Pagar Perlindungan Diri

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T471A
Nara Sumber: 
Ev. Sindunata Kurniawan, MK
Abstrak: 
Walau kita sudah ditebus oleh darah Kristus dan lahir baru, kita masih tinggal dalam kemah lama kedagingan kita yang penuh dosa. Karena itu kita masih tetap rawan berbuat dosa – tidak terkecuali, bahkan hamba Tuhan pun masih bisa jatuh ke dalam dosa. Untuk itu penting kita memiliki pagar perlindungan diri, yang membantu kita tetap berada dalam koridor Allah.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Latar Belakang pembahasan ini adanya gejala yang semakin umum kita mengetahui kejatuhan para hamba Tuhan dalam hal seksualitas. Juga dalam hal korupsi, cinta uang dan gila kekuasaan. Masalah dosa bukanlah masalah sepele.

Pembahasan

Lord Brighton mengatakan, "Power tends corrupt. Absolutely power is absolutely corrupt." Kekuasaan cenderung korup, mencari kepentingan bagi diri sendiri, apalagi kekuasaan yang absolut/mutlak. Maka, dalam ketatanegaraan kita mengenal Trias Politica: kekuasaan legislatif, yudikatif dan eksekutif. Dalam Alkitab Perjanjian Lama kita juga mengenal model kekuasaan ini: imam, nabi dan raja.

Kita adalah orang-orang berdosa, yang telah ditebus oleh darah Kristus dan menyandang status sebagai ciptaan baru dan manusia baru. Namun, kita tetap masih tinggal dalam kemah lama yakni tubuh manusia lama kita. Maka, kita pun masih memiliki pergumulan dengan keinginan daging. Setiap hari kita perlu berjuang mengalahkan keinginan daging ini. Maka, sebagai manusia yang mudah untuk ditarik ke kehidupan lama kita yang berdosa dan melawan panggilan kekudusan hidup, akan sangat menolong untuk bisa finishing well atau mengakhiri pertandingan iman dengan baik, jika kita sejak dini telah membangun pagar perlindungan diri. Yakni, berupa pagar perlindungan dari atas, dari samping dan dari bawah.

Pagar perlindungan dari atas, yakni adanya mentor atau pembimbing yang kepadanya kita siap memberi pertanggungjawaban atas integritas kita dari berbagai sisi, terutama sisi-sisi yang tidak tampak oleh banyak orang. Hal-hal yang tidak nyaman untuk disampaikan kepada orang lain, mentor atau pembimbing bisa menjadi pagar perlindungan dimana kita bisa menyampaikannya. Mentor perlu dicari dari orang yang cukup dewasa, matang dan berpengalaman hidup dalam berbagai sisi. Berdoa minta hikmat Tuhan untuk menunjukkan mentor mana yang bisa memberikan bimbingan yang tepat.

Pagar perlindungan dari samping, yakni rekan-rekan sebaya, dari segi jenis kelamin, usia dan pergulatan hidup, dimana kita saling mengikatkan diri dalam keterbukaan dan saling mendukung untuk berjalan seiring. Perlu juga mengikatkan diri dalam kontrak kerahasiaan, saling mendukung di tengah keterbukaan supaya kita berjalan seiring dan bertumbuh. Untuk bertumbuh perlu komunitas tubuh Kristus, bagikan kerinduan ini pada beberapa pria atau beberapa wanita, carilah minimal bertiga, bisa juga lima sampai tujuh orang. Atur agar bisa bertemu sebulan dua kali, buat acara bersama entah itu pergi memancing, makan bersama dan lain-lain.

Pagar perlindungan dari bawah, yakni adanya seorang atau beberapa mentoree atau orang yang kita bimbing, yang kepadanya atau mereka kita terpanggil untuk memberi pengajaran, membagikan hidup dan menjadi teladan dalam kebenaran dan kekudusan hidup. Kita menjadi mentor atau pembimbing bagi orang lain. Kita bisa belajar dari orang yang kita bimbing, sehingga hidup kita tidak semberono.

Pada umumnya, kita lebih mudah dan lebih banyak memiliki pagar perlindungan dari bawah. Pagar perlindungan dari atas dan samping, seringkali menjadi hal yang langka. Kondisi ketimpangan inilah yang banyak kali bisa menjelaskan peristiwa-peristiwa kejatuhan yang menyentak kita dan tubuh Kristus, mau pun dunia luar. Sisi lemah dari pagar perlindungan dari bawah, mereka tidak berani menegur kita.

Firman Tuhan yang mendasari pembahasan ini adalah dari Pengkhotbah 4:9, "Berdua lebih baik daripada seorang diri karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka". Firman Tuhan sendiri sudah menggariskan berdua lebih baik dari seorang diri. Hidup butuh rekan, hidup membutuhkan mentor dan hidup memerlukan rekan-rekan sebaya dimana kita bisa merasa aman dan terbuka. Dengan demikian kita berhasil mengakhiri pertandingan iman dengan baik sampai akhir hidup kita. Surat Galatia 6:2, "Dengan kita saling bertolongan menanggung beban, kita sedang memenuhi hukum Kristus". Hidup saling memerhatikan satu dengan yang lain.