Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang "Misteri Kesembuhan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Namanya orang sakit tentu berharap untuk sembuh. Selain obat-obatan dokter, secara medis dan tradisional, orang ini pasti berdoa meminta kesembuhan. Tetapi fakta yang kita lihat dalam kenyataan sehari-hari tidak segampang itu ya, Pak Paul. Ada orang yang bertahun-tahun berdoa tetap saja sakit. Tapi ada juga orang yang tanpa berdoapun dia sembuh karena pengobatan medis dan sebagainya. Bagaimana ini, Pak Paul ?
PG : Saya menyebutnya sebagai misteri kesembuhan, Pak Gunawan. Kita tahu bahwa Allah sanggup menyembuhkan segala sakit penyakit. Tapi kitapun tahu bahwa Allah tidak menyembuhkan semua orang yang sakit. Mungkin kita bertanya-tanya, sesungguhnya apa yang menjadi kriteria Allah untuk menyembuhkan kita. Mengapa Ia tidak menyembuhkan semua orang yang sakit. Saya kira hal-hal inilah yang perlu kita lihat untuk kita pelajari supaya kita memiliki pemahaman yang tepat tentang kesembuhan itu sendiri.
GS : Karena suatu saat kita juga pernah mengalami sakit. Baik itu sakit yang berat maupun ringan. Kalau sudah di titik itu kita juga akan terjebak pada pertanyaan, ‘kenapa orang itu disembuhkan tapi saya tidak’? Seringkali begitu. Jadi, apa yang perlu kita perhatikan, Pak Paul ?
PG : Ada beberapa hal. Yang pertama adalah tentang pelayanan Tuhan Yesus. Meskipun dalam pelayanan-Nya di dunia Tuhan Yesus menyembuhkan banyak orang, dalam pengajarannya jarang sekali Ia menyebut hal kesembuhan. Ini menarik, Pak Gunawan. Sekali lagi saya ulang, dalam pelayanan-Nya Tuhan Yesus menyembuhkan banyak orang, namun dalam pengajaran-Nya jarang sekali Ia menyebut hal kesembuhan. Sebagaimana kita ketahui pokok pengajaran-Nya adalah tentang Allah Bapa, tentang diri-Nya sebagai Putera Allah dan Juruselamat dunia, dan tentang Roh Kudus. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa kesembuhan adalah penting tetapi bukanlah hal terpenting. Bagi Allah, terpenting adalah keselamatan jiwa manusia bukan kesembuhan tubuh manusia. Saya kira kalau kita jujur dengan diri sendiri, kita mesti mengakui bahwa bagi kita terpenting adalah kesembuhan tubuh kita, Pak Gunawan, bukan keselamatan jiwa kita. disini kita melihat perbedaan antara apa yang penting bagi Allah dan apa yang penting bagi manusia. Tuhan tidak terlalu mementingkan kesembuhan. Sebab bukankah pada akhirnya kita semua akan mati ? Kesembuhan tidak membebaskan kita dari kematian. Kesembuhan hanyalah menunda kematian untuk sementara. Jadi, bagi Tuhan terpenting adalah hidup bersama-Nya di surga dalam kekekalan, bukan penambahan beberapa tahun hidup di dunia.
GS : Iya. Tapi ‘kan ada beberapa orang Kristen yang menekankan tentang pentingnya kesembuhan jasmani. Bahkan menggunakan itu sebagai sarana supaya orang menjadi Kristen. Orang yang tadinya bukan Kristen, sakit, didoakan, sembuh dan diharapkan orang itu menjadi orang Kristen. Bagaimana, Pak Paul ?
PG : Kita bisa mengerti memang sebagai manusia kita ingin sembuh dan kita menaruh iman kepada Tuhan untuk menyembuhkan kita. saya tidak menyalahkan mereka ya. Namun saya ingin menempatkan masalah kesembuhan ini didalam perspektif yang tepat. Mengapa saya mengatakan Tuhan mementingkan keselamatan jiwa bukan kesembuhan tubuh ? Sebab kalau kita lihat secara kenyataan, kesembuhan tubuh bersifat sementara. Keselamatan jiwa bersifat kekal selamanya. Jadi, yang Tuhan inginkan dan Tuhan pentingkan adalah keselamatan jiwa itu sendiri. Jadi, apakah kita tidak boleh berdoa, mengharapkan dan mengimani kesembuhan ? Boleh dan silakan. Tapi jangan sampai kita salah perspektif, terlalu membesar-besarkan masalah kesembuhan ini. Sehingga kadang-kadang ada orang yang akhirnya menyalahkan diri sewaktu tidak sembuh. Mereka beranggapan pasti sayalah yang kurang beriman maka Tuhan menyembuhkan saya. Sebab kalau saya beriman seharusnya saya akan sembuh. Tapi kenyataannya adalah apakah semua orang yang beriman hidup selama-lamanya ? Ya tidak. Apakah Abraham mati karena sakit penyakit ? Hampir dapat dipastikan iya. Memang kita tidak tahu apa yang membuat Abraham mati, tapi ya dapat dipastikan itu karena sakit penyakit. Dan dia dipanggil sebagai orang beriman atau Bapa Orang beriman. Jadi, semua anak-anak Tuhan, semua nabi-nabi Tuhan akhirnya meninggal dunia, kebanyakan memang karena sakit penyakit. Apakah itu menandakan mereka tidak beriman ? Mereka orang-orang beriman. Tapi Tuhan membiarkan dan mengijinkan sakit penyakit akhirnya merenggut nyawa mereka. Sebab sekali lagi saya tekankan, bagi Tuhan terpenting bukan kesembuhan yang bersifat sementara di dunia ini tetapi keselamatan jiwa supaya manusia bisa hidup bersama Tuhan di surga.
GS : Tapi ada beberapa orang yang mengajarkan bahwa sakit itu akibat dosa. Makanya harus sembuh