tidak bisa mengendalikan emosinya sendiri. Jadi emosi marahnya, cemburu, takut, balas dendam dsb tidak bisa dikendalikan sehingga dilampiaskan kepada orang lain.
GS : Korbannya bisa siapa saja termasuk keluarga dekatnya?
VS : Betul. Kalau orang sudah gelap mata tidak bisa mengendalikan diri, siapa saja bisa diterjang.
GS : Tapi seringkali orang tidak mau mengakui apa yang terjadi didalam dirinya seperti tadi Ibu Vivian katakan tidak bisa mengendalikan diri. Orang lebih gampang menyalahkan lingkungan sekitarnya, mungkin itu tekanan politik, tekanan ekonomi, budaya dan sebagainya.
VS : Masalah di sekeliling membuat kita menjadi stress. Meskipun kita menjadi stress oleh karena masalah di sekeliling kita, kita tidak bisa menyalahkan orang lain karena dirinya tidak mau bertnggung jawab mengendalikan diri sendiri.
ET : Dulu saya berpikir kalau orang sampai melakukan tindak kekerasan, biasanya itu karena emosinya memang sepertinya sudah memuncak. Tapi kalau kita melihat berita-berita kriminal, adakalanya ntuk hal sepele pun orang bisa sampai melakukan tindak kekerasan.
Dan rasanya semakin banyak tindak kekerasan seperti ini misalnya hanya karena tidak diberikan pinjaman uang atau barang, orang bisa membunuh atau menyakiti. Kecenderungan ini sebenarnya bagaimana Bu?
VS : Itu seringkali karena ada sesuatu hal yang mengganggu didalam diri orang itu yang telah sekian lama dipendam tidak dikeluarkan dan tidak dibenahi. Akhirnya suatu yang kelihatan sepele itu enjadi pemicu, akhirnya dia tidak terkendali.
Mungkin melukai orang lain, seringkali yang Pak Gunawan tanya kenapa bisa sendiri, tapi seringkali yang menjadi korban justru orang dekatnya karena dia begitu dekat dengan sekelilingnya, maka orang itu yang menjadi korban kekerasannya karena dia paling gampang melakukan dengan orang yang dekat.
GS : Dan kenal kelemahan-kelemahannya mungkin itu, Bu?
VS : Dan mungkin kalau pada orang lain ada sungkannya, karena pada orang terdekat gampang melakukan apa saja.
ET : Mudah terpicu dan mudah melampiaskannya, Bu?
GS : Tapi akhir-akhir ini kita melihat bahwa tindak kekerasan itu selain makin banyak dilakukan tetapi mutu atau kwalitasnya macam-macam, makin lama makin bertambah termasuk anak-anak pun berani melakukan tindak kekerasan. Beberapa waktu yang lalu ramai dibicarakan tentang anak-anak yang melihat "smackdown" lalu terhadap temannya sendiri dia berani memukul, dan bagaimana pengaruhnya?
VS : Kalau anak-anak kecil itu memang meneladani apa yang ada disekitarnya, anak-anak berani melakukan tindak kekerasan mungkin dia bisa melihat di keluarganya orang tuanya melakukan tindak kekrasan dengan anggota keluarganya atau melihat acara di televisi.
Jadi dia mau meneladani sesuatu yang jelek yaitu tindak kekerasan di televisi.
GS : Jadi dia belum bisa membedakan antara yang membahayakan orang lain atau tidak?
VS : Seharusnya anak tahu ini sesuatu yang salah atau benar, tetapi karena dia melihat ini sudah sering dilakukan mungkin diperbolehkan.
ET : Melalui contoh, mungkin melihat ayahnya tidak mendapatkan yang dia inginkan kemudian memukul orangtuanya. Jadi seperti pesan yang diterima dengan begitu mudah menyakiti orang lain. Tapi kalau kita lihat ada orang-orang tertentu yang rasanya baru berani melakukan tindak kekerasan kalau ramai-ramai, kalau sendirian dia tidak berani, ini bagaimana?
VS : Orang yang suka ramai-ramai itu rupanya supaya tanggungjawabnya dipikul bersama, tidak sendirian kalau dihukum juga bersama-sama. Ada juga orang yang berpandangan kalau ramai-ramai mungkintidak ada orang yang berani melawannya karena bergerombol jadi lebih berani.
