Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Hidup Bersukacita". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, semua orang ingin hidup bersukacita, bergembira dan sebagainya. Dan Alkitab pun kerapkali mengingatkan kita untuk hidup dengan bersukacita. Tapi pada kenyataan dalam kehidupan sehari-hari ini sukar sekali mewujudkan sukacita di dalam diri kita, itu bagaimana Pak Paul?
PG : Betul sekali yang Pak Gunawan katakan, kita ini tahu bahwa hidup yang sehat adalah hidup yang bersukacita. Tapi masalahnya adalah kita harus benar-benar berjuang keras untuk menjadi sukcita.
Karena sering kali kita harus menjumpai situasi dalam hidup yang tidak membawa sukacita. Nah hal-hal seperti itulah yang akhirnya menurunkan kadar sukacita dalam hidup kita. Nah sebagai orang Kristen kita tahu bahwa Tuhan juga menyuruh kita untuk bersukacita, tapi waktu kita mencoba untuk hidup sesuai dengan yang firman Tuhan katakan itu kita tidak selalu berhasil. Itu sebabnya kita perlu mengambil waktu ini dan kita sekali lagi melihat apa yang firman Tuhan katakan. Yang akan saya gunakan sebagai teks kita adalah
Filipi 4:4-7, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." Yang pertama bisa kita lihat di sini adalah Paulus meminta kita untuk bersukacita. Seperti tadi saya sudah katakan memang salah satu ciri khas kehidupan kristiani adalah kehidupan yang penuh sukacita. Nah pertanyaannya adalah bagaimanakah kita dapat hidup bersukacita. Mungkin kita bisa mengingat hal-hal yang telah menimpa kita adalah hal-hal yang tidak mengenakkan, tidak menggembirakan, bagaimanakah kita tetap mempertahankan sukacita di tengah-tengah situasi kehidupan yang tidak membawa sukacita. Yang saya ingin tekankan adalah sukacita kristiani bukanlah bersumber dari situasi yang kita hadapi melainkan dari Kristus sendiri.
GS : Berarti yang mau diajarkan kepada kita oleh firman Tuhan itu bahwa sukacita itu bukan sekadar emosi atau menyangkut seluruh kehidupan kita?
PG : Tepat sekali Pak Gunawan, sudah tentu sukacita memang berkaitan dengan emosi tapi yang Alkitab ingin tekankan kepada kita adalah bahwa sumber sukacita bukanlah emosi itu sendiri. Sebetunya emosi hanyalah kendaraan yang kita gunakan untuk menggetarkan diri kita dan untuk menyalurkan sukacita itu keluar sehingga dapat kita rasakan.
Sering kali yang kita katakan sumber sukacita adalah situasi, situasi yang menggembirakan. Nah yang justru Alkitab ingin tekankan di sini adalah sukacita itu bukanlah bersumber pada situasi, situasi bisa berubah-ubah. Sumber dari sukacita adalah Kristus sendiri, jadi sekarang pertanyaan yang ingin kita ajukan adalah bagaimanakah Kristus menyalurkan sukacita kepada kita. Kendati situasi yang kita hadapi tidaklah menggembirakan. Ini sekarang yang menjadi pertanyaannya. Saya akan menjawab begini sukacita dari Kristus adalah sukacita hidup bersama Kristus, itu maksudnya waktu kita berkata bahwa sukacita berasal dari Kristus. Sekali lagi saya ulang, artinya bahwa sukacita dari Kristus adalah sukacita hidup bersama Kristus, yang berarti sebetulnya adalah kita tidak sendirian. Kristus mendampingi dan akan memberi kekuatan kepada kita untuk menghadapi segala tantangan hidup.
GS : Berarti sumbernya bukan emosi tetapi pribadi yaitu Tuhan Yesus sendiri yang Pak Paul katakan, ini yang harus kita terima sebagai pribadi yang selalu beserta dengan kita. Jadi alasan ini harus kokoh seperti itu.
PG : Betul sekali, saya berikan contoh yang mungkin lebih mudah untuk kita cerna. Misalkan kita itu harus melewati perjalanan yang panjang dan kita harus mungkin bersama dengan seseorang selma berhari-hari.
