Pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, dan kali ini saya bersama Ibu Ester Tjahya M.Psi. kami akan berbincang-bincang dengan Pdt. Dr. Vivian Soesilo. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen paruh waktu di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Korban Tindak Kekerasan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Ibu Vivian, pada kesempatan yang lalu kita bicara mengenai pelaku tindak kekerasan dan kali ini kita akan berbicara tentang korbannya. Sebagai korban tindak kekerasan, penderitaan macam apa yang biasanya dialami oleh korban tindak kekerasan itu sendiri.
VS : Penderitaan yang dialami sebetulnya penderitaan yang cukup dahsyat yaitu seringkali hatinya atau batinnya yang terluka, dan ini membutuhkan waktu yang lama untuk dipulihkan. Batin yang teruka itu menyebabkan seseorang bisa merasa harga dirinya rendah, rasa takut yang berlebihan, menjadi orang yang cepat marah, tidak bisa mengendalikan emosinya, tidak bisa berkembang dengan normal secara jasmani, rohani, emosi, mengalami kesulitan berelasi dengan orang lain, menjadi orang yang cemburuan, menjadi orang yang ragu-ragu dan saat malam hari tidak bisa tidur dengan nyenyak karena selalu mimpi buruk mengenai tindak kekerasan yang dia alami dan dia mimpikan pada malam harinya, jantungnya berdebar-debar, sesak napas, keringat dingin, tidak mempunyai percaya diri.
GS : Kalau orang itu merasa dilukai karena korban tindak kekerasan apakah mungkin suatu saat dia menjadi pelaku tindak kekerasan?
VS : Seringkali terjadi seperti itu. Bukan dikatakan 100% tetapi kecenderungannya seperti itu. Kalau dia belum dipulihkan, seringkali dia melakukannya lagi. Dampaknya dia sering melakukan kemarhan yang tidak terkendali kepada orang lain karena kemarahan terhadap orang yang melakukan tindak kekerasan yang lalu belum terlampiaskan.
GS : Tapi kalau tindak kekerasan akibat perbuatan seksual, biasanya korbannya menutup diri dan menjadi orang yang pemalu tidak mau bergaul dan sebagainya.
VS : Ada korban tindak kekerasan secara seksual, dia menjadi orang yang menyendiri dan tidak mau berbuat apa-apa. Dan ada juga korban tindak kekerasan seksual yang saya tahu, dia malah menjadi rang yang berani sekali dan membuat orang lain jatuh didalam hal seksual.
Jadi bisa dua hal.
GS : Memang ada yang menjadi pelacur dan seringkali merugikan banyak orang, tetapi kalau diurutkan masalahnya, sebenarnya dia pernah diperlakukan seperti itu, diperkosa dan sebagainya.
ET : Tapi adakalanya orang bisa menyimpan sampai sekian lama dan tidak kelihatan mungkin dengan dia tetap berprestasi, menunjukkan keberhasilan. Jadi benar-benar dilampiaskan secara positif, teapi sebenarnya lukanya sangat mendalam dan disimpan dengan baik.
VS : Memang bisa disimpan dengan baik dengan cara tetap berprestasi tetapi seringkali yang menderita adalah dalam hubungan relasi. Kalau dia sudah dekat berhubungan relasi dengan seseorang, kadng-kadang dia menjadi orang yang gampang tersinggung, gampang cemburu dan sebagainya.
Ternyata kalau di telusuri dia adalah korban dari tindak kekerasan yang belum dibereskan.
ET : Mungkin baik dari luar tetapi ketika menjalin relasi yang mendalam baru kelihatan luka-luka ini. Memang dari luar tampaknya baik dan bagaimana kita bisa mendeteksi, kalau ternyata orang disekitar kita menyimpan luka.
Apakah salah satu tanda yang cukup besar ini adalah masalah emosi yang seperti Ibu katakan tadi?
VS : Ya, biasanya emosi adalah salah satu tanda yang memperlihatkan orang ini tiba-tiba meledak, tidak bisa mengendalikan diri. Mungkin kita bisa bertanya, "Apa yang terjadi dalam dirimu&qot;.