ET : Atau sebenarnya ada juga yang beranggapan bahwa keramaian tidak untuk melakukan kekerasan tetapi karena melihat bahwa kalau ramai-ramai itu seru.
VS : Betul, bisa juga ramai-ramai untuk menyenangkan hati.
ET : Sebenarnya tanpa ada kemarahan.
VS : Ada tapi tidak sampai memuncak, jadi asal ramai-ramai berbuat sesuatu yang menyenangkan hati tetapi sebetulnya sesuatu yang salah.
GS : Dan memang biasanya kalau ramai-ramai itu mesti ada yang memicu jadi ada yang memulai lebih dulu baru yang lain ikut-ikutan. Seperti membakar toko, kerusuhan di lapangan sepak bola dan sebagainya, sebetulnya ada yang memulai.
VS : Sebetulnya ada yang memulai dan yang lain ikut-ikutan supaya menyenangkan hati teman-temannya dan ada juga hanya untuk keramaian.
ET : Jadi ikut tanpa tahu penyebabnya.
VS : Kadang-kadang mereka melakukan itu supaya diterima oleh kelompok yang ramai-ramai itu.
GS : Daripada diasingkan maka lebih baik ikut-ikutan saja ramai-ramai itu. Tetapi ada juga orang melakukan tindak kekerasan dengan berdarah dingin yang seolah-olah tanpa emosi melakukan tindak kekerasan dan itu bagaimana?
VS : Karena itu sudah sering dia lakukan, jadi tidak merasakan apa-apa. Jadi emosinya mati karena dia sudah sering melihat, memikirkannya dan tidak merasa bersalah karena sudah terlalu lama sehngga hati nuraninya tidak berbicara lagi.
Atau mungkin hati nuraninya berbicara tetapi dia pendam dan dia matikan.
GS : Mungkin seringkali yang dia pendam, hati nuraninya berkata apa pun tetapi tidak dianggap.
VS : Akhirnya mati maka tidak berbicara lagi.
GS : Sehingga dia bisa memukul atau melukai orang lain rasanya dia tidak bersalah.
VS : Atau dulu dia sering melihat hal yang sama tetapi tidak bermasalah sehingga dia melakukan kembali dan tidak apa-apa.
GS : Apakah itu ada latar belakang dari pelaku tindak kekerasan yang bisa mempengaruhi sikapnya saat ini.
VS : Bisa juga, mungkin waktu kecil dia mengalami tindak kekerasan. Mungkin keluarganya atau orang lain yang melukai hatinya dan belum dipulihkan, sehingga dia mempunyai kecenderungan seperti iu.
GS : Dari pengalaman ibu apakah ada bentuk-bentuk tindak kekerasan yang sering ibu jumpai?
VS : Yang pertama adalah tindak kekerasan secara fisik yaitu apa saja yang melukai diri seseorang didalam fisiknya dari kepala sampai ke kaki. Bisa berbentuk pukulan dengan barang-barang tumpuldan sebagainya yang secara fisik.
Dan yang kedua yang sering orang lakukan adalah tindak kekerasan secara emosi yaitu apa saja yang melukai orang bukan melalui fisiknya tetapi secara emosinya dengan cara caci-maki yang sangat keras, dimarah-marahi, dihina dan apa saja yang melukai hatinya. Dan yang ketiga adalah tindak kekerasan secara seksual jadi apa saja yang berbau seksual itu merupakan tindak kekerasan. Yang keempat tindak kekerasan secara penelantaran yaitu tidak diperhatikan, diremehkan.
GS : Itu akibatnya bisa lama atau cepat hilang atau bagaimana?
VS : Biasanya akibatnya itu tergantung, seberapa jauh tindak kekerasan yang dilakukan dan seberapa lama dilakukan. Dan kalau itu sudah sekian lama dan begitu keras atau begitu dahsyat dilakukantindak kekerasan itu maka akan lebih lama sembuhnya.