Saya kira faktor yang paling menentukan untuk membuat kita gembira atau tidak gembira adalah dengan siapakah kita melakukan perjalanan yang panjang ini. Kalau kita bersama dengan seseorang yang nyaman, yang membuat kita bahagia, yang mendorong, yang menguatkan kita, nah perjalanan yang panjang itu menjadi sebuah perjalan yang membawa sukacita. Tapi kebalikannya kita melewati perjalanan yang singkat yaitu hanya satu jam, tapi bersama dengan seseorang yang menyusahkan kita, memarahi kita, mengkritik kita, mengahakimi kita; satu jam itu menjadi perjalanan yang benar-benar tidak membuahkan sukacita, justru menambahkan kesusahan hati kita. Jadi faktor yang penting adalah pada dengan siapakah kita itu melakukan perjalanan itu. Jadi kita terapkan contoh itu ke dalam kehidupan kita juga dengan Kristus. Bahwa situasi itu kadang-kadang memang akan berubah, tidak selalu situasi yang kita hadapi situasi yang menyenangkan. Tapi yang Alkitab tekankan adalah kita harus mengingat dengan siapakah kita itu akan melewati situasi tersebut. Kalau kita tahu kita bersama dengan Kristus Tuhan kita Juru selamat kita, yang mengasihi kita, Dia yang perkasa, Dia yang bisa menolong kita, menghibur hati kita; seyogyanyalah itu cukup untuk membuat kita bersukacita.
GS : Kita ini sering kali dengan kawan seperjalanan kita yang dalam hal ini Pak Paul katakan Tuhan Yesus Kristus sendiri, dari kitanya sendiri yang kadang-kadang menimbulkan rasa bosan, rasa ingin mencari yang lain. Seperti dengan teman perjalanan tadi, mungkin kita pergi dengan istri kita, pada awalnya menyenangkan, lama-lama kita merasa jenuh, kita ingin jalan sendiri akibatnya kita kehilangan sukacita itu.
PG : Kalau mata kita lepas dari memandang Kristus, saya kira ya, kita akan bisa menjadi bosan atau jenuh. Tapi kalau kita tidak melepaskan pandangan dari Kristus, kita terus membaca firmanNy, kita datang kepadanya dalam persekutuan, kita tidak akan bosan.
Maka Paulus langsung setelah menyuruh kita untuk bersukacita, Paulus menambahkan bahwa kita harus membawa kekhawatiran kita dalam doa. Artinya kita mesti terus-menerus bercakap-cakap mengeluarkan isi hati kita kepada Tuhan. nah saya ingin tekankan di sini, kenapa Paulus meminta kita untuk berdoa, membawa kekhawatiran kita ini kepada Tuhan, sebab sesungguhnyalah kita bisa mengetahui bahwa kekhawatiran merupakan pembunuh sukacita. Dan kita tahu bahwa kekhawatiran itu juga berhulu dari ketidakpastian. Memang saya akui kehidupan syarat dengan ketidakpastian namun justru di sinilah seorang Kristen dapat hidup dengan bersukacita. Ia tahu bahwa dalam hidup hanya satu yang pasti yaitu Kristus dan firmanNya, jadi sekali lagi kita datang kepada Tuhan di dalam doa membawa kekhawatiran kita kepadaNya. Kita tahu kekhawatiran bersumber dari ketidakpastian, namun Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang pasti. Maka Dia akan memberikan kita ketenangan. Jadi jangan sampai kita berhenti atau luput melihat Kristus dan memelihara persekutuan denganNya.
GS : Itu berarti dari kita itu juga dituntut kesungguhan untuk mau hidup di dalam sukacita itu sendiri, sekalipun pribadi Kristus itu terus beserta kita tapi kalau kita sendiri yang menolak untuk hidup di dalam sukacita itu seperti yang Pak Paul katakan melepaskan pandangan kita, kita tidak akan mengalami sukacita itu.
PG : Betul, setiap saat kita diperhadapkan dengan dua pilihan. Pilihan tetap memandang Kristus atau pilihan tidak lagi memandang Kristus. Saya kira kalau kita memilih tidak memandang Kristusdengan cepat sekali kita akan merasa jenuh datang kepaNya, berdoa kepadaNya, berbakti kepadaNya; kita merasakan ini tidak ada gunanya, membuang waktu dan sebagainya.