Dan dia mengatakan, "Aku tidak tahu apa" dan biasanya dia langsung meledak. Dan akhirnya kita perlu berbicara kepadanya, "Pernahkah kamu mengalami sesuatu yang melukai hatimu".
GS : Seperti tadi yang ibu katakan tidak bisa tidur semalaman, ada orang yang tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi di dalam dirinya sehingga timbul mimpi-mimpi buruk dalam kehidupannya.
VS : Mungkin karena dia pernah mengalami sesuatu yang mengerikan.
GS : Ada korban yang merasa karena kesalahannya sendiri, lalu dia menjadi korban tindak kekerasan. Misalnya dia menyalahkan kenapa saya pakai baju itu lalu diperkosa orang atau dia berjalan di jalan yang sepi atau memakai perhiasan sehingga dilukai orang dan itu bagaimana?
VS : Sebetulnya tindak kekerasan itu adalah tindakan kriminal dan pelakunya itu yang bersalah. Dialah yang melakukan tindakan kekerasan dan orang lain adalah korbannya. Orang lain mungkin dikatkan sebagai pemicu, karena dia berpakaian yang terlalu menyolok sehingga mengundang perhatian orang lain, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa yang bertanggungjawab adalah orang yang melakukan tindak kekerasan.
Memangnya hal itu bisa mengundang sesuatu terjadi tetapi tetap tanggungjawab adalah pada pelaku.
GS : Mungkin karena tidak mau memperpanjang masalah kemudian bilang, "Itu memang salah saya sehingga saya jadi korbannya". Kalau kita kecurian seringkali kita berkata kita kurang hati-hati.
VS : Memang ada hal tertentu yang merupakan kesalahan kita, kalau rumah tidak di kunci kemudian orang datang dan mencuri. Itu memang kesalahan kita dan mengundang hal-hal tertentu.
GS : Adakalanya kita sudah berhati-hati tetapi tetap menjadi korban. Lalu kecenderungannya kita mengatakan ini memang kehendak Tuhan, ini bagaimana?
VS : Kehendak Tuhan adalah orang itu bukannya dilukai tetapi dikasihi. Mementingkan diri dan tidak bisa mengendalikan diri itu bukan kehendak Tuhan.
GS : Jadi sebenarnya korban perlu menyadari bahwa yang harus bertanggungjawab adalah pelakunya.
ET : Kadang-kadang kalau korban tidak bisa menyalahkan pelakunya dia merasa ini bukan kehendak Tuhan dan menyalahkan Tuhan. Dan dia merasa kenapa Tuhan tidak mencegah hal itu terjadi, kenapa Tuan membiarkannya dan tidak menolongnya saat tindak kekerasan itu berlangsung.
VS : Kita tidak tahu kenapa Tuhan tidak berbuat sesuatu waktu terjadi tindak kekerasan, tetapi yang kita perlu tahu bahwa Tuhan tidak menghendaki manusia untuk menyakiti orang lain itu adalah satu dosa.
Mengapa Tuhan tidak melindungi kita, kita juga tidak tahu. Tetapi yang kita tahu Tuhan itu mengasihi manusia dan Tuhan ingin manusia saling mengasihi dan memperhatikan, bukannya saling menyakiti.
GS : Kalau korban tindak kekerasan itu orang banyak misalnya kerusuhan masal yang pernah terjadi, dan terang-terangan orang mengaku. Tetapi yang jelas mereka itu adalah korban kekerasan, apakah dampaknya lebih ringan daripada kalau orang itu sendirian menjadi korban tindak kekerasan?
VS : Kalau menurut saya, dan apa yang telah saya baca, korban tindak kekerasan meskipun korbannya secara masal tetapi lukanya sama saja. Karena tiap pribadi itu mendapatkan perlakuan buruk yangsemestinya bukan dilakukan terhadap dia.
GS : Bahkan bukan dia sendiri yang mengalami luka hatinya tetapi juga keluarganya seringkali menjadi korban tindak kekerasan.