GS : Mungkin banyak orang tidak menyadari yang tadi Ibu katakan penelantaran juga termasuk tindak kekerasan. Karena merasa tindak kekerasan itu sesuatu yang dilakukan dan penelantaran ini sesuatu yang tidak dilakukan namun itu ternyata tergolong kekerasan juga.
VS : Karena merugikan orang lain ini adalah bentuk penelantaran. Contohnya tentang penelantaran anak, anak seharusnya mendapatkan perhatian orangtua, harus mendapatkan pendidikan yang layak danjuga mendapatkan kebutuhan untuk hidup.
Tetapi kalau anak yang ditelantarkan dengan tidak diperhatikan, maka secara emosi anak akan kekurangan sehingga tidak berkembang dengan baik. Kalau anak tidak diperhatikan didalam hal kesehatan sehingga anak menjadi sakit dan dibiarkan maka anak akan menderita, sehingga secara fisik dan emosi tidak berkembang. Ditelantarkan dalam hal pendidikan, maka untuk hari depannya anak tidak bisa berkembang dengan baik. Jadi penelantaran itu juga merupakan tindak kekerasan.
ET : Saya tertarik dengan tadi Ibu katakan kekerasan secara emosi, kadang-kadang ada budaya yang memicu seseorang dengan cara yang negatif. Misalnya supaya anak mau belajar kemudian dikatakan bdoh dan sebagainya dengan tujuan mendorong.
Dan orangtua mengatakan, "Kalau tidak dibegitukan nanti anak tidak mau belajar dan tidak menjadi pintar". Apakah ini suatu bentuk kekerasan secara emosi, secara verbal.
VS : Betul. Jadi itu adalah tindak kekerasan karena mencaci orang yaitu bodoh. Seringkali itu adalah kutukan yang akhirnya adalah nubuatan yang akan dipenuhi dan digenapi oleh anak itu. Sebetulya orangtuanya tidak bermaksud seperti itu tetapi bisa membuat nubuatan yang digenapi.
ET : Berarti ada orang yang melakukan tindak kekerasan tanpa menyadarinya.
GS : Karena dipikir ini sesuatu yang baik untuk anaknya, jadi dia memaksa anaknya belajar sampai larut malam, lalu mengerjakan tugas-tugas yang terlalu banyak. Tetapi saya lihat itu merupakan suatu tindak kekerasan karena anak tidak bisa menikmati. Pada saat dia membutuhkan waktu bermain dia justru dipaksa oleh orangtuanya mengikuti les sampai dia tidak bisa menyalurkan keinginan pribadinya.
VS : Di satu pihak kita mengerti para orangtua mempunyai maksud yang baik supaya anaknya berkembang tetapi kalau keterlaluan hingga anaknya sama sekali tidak mempunyai waktu untuk dirinya sendii, bersosialisasi, untuk bermain.
Itu juga merupakan sesuatu tindak kekerasan. Tetapi itu bukan tindak kekerasan yang seperti fisik, emosi, seksual dan ketelantaran, melainkan merupakan kurang perhatian sehingga anak ini tidak bisa berkembang secara baik. Itu adalah tindak kekerasan yang ringan.
GS : Kadang-kadang ada orang yang menghalalkan segala cara untuk mengorek informasi dari seseorang. Seperti interogasi, itu biasanya sering dilakukan tindak kekerasan dan itu bagaimana?
VS : Itu tindak kekerasan supaya orang mau berbicara tetapi sebenarnya orang mau menghalalkan itu juga sesuatu yang salah. Tidak boleh ada tindak kekerasan apa pun juga karena itu merupakan sesatu yang kriminal, suatu tindakan kekerasan.
GS : Tadi Ibu pisahkan antara jasmani dan rohani, kalau orang disakiti secara jasmani itu apakah tidak secara otomatis lalu emosinya juga terganggu atau tersiksa.
VS : Tentu, kalau jasmaninya terganggu maka emosinya menjadi tersiksa. Itu termasuk perkembangannya tidak berkembang dengan baik, baik secara jasmani atau emosi.
GS : Dari contoh-contoh yang tadi ibu sebutkan, dampak yang paling lama itu yang mana?
GS : Jadi tidak bisa cepat dilupakan.
GS : Kalau fisik, setiap kali melihat lukanya orang itu menjadi selalu ingat tapi kalau emosi seolah-olah tidak kelihatan bekasnya.