Tapi waktu kita tetapdatang kepadaNya, bergumul kepadaNya dalam doa kita; maka kita tidak akan merasa jenuh, kita makin lekat dengan Dia. Yang juga ingin saya tekankan adalah sukacita itu perlu dipelihara, Pak Gunawan. Sering kali kita beranggapan, sekali kita sukacita selama-lamanya kita akan bersukacita, tidaklah demikian kita harus memeliharanya. Pertanyaannya adalah bagaimana kita memelihara sukacita itu. Paulus di sini menegaskan bahwa kita membawa segala kekhawatiran kita dalam doa dan pengucapkan syukur. Nah kata ini merupakan kata yang luar biasa pentingnya yaitu bersyukur. Paulus menekankan bahwa kita bisa memelihara sukacita dengan cara hidup bersyukur. Pertanyaan berikutnya yang kita ajukan adalah apa artinya bersyukur. Bersyukur berarti melihat apa yang telah Tuhan berikan atau lakukan, ini adalah hal yang sangat-sangat penting namun masalahnya adalah kita hanya ingin melihat apa yang seharusnya Tuhan berikan atau lakukan. Kita menjadi gagal melihat apa yang Tuhan telah perbuat dalam hidup kita, kita hanya memfokuskan pada apa yang seharusnya Tuhan lakukan dalam hidup kita.
GS : Memang biasanya kita bersyukur itu kalau ada hal-hal yang cocok untuk kita, kadang-kadang Tuhan mengajak kita atau memberikan kepada kita sesuatu yang kita sebenarnya tidak suka, jadi sulit sekali untuk bersyukur pada saat-saat seperti itu.
PG : Betul sekali, kita cenderung memang melihat yang belum kita miliki dan kita mendasari hidup kita atas apa yang belum kita miliki. Tuhan mengajarkan kepada kita untuk melihat apa yang teah kita miliki, apa yang Tuhan telah berikan kepada kita.
Orang yang bersyukur adalah orang yang dapat melihat ini Pak Gunawan, lawan dari hidup bersyukur adalah hidup bersungut. Dan hidup bersungut adalah hidup menghitung apa yang belum terjadi, sebaliknya hidup bersyukur adalah hidup menghitung apa yang telah terjadi. Saya berikan contoh, misalkan kita ini bertahun-tahun kita hidup susah sekali kemudian akhirnya kita mulai menikmati perbaikan dalam hidup kita, Tuhan memberkati kita, kita akhirnya bertambah makmur. Ada orang yang bukannya bersyukur dia tambah makmur karena Tuhan tambahkan semua ini kepadanya, malahan marah kepada Tuhan. dan berkata: "Kenapa baru sekarang saya makmur, sekarang saya sudah berumur 50 tahun, saya dari umur 10 tahun hidup susah sampai 50 tahun." Nah dia tidak bsia bersyukur bahwa 40 tahun saya hidup susah dan sekarang saya hidup makmur. Dia memfokuskan pada kenapa Tuhan dulu tidak berbuat lebih dini, lebih cepat menolong saya, itu hal-hal yang memang cukup sering kita lakukan. Waktu kita sudah menikmati sesuatu untuk waktu yang lama kita merasa ini kurang, kita bersungut-sungut kepada Tuhan, kita minta Tuhan menambahkannya lagi, ini merupakan ciri khas sebagian manusia. Terlalu sering kita hanya memfokuskan pada apa yang belum kita miliki, kita gagal menghitung apa yang Tuhan telah berikan kepada kita.
GS : Atau kadang-kadang kita juga bersungut-sungut tatkala sesuatu yang telah Tuhan berikan kepada kita lalu hilang dari kita. Padahal awalnya kita juga tidak punya.
PG : Betul sekali, dan kita tidak melihat fakta itu bahwa sebelumnya pun kita tidak punya. Inilah sikap yang dimiliki oleh Ayub sewaktu dia kehilangan segalanya termasuk kesehatannya. Dia maih bisa berkata: "Ya saya datang ke dunia ini telanjang, tidak membawa apa-apa maka saya akan kembali maksudnya saya akan meninggalkan dunia ini juga dengan tidak membawa apa-apa."
Nah itu hidup bersyukur, tapi saya mengerti tidak mudah untuk kita mempunyai sikap seperti itu, tapi kalau kita bisa memilih untuk melihat apa yang Tuhan telah berikan dan bukannya melihat pada apa yang seharusnya Tuhan berikan, kita akan lebih mampu mempertahankan sukacita itu. Sebab sukacita dan sungut-sungut tidak bisa bercampur, tidak bisa menempati ruangan yang sama dalam hidup kita.