VS : Kalau kita ini dalam satu keluarga yang saling memperhatikan, mendukung dan mengasihi tentu kalau anggota keluarga kita disakiti maka semua orang terpengaruh. Demikian juga tindak kekerasa yang dilakukan terhadap salah seorang dari anggota yang kita kasihi, tentu yang lainnya sangat terluka.
ET : Ada juga anggota keluarga yang kemudian menyalahkan diri, seharusnya saya bisa melindungi anggota keluarga yang menjadi korban ini.
VS : Itu adalah rasa bersalah, karena kita tidak bisa melindungi, tetapi ada hal lain karena pelakunya yang bobrok yang tidak benar, pelakunya itu tidak takut pada Tuhan dan itu adalah tindakanyang berdosa, tindakan yang kriminal.
ET : Jadi luka yang dialami oleh korban ini pun sebenarnya kurang lebih sama dampaknya secara emosi dan juga hal-hal yang lain pada keluarga dari korban ini.
VS : Ya semuanya menjadi ikut terganggu, tetapi yang paling besar yaitu korban itu sendiri. Semuanya memang terkena dampaknya tetapi korban yang paling besar.
GS : Padahal korban ini membutuhkan dukungan dari keluarga untuk bisa cepat sembuh, kalau keluarganya juga terkena imbasnya, apa yang bisa dilakukan oleh keluarga itu?
VS : Yang dapat dilakukan keluarganya adalah harus menjadi kuat untuk si korban ini. Keluarga harus bersama-sama bisa berdiri mencari bantuan demi anggota keluarganya ini. Kalau tidak bisa mencri bantuan kepada sesama orang beriman, cari bantuan kepada konselor atau teman baiknya dan siapa saja yang mau membantu, supaya bisa berdiri lagi dan mampu menghadapi masalah ini.
GS : Sebenarnya bisa ditolong untuk pulih kembali walaupun seberapa parahnya yang dialami oleh tindak kekerasan itu.
VS : Bisa ditolong untuk pulih kembali dan membutuhkan waktu yang tidak singkat.
GS : Dan kemauan yang kuat dari korban untuk pulih.
VS : Betul dan itu membutuhkan kesabaran, tidak hanya sekali datang ke tempat konseling kemudian bisa sembuh tetapi membutuhkan waktu.
GS : Berdasarkan pengalaman ibu sebagai konselor, kalau ada orang yang mengalami tindak kekerasan seperti ini, apa yang Ibu lakukan?
VS : Pertama-tama kita mau mendengar ceritanya, mempercayai apa yang telah terjadi. Terutama korban tindak kekerasan seksual seperti anak kecil, dia cerita kepada orangtuanya tetapi orangtuanyatidak percaya dan hal itu menambah sakit hatinya.
Jadi kita mempercayai apa yang dia katakan dan kita mau mendampingi orang itu didalam pemulihannya. Sehingga dia tahu masalahnya jadi bisa mengidentifikasikan masalahnya, setelah itu dia tahu perasaan-perasaan apa yang dia alami. Perasaan marah yang berkecamuk di dalam hatinya, perasaan takut dan rasa bersalah, malu . Apalagi tindak kekerasan secara seksual, hal-hal itu harus dikeluarkan dan setelah dikeluarkan dia harus punya keputusan bahwa dia mau sembuh. Kalau dia mau sembuh dia harus punya jalan untuk mengampuni orang lain yang menyakitinya, dan dia harus punya batasan bagaimana melindungi dirinya sendiri dan ini membutuhkan waktu yang lama.
GS : Dan biasanya Ibu tidak mungkin mendampingi orang itu terus-menerus, bagaimana interaksi Ibu dengan korban itu?
VS : Biasanya orang itu datang 1 atau 2 minggu sekali atau sebulan sekali tergantung waktunya. Selama kami tidak berjumpa maka dia diberi PR, bagaimana dia bisa mengendalikan dirinya sendiri. Da bisa menulis jurnal, menceritakan kembali apa yang terjadi dan itu bisa membantu meringankan bebannya dengan menulis di buku harian.