VS : Tapi di dalam sangat menderita. Seperti tindak kekerasan seksual dan penelantaran ini membutuhkan penyembuhan yang lama.
ET : Apakah setiap bentuk ancaman juga bisa menjadi salah satu bentuk kekerasan, Bu Vivian?
VS : Betul. Ancaman tentunya tindak kekerasan secara emosi.
ET : Misalnya seperti kadang-kadang ada pesan yang disampaikan orangtua kepada anak, kalau kamu baik akan disayang tapi kalau tidak baik tidak disayang. Ini sebetulnya ancaman bagi anak untuk brbuat baik di depan orangtuanya.
VS : Jadi anak itu sebetulnya harus diterima apa adanya. Tentu semua orangtua tidak ingin anaknya menjadi tidak baik. Jadi bagaimana memberitahukan kepada anak kalau anak ini diterima tanpa syaat .
Diterima dan dikasihi.
ET : Kalau membawa-bawa sisi rohani misalnya mengatakan kepada anak, "Kalau kamu melakukan sesuatu maka Tuhan akan membalas", ini bagaimana Bu?
VS : Ada tindak kekerasan yang dinamakan tindak kekerasan secara rohani, sepertinya orang itu menggunakan legalisme . Jadi akhirnya anak ini mengalami legalisme. Orang seperti ini diberi sebuta oleh semua orang adalah bukan orang biasa tetapi malaikat atau Tuhan, jadi tidak diberikan kesempatan untuk menjadi manusia.
Kalau menjadi manusia ada kesempatan untuk bersalah bukannya kita mau berdosa tetapi setiap orang bisa bersalah dan ini merupakan tindak kekerasan kalau orang ini selalu dituntut sempurna. Kita tidak mungkin selalu sempurna tetapi bukannya kita mau hidup sembarangan namun penuntutan ini menuntut orang untuk menjadi sempurna dan selalu rohani. Kalau tidak maka akan dihukum Tuhan dan itu adalah tindak kekerasan secara rohani.
ET : Tidak terlalu jelas sepertinya terselubung tetapi bentuk kekerasan juga. Apakah ada lagi bentuk-bentuk yang terselubung selain secara rohani ini.
VS : Bentuk kekerasan secara rohani lainnya ialah mungkin orang disuruh banyak pelayanan sehingga tidak ada waktu untuk keluarganya. Pelayanan memang baik tetapi kalau anaknya menjadi "yatm piatu" itu adalah tindak kekerasan secara rohani.
Ada juga tindak kekerasan ringan yang lain yaitu kita terlalu menyayangi anak sehingga anak tidak diberikan kesempatan untuk mengalami kesakitan apa pun juga padahal di dunia yang akan kita hadapi nantinya kita akan terbentur sana sini. Itu pun terlalu memproteksi seseorang, itu juga merupakan tindak kekerasan karena dia tidak mungkin bisa hidup seperti ini. Ada lagi yaitu selalu menyalahkan anak, itu juga merupakan tindak kekerasan yang terselubung, anak selalu dijadikan kambing hitam dan itu suatu tindak kekerasan.
GS : Kalau orangtua bisa melakukan tindak kekerasan secara terselubung kepada anak apakah bisa terjadi sebaliknya, yaitu anak yang melakukan penyiksaan terhadap orang tuanya.
VS : Itu bisa terjadi, di zaman yang modern ini waktu untuk diri sendiri begitu banyak sehingga tidak ada waktu lagi untuk orangtua. Anak bisa melakukan tindak kekerasan terhadap orangtuanya degan cara tidak memperhatikan orangtua padahal itu salah satu perintah Tuhan, kita harus memperhatikan orangtua, orang tua sudah membesarkan kita.
Seringkali lupa, kita hanya mengirim uang saja tetapi biarlah orang lain yang mengurusi padahal kita harus ikut campur kecuali kalau tempat tinggal kita jauh, tetapi kalau tidak maka kita harus memperhatikan orangtua.
GS : Jadi itu penelantaran terhadap orangtua oleh anak.
GS : Atau orangtua "dipaksa" oleh anak harus bekerja siang dan malam untuk memenuhi kebutuhannya, bisa terjadi seperti itu?