GS : Sebenarnya kalau kita hidup sendirian itu kita mungkin cepat bisa mensyukuri Pak Paul, tapi karena dengan banyak orang di sekeliling kita lalu kita menengok sana, menengok sini dan melihat sana kok lebih enak dan sebagainya.
PG ; Betul sekali, akhirnya kita tidak melihat apa yang Tuhan telah berikan kepada kita; kita melihat pada apa yang Tuhan telah berikan kepada orang lain. Kita bertanya-tanya mengapakah Tuhan tidak memberikan hal yang sama itu kepada kita. Nah sekali lagi Tuhan itu tidak memberikan kepada semua orang hal yang sama, karena kalau semua mendapatkan yang sama kita itu tidak akan pernah belajar bermurah hati, berlapang dada; tidak pernah belajar untuk bisa bersukacita dengan orang yang bersukacita, sebab semuanya sama. Justru Tuhan membiarkan ketidaksamaan ini, agar kita semua bisa bertumbuh lebih mirip lebih serupa dengan Kristus. Misalkan kita menjadi lebih murah hati, kita bisa lebih bersyukur akan apa yang Tuhan telah berikan kepada kita.
GS : Jadi masalahnya bagaimana kita mengubah pandangan kita, supaya kita bisa mensyukuri atas segala sesuatu yang Tuhan berikan kepada kita?
PG : Ini memang masalah pilihan Pak Gunawan, jadi saya sendiri kalau ada orang bertanya bagaimanakah hidup bersyukur, pada dasarnya kita harus memilih untuk hidup bersyukur. Pilihan kita hana dua yaitu hidup bersyukur atau hidup bersungut.
Hidup bersyukur berarti memfokuskan apa yang Tuhan telah berikan, nah hidup bersungut hanya memfokuskan pada apa yang seharusnya Tuhan berikan kepada kita. Kita tidak bisa memaksa orang untuk memilih yang seharusnya dia pilih. Pertanyaan yang memang akan muncul juga adalah kenapa kita harus bersyukur, sebab kenyataannya memang Tuhan telah memberikan ktia banyak berkat. Ada orang yang berkata: "Kok saya dari dulu harus terus bekerja keras," tapi dia lupa dia punya sepatu, dia punya tempat tidur, dia punya piring makan, dia masih punya atap, jadi banyak hal yang telah kita terima. Dan atas hal-hal itulah kita masih bisa bersyukur kepada Tuhan. Tuhan tidak meminta kita untuk hidup berbohong Pak Gunawan, artinya mensyukuri apa yang tidak pernah kita terima. Tuhan meminta kita riil, dan memang kalau kita melihat apa yang telah kita terima, kita akan harus bersyukur dan Tuhan menyenangi orang yang bersyukur. Karena sebetulnya orang yang bersyukur adalah orang yang melihat bahwa Tuhan itu baik dan sesungguhnya Dia itu baik. Kenapa Tuhan tidak senang dengan orang yang bersungut-sungut, sebab sesungguhnya orang yang bersungut-sungut tidak mempunyai penilaian yang tepat akan Allah. Dia itu melihat Allah sebagai Allah yang jahat, orang yang bersungut sebetulnya mempunyai anggapan atau konsep bahwa Tuhan itu jahat, karena Tuhan jahat maka Tuhan tidak memberikan kepadanya seperti yang dimintanya. Tapi orang yang bersyukur dia berkata Tuhan baik, meskipun saya mendapatkan hanya segini tidak apa-apa karena saya tahu Tuhan baik, Dia pasti tahu apa yang paling buat untuk saya juga.
GS : Sebenarnya keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita itu ´kan merupakan alasan yang paling kuat untuk kita bersyukur. Katakan kita tidak diberikan yang lain pun dengan keselamatan itu kita sudah punya alasan yang kuat untuk bersyukur.
PG : Itu point yang bagus sekali Pak Gunawan, sebab keselamatan yang kita terima itu identik dengan sorga yang akan nanti boleh kita tempati. Hidup ini tidak bisa dibandingkan dengan sorga yng nanti akan menjadi rumah kita yang abadi.
Jadi meskipun di dunia kita tidak memiliki banyak tapi janji kepastian, jaminan bahwa nanti kita akan bersama Tuhan di sorga itu benar-benar alasan yang paling kuat untuk berkata saya bersyukur, saya berterima kasih kepada Tuhan karena Dia sudah menjanjikan sorga untuk saya. Jadi sebetulnya meskipun tidak ada lagi yang lain yang kita miliki, itu saja memang yaitu keselamatan, hidup bersama dengan Tuhan itu sudah merupakan alasan yang lebih dari cukup untuk kita bersyukur kepadaNya.