Kalau orang yang suka menggambar atau melukis, saat dia merasa marah, perasaannya bisa diungkapkan dalam hal lukisan atau menulis puisi buku cerita dan doa yang bisa diutarakan kepada Tuhan.
ET : Adakalanya kalau luka itu sudah terlalu dalam atau mungkin terjadi ketika usia yang lebih dini kadang-kadang sepertinya untuk yang bersangkutan ini sudah terlupakan seperti sudah mau dibuag.
Bagaimana bisa menolongnya, mungkin secara emosi memang mereka menyadari bahwa dia pemarah tetapi mau mengingat peristiwanya itu rasanya sudah seperti samar-samar?
VS : Untuk menolong orang yang mau sembuh dari hati yang terluka ini, dia harus mengingat kembali apa yang terjadi, bukannya melupakan. Dia harus berdoa minta tolong kepada Tuhan supaya mengingt kembali apa yang telah terjadi, bukan untuk mendendam tetapi untuk menghadapi dan membereskan.
ET : Kalau misalnya sudah terlalu lama bagaimana ?
VS : Mungkin butuh waktu, kalau dia mau, berdoa kepada Tuhan maka akan mengingat kembali.
ET : Dan memang dalam beberapa kasus, seperti Tuhan benar-benar membukakan sampai begitu jelas hal yang belum pernah terbayangkan.
VS : Betul, akhirnya dia sendiri ingat di waktu itu, di tempat itu, dan dia akan ingat secara betul lalu dihadapi. Memang menyakitkan tetapi dihadapi untuk kesembuhan.
GS : Apakah orang yang menjadi korban tindak kekerasan yang begitu hebat, menampakkan tanda-tanda yang nyata sehingga kita tahu orang ini sudah mulai sembuh. Kalau luka badan bisa kita lihat, tetapi kalau luka hati itu sulit untuk melihatnya.
VS : Tanda-tandanya memang tidak terlihat secara fisik, tetapi kita bisa melihat bahwa beban orang ini sudah terlepas. Dia merasa orang yang sudah tidak tertekan lagi, dan saat dia menghadapi ssuatu hal tidak cepat tersinggung.
Jadi dia adalah orang yang sudah bisa menghadapi masa lalunya dan menghadapi masa depan dengan lebih tenang, terutama hatinya damai.
GS : Berarti kalau dia terus memikirkan untuk membalas dendam dan kalau ada kesempatan saya mau membalas dendam, berarti dia itu belum sembuh betul?
VS : Belum, kalau orang yang sudah sembuh dari luka hatinya maka dia tidak akan memikirkan untuk membalas dendam. Dia sudah tidak ada kemarahannya lagi tetapi dia bisa mengampuni. Jadi menghadai masalahnya tidak dengan marah-marah tetapi dengan pengampunan.
GS : Tetapi biasanya orang yang menjadi korban, menjadi lebih berhati-hati didalam kehidupannya supaya tidak menjadi korban untuk yang kedua kalinya.
VS : Dia akan hati-hati dan waspada.
GS : Langkah apa yang biasanya ditempuh oleh seseorang yang menjadi korban, supaya dia tidak menjadi korban lagi?
VS : Tentunya dia harus menjaga jarak dengan pelakunya jadi dia membuat batasan, supaya dia tidak dilukai oleh pelaku itu lagi. Batasannya adalah bukannya membenci dia, tetapi jaraknya tidak telalu dekat dengan orang itu lagi.
Dan hal yang lain ialah dia harus tahu kelemahan diri sendiri, apa yang dapat dia lakukan dan mana yang tidak dapat dia lakukan, supaya tidak diperalat oleh orang lain.
GS : Tetapi ada teman yang saya tahu pernah menjadi korban tindak kekerasan dan pelakunya adalah orang yang brewok dan sampai sekarang kalau ada orang brewok itu dia langsung menjauh. Padahal tidak semua orang brewok itu jahat tetapi karena terkesan dengan orang brewok yang pernah menyakiti dia, sampai sekarang dia tidak berani dekat-dekat dengan orang yang brewok.
VS : Itu adalah trauma dengan apa yang dia hadapi. Jadi apa yang dilihat itu kilas balik dari apa yang terjadi sehingga dia menjadi takut lagi.
GS : Sebenarnya dia sudah sembuh atau belum dari luka hatinya?
VS : Kita tidak tahu orangnya, jadi kita harus mengerti. Tapi bagi dia itu adalah salah satu dari batasan bagi dia. Itu salah satu gejala dari orang yang mengalami tindak kekerasan itu, dia teralu was-was.
GS : Dia bilang sudah tidak apa-apa tetapi kalau ditanya khawatir saja, berarti itu trauma?
GS : Dan itu bisa terjadi pada siapa saja yang pernah mengalami tindak kekerasan.
VS : Betul, jadi dia akan was-was.
ET : Tapi kadang-kadang ada orang rasanya ingin lompat dalam proses ini maksudnya ingin cepat-cepat sembuh dan rasanya ingin sesegera mungkin bisa pulih seperti sediakala. Untuk menghadapi korban seperti ini bagaimana kita bisa menolongnya?
VS : Jalan untuk penyembuhan tidak bisa melalui jalan pintas tetapi melalui proses yang panjang dan proses yang memerdekakan bukan proses yang membuat orang itu jatuh. Jadi sebaik mungkin dihadpi dan sabar.
ET : Walaupun untuk waktu yang kadang-kadang panjang.
VS : Tetapi untuk memerdekakan, jadi lebih baik dilakukan daripada tidak.
GS : Tadi Ibu katakan selang waktu konseling itu diberi PR, ada juga orang yang melakukan pekerjaan yang positif. Jadi misalnya dia menjahit, memasak dan sebagainya, apakah itu dapat menolongnya untuk melupakan peristiwa yang menyakitkan?
VS : Bukan melupakan tetapi mengalihkan perhatiannya pada hal itu. Memang orang yang mengalami tindak kekerasan tidak boleh berdiam diri tetapi dia harus mengingat kembali, bukan dikendalikan oeh peristiwa itu.
Tapi dia bisa melakukan hal-hal yang lain, salah satu tanda orang sembuh dari tindak kekerasan adalah dia tidak dikendalikan lagi oleh masa lampau, dia bisa bebas.
ET : Mungkin perlu juga keseharian itu tetap berjalan, tidak harus selalu seperti diisolasikan dalam masa penyembuhan. Jadi kehidupan rutin tetap berjalan dan proses penyembuhan pun sambil berjlan.
VS : Justru yang rutin-rutin itu baik, supaya dia tidak berdiam diri. Kalau orang berdiam diri maka semua pikiran-pikiran yang jahat atau negatif datang kembali.
GS : Sebenarnya peran komunitas misalnya anggota sebuah gereja atau organisasi lainnya itu akan sangat membantu proses kesembuhannya?
VS : Tentu, komunitas yang mendukung akan membantu dia untuk cepat sembuh. Komunitas yang mengerti, komunitas yang memperhatikan, komunitas yang mengasihi tentu akan membantu dia pulih lebih ceat.
ET : Kadang-kadang kalau peristiwa itu terlalu memalukan, untuk membagikannya pun juga malu. Misalnya masalah diperkosa kemudian berbagi kepada seiman di gereja dan itu rasanya seperti sebuah ab.
Kadang-kadang ini menjadi hambatan untuk mendapatkan dukungan dari komunitas.
VS : Kita tidak harus sembarangan mencari orang pendukung, kita harus mencari pendukung yang sungguh-sungguh dapat dipercayai, orang-orang yang dewasa yang bisa membantu, ada satu atau dua oran saja itu sudah bagus.
GS : Kadang-kadang khawatir disalah mengertikan, dia cerita dia pernah diperkosa, orangnya bukan mau mengerti tetapi salah mengerti terhadap dia.
VS : Maka tadi yang saya katakan carilah orang yang dewasa dan juga orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.
GS : Kalau dia sharing dengan sesama korban, yang hampir sama kasusnya apakah itu dapat menolong?
VS : Tentu bisa, jadi itu merupakan suatu grup sendiri. Bahkan itu di negara-negara tertentu kalau korban kekerasan seperti itu akan ada grup. Mereka bertemu dan saling mendukung itu namanya grp terapi.
GS : Kalau anak yang menjadi korban kekerasan orangtuanya, seringkali anak enggan untuk menceritakan kepada orang lain. Misalnya dia baru dipukuli secara keras oleh orangtuanya, ini bagaimana?
VS : Anak yang mengalami korban kekerasan biasanya takut bercerita kepada orang lain. Nanti kalau saya cerita, nanti malah dimarahi oleh orangtua. Oleh sebab itu perlu juga ada orang dewasa yan bisa dia percayai, dia bisa mendapatkan perlindungan dan dia bisa menceritakan.
GS : Mungkin karena ketakukan, banyak istri yang membiarkan dirinya dipukuli oleh suaminya secara berulang-ulang karena takut untuk diceraikan atau takut disiksa yang lebih berat lagi, lalu dia tidak mau bicara.
VS : Banyak istri yang ketakutan, bukan hanya disiksa tetapi ketakutan hal ekonomi. Nanti bagaimana kehidupannya terutama untuk anak-anaknya. Jadi akhirnya dia tidak mau berbicara, tapi saya ajurkan dia buka mulut kepada orang yang bisa membantu seperti pada konselor yang bisa dimintai bantuan.
Disitulah dia bisa mendapatkan dukungan supaya dia bisa terlepas dari itu semua.
GS : Selain membuat batasan, apakah ada cara lain yang bisa digunakan oleh seorang korban kekerasan, supaya tidak terulang lagi menjadi korban?
VS : Klien saya yang pernah disiksa begitu dahsyat sehingga kepalanya gegar otak, bukan hanya gegar otak tetapi harus masuk rumah sakit karena kepalanya dan bagian tubuhnya yang retak sehingga eumur hidupnya harus di kursi roda.
Karena begitu dahsyatnya tindak kekerasan itu dan dia tidak mau menghadapi lagi, yaitu dengan keluar dari hubungan pernikahan itu.
GS : Salah satu cara memutus mata rantai itu.
VS : Ya, karena terlalu dahsyat.
GS : Orang-orang atau tentara yang terlibat di dalam peperangan apakah itu bisa menjadi korban tindak kekerasan?
VS : Bisa, karena dia mengalami trauma dari apa yang dia lihat dan lakukan didalam peperangan, dia bisa menjadi pelaku tindak kekerasan juga. Oleh sebab itu perlu penyembuhan karena banyak traua yang dialami oleh orang-orang veteran perang.
GS : Dan itu butuh waktu yang lama juga?
GS : Berdasarkan pengalaman Ibu kira-kira butuh waktu berapa lama?
VS : Itu relatif, tidak ada berapa lamanya. Itu tergantung berapa lamanya dia mengalami dan sejauh mana dia mengalami tindak kekerasan, dan itu menentukan berapa lamanya.
GS : Kerjasamanya dengan Ibu, jadi bagaimana dia bisa berperan aktif untuk menyembuhkan diri?
GS : Sehubungan dengan pembicaraan kita kali ini apakah ada ayat firman Tuhan yang Ibu ingin sampaikan?
VS : Surat Paulus kepada jemaatnya di Roma 12:17 dikatakan, "Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan ; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!". Jadi memang ada orang bertindk kejahatan tetapi janganlah kita membalas kejahatan dengan kejahatan.
GS : Karena itu bukan penyelesaian.
VS : Pengampunan itulah penyelesaiannya.
GS : Beberapa waktu yang lalu yang sudah kita perbincangkan dalam acara Telaga ini tentang pengampunan. Ini sesuatu yang penting dan ini merupakan sesuatu mata rantai yang perlu diperhatikan. Terima kasih banyak Ibu Vivian dan Ibu Ester untuk kesempatan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Pdt. Dr. Vivian Soesilo dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Korban Tindak Kekerasan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan email dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.