VS : Ada, itu juga termasuk tindak kekerasan. Saya lihat orangtua dipaksakan untuk bekerja supaya dia bisa hidup sendiri. Saya ada teman yang seperti itu, orangnya ini sudah tua dan anaknya hana satu tapi akhirnya anak ini menikah dan sudah punya rumah tangga sendiri.
Kemudian orangtua ini dipaksakan harus tetap mencari uang sendiri, padahal dia sudah sangat tua.
GS : Jadi tindak kekerasan yang terselubung ini, saya rasa lebih berbahaya. Karena masyarakat di sekelilingnya tidak bisa mengontrol dan menganggap itu tidak apa-apa, itu urusan keluarga sendiri. Kalau kelihatan seperti penganiayaan dan sebagainya, masyarakat bisa ramai-ramai membawa dia dan melaporkannya ke polisi. Tapi kalau yang terselubung itu sulit.
VS : Betul. Meskipun sulit tapi dampaknya juga melukai seseorang jadi harus diperhatikan supaya tidak terjadi.
ET : Jadi apa yang mungkin bisa kita lakukan untuk mencegah atau pun mengurangi tindak kekerasan di sekitar kita, minimal di keluarga kita.
VS : Mungkin perlu ada suatu pengertian yang harus kita lakukan hari ini supaya orang mengerti hal-hal apa yang bisa merupakan tindak kekerasan. Juga ada hal-hal yang bisa dilakukan ialah kita erusaha untuk mengerti kalau dirinya sendiri itu dahulu kecilnya memang mengalami tindak kekerasan.
Jangan didiamkan tetapi perlu kita hadapi, perlu kita sembuhkan, dipulihkan karena seringkali kalau belum pulih secara tidak sadar maka dia bisa melakukan tindak kekerasan kepada orang lain lagi. Hal yang lain yang perlu kita perhatikan ialah supaya kita mau mementingkan kepentingan orang lain dan bukan kepentingan diri sendiri.
GS : Saya rasa korban itu harus berani memberitahukan bahwa dia itu menjadi korban tindak kekerasan supaya orang lain tahu dan menghukum pelakunya.
VS : Sebetulnya harus begitu, tetapi banyak orang tidak mau lapor karena takut dengan pelakunya, "Kalau nanti saya lapor maka saya akan semakin disakiti lagi" dan seringkali seperti iu.
Ada juga orang tidak mau lapor karena kalau dia lapor belum tentu dia dilindungi secara hukum, belum tentu dipercayai. Jadi untuk keselamatannya dan kepentingannya, apakah saya lebih ditolong atau malah tambah celaka ?
GS : Tadi ibu katakan butuh suatu pendidikan tapi kadang-kadang di sekolah sendiri juga sering terjadi tindak kekerasan antara guru terhadap muridnya dan sebagainya.
VS : Ada yang seperti itu, jadi memang guru yang menganiaya muridnya tetapi di negara Barat yang dilindungi oleh hukum malah jadi guru tidak bisa bertindak apa-apa karena murid yang melakukan tndak kekerasan kepada guru.
Murid terlalu dilindungi oleh hukum jadi ekstremnya sampai ke tempat yang lain.
GS : Memang selalu menjadi dua masalah yang berbeda yang bisa timbul karena yang satu mencegah tapi terlanjur dan yang lain tidak bisa bertindak apa-apa. Seandainya sekarang ada pelaku tindak kekerasan yang menyadari kesalahannya lalu dia menyesal bertobat, apa yang bisa kita lakukan?
VS : Kalau orangnya sudah menyesali dan mau bertobat kita harus mendukung dia supaya dia bisa tetap menjaga dan mengendalikan diri, mengendalikan emosinya, mengendalikan tindakannya, bagaimana ia berbicara, demikian juga di dalam hal rohani dia bisa bertumbuh, maka kita bisa dukung dia dalam konseling.