GS : Yang sering kali dipertanyakan adalah bagaimana kita mengekspresikan rasa syukur itu, apakah kalau kita berkali-kali mengucapkan Puji Tuhan, Tuhan baik, apakah itu sudah merupakan ungkapan rasa syukur orang yang bersyukur atau ada orang yang tanpa bicara terlalu sering seperti itu pun tapi kita melihat hidupnya penuh syukur Pak Paul?
PG : Saya kira salah satu cara yan terjelas untuk merefleksikan bahwa kita ini hidup bersyukur, kita mempunyai wawasan hidup yang positif. Jadi orang yang bersyukur itu cenderung positif, di tidak melihat hidup itu sepertinya gelap, suram.
Dia menantikan hari esok, dia tahu bahwa ada berkat Tuhan untuk hari esok, dia bersedia membantu orang, dia bersedia mempercayai orang karena dia tahu bahwa masih ada kesempatan untuk orang itu bisa berubah dengan dia menolongnya. Dengan kata lain dia positif, dia tidak berkata percuma-percuma, tidak usah-tidak usah; dia berpandangan positif. Nah ini saya kira wujud nyata dari orang yang hidup bersyukur. Hatinya penuh sukacita karena hatinya penuh sukacita maka dia melihat hidup itu dengan lebih cerah. Dengan kata lain kita bisa melihat siklus, makin seseorang bersyukur, makin dia bersukacita. Dan makin dia bersukacita makinlah dia positif melihat hidup ini. Dan yang kita tahu pasti adalah Tuhan pun akan bersukacita, melihat anak-anakNya hidup bersyukur.
GS : Walaupun kadang-kadang di tengah-tengah sukacita itu orang bisa saja kehilangan sukacitanya ya Pak Paul?
PG : Sekali-sekali saya kira itu wajar, sudah tentu kalau misalkan kita ditimpa musibah, kemalangan yang berat, kita akan terpukul, sedih, menangis; tidak apa-apa karena Tuhan tidak anti airmata.
Itu bagian dari kehidupan yang wajar selama kita masih menjejakkan kaki di bumi ini. Namun orang yang bersyukur adalah orang yang tidak ditelan oleh musibah, orang yang tidak mengubah pandangannya terhadap Tuhan gara-gara musibah itu, dia tetap akan berkata: "Tuhan, meskipun saya harus kehilangan untuk sekarang ini tapi saya bersyukur saya pernah memilikinya, saya pernah mencicipi berkat-berkat yang Tuhan berikan kepada saya. Nah dia kembali bisa bersyukur karena dia tetap bisa melihat apa yang Tuhan telah lakukan. Jadi saya percaya juga orang yang bisa melihat apa yang Tuhan telah lakukan nantinya juga akan lebih berharap dan beriman pada apa yang akan Tuhan berikan kepadanya. Dan Tuhan akan lebih memberkati lagi orang yang bersyukur, Dia akan memberikan lebih banyak lagi kepada orang yang bersyukur.
GS : Kesaksian hidup pada jemaat mula-mula yang dicatat di Kisah Para Rasul itu membuktikan bagaimana jemaat Tuhan yang bersyukur itu selalu ditambahi jumlahnya oleh Tuhan.
PG : Betul sekali, maka ironis sekali kalau kita bertemu dengan seseorang yang kaya raya tapi luar biasa negatifnya, bersungutnya, tidak pernah mengucapkan syukur akan apa yang Tuhan telah brikan kepadanya.
Sebaliknya ktiab isa bertemu dengan seseorang yang mungkin sekali sederhana, rumahnya pun sederhana tapi penuh dengan sukacita. Kenapa, sebab orang ini hidup bersyukur; dia menghitung berkat, dia menghitung apa yang Tuhan telah berikan kepadanya. Dan itu menjadi pondasi kehidupannya.
GS : Memang akan ada banyak alasan kalau kita mau bersungut-sungut, tetapi tadi Pak Paul katakan ini merupakan suatu pilihan. Jadi sekalipun banyak alasan untuk bersungut-sungut tapi kita bisa memilih untuk bersyukur terhadap semua itu. Terima kasih sekali Pak Paul untuk perbincangan kali ini dan saudara-saudara sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga. Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Hidup Bersukacita". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id Kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.