Maksudnya kalau pun dia tidak mau konseling kita bisa membantu menasehati kalau saat dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri dan sebelum menyakiti orang lain, mungkin bisa telepon kepada temannya dan mengatakan "Saya tidak bisa mengendalikan diri saya". Jadi dia perlu tahu gejala-gejalanya, tanda-tandanya dan kalau hampir klimaksnya, itu harus bagaimana. Jadi sebelum meledak dia cepat-cepat cari teman atau siapa saja yang bisa diberitahu sehingga dia bisa mengendalikan diri sendiri. Tentunya kita juga mendukung di dalam hal doa.
GS : Biasanya diawali dengan kemarahan, kalau dia sudah mulai marah sebenarnya sudah butuh ditolong sebelum melakukan tindak kekerasan.
ET : Perlukah kita mendorong dia untuk bertanggungjawab atas kerusakan yang mungkin sudah terjadi?
VS : Betul. Tentunya orang yang melakukan tindak kekerasan harus bertanggung jawab terhadap apa yang dia lakukan. Memang bukan disebabkan hal lingkungan atau orang lain, tetapi dirinya sendiri arus bertanggungjawab terhadap apa yang dia lakukan.
Jadi dia bertanggungjawab mengendalikan dirinya sendiri.
GS : Ada hal-hal tertentu yang membuat seseorang itu sadar bahwa dia melakukan kesalahan dengan melakukan tindak kekerasan.
VS : Hal-hal tertentu misalnya bagaimana ?
GS : Yang membuat orang itu sadar. Tidak mungkin orang bisa sadar dengan sendirinya. Seperti apa yang bisa membuat seseorang itu sadar bahwa dia itu keliru?
VS : Yang pertama dia harus merendahkan diri dan dia mau tahu bahwa perbuatannya itu salah dengan melihat orang yang menderita. Kalau melihat orang menderita maka dia akan sadar bahwa apa yang ia lakukan itu merupakan sesuatu yang tidak betul.
Sehingga dia mau mencoba mengerti, kalau orang berbicara tolong di dengar, orang lain menangis tentu ada artinya apa yang menyebabkan. Sehingga dia mau membuka diri kepada orang lain entah itu terhadap perbincangan seperti ini atau terhadap bacaan tentang tindak kekerasan dan ini membuat dia sadar.
GS : Karena ada suami yang habis memukuli istrinya kemudian istrinya nangis-nangis dan pada saat itu dia lalu minta maaf kepada istrinya. Tapi lain kali dia melakukan itu lagi.
VS : Itu namanya siklus yang berulang-ulang. Dia harus bisa mematahkan siklus itu kalau dia gagal, maka dia bisa minta tolong pada orang lain. Dia belum sungguh-sungguh berubah karena dia sadartapi dia melakukan hal itu lagi.
GS : Tetapi apakah ada harapan bagi pelaku tindak kekerasan untuk berubah, tidak melakukan tindak kekerasan lagi.
VS : Bukan harapan tapi keputusan yaitu keputusan untuk tidak melakukan lagi. Jadi sebelum dia melakukan tindak kekerasan kalau sudah ada tanda-tandanya entah dia mulai merasa dongkol, maka diaharus mencegah supaya tidak terjadi.
GS : Memang itu keputusan karena seringkali kalau diperhadap-mukakan maka dia cuma bilang, "Saya harap saya tidak melakukan itu lagi, tetapi kalau melakukan lagi maka minta maaf lagi" dan itu tidak ada habisnya.
VS : Jadi harus ada keputusan tidak mau mengulangi lagi dan kekerasan merupakan suatu dosa. Tuhan tidak menghendaki hal seperti itu.
GS : Mungkin ada ayat firman Tuhan yang ingin ibu sampaikan.
VS : Ini dari Mazmur 11:5B, "Tuhan membenci orang yang mencintai kekerasan". Jadi Tuhan bukan mencintai tetapi membenci orang yang mencintai kekerasan, Tuhan tidak senang dengan orang yang melakukan kekerasan.
GS : Berarti ada resiko hukuman Tuhan kalau dia tetap pada sikapnya untuk melakukan tindak kekerasan terus.
VS : Saya kira dia harus bertanggungjawab kepada Tuhan.
GS : Terima kasih banyak Ibu Vivian dan Ibu Ester untuk kesempatan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Pdt. Dr. Vivian Soesilo dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Pelaku Tindak Kekerasan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan email dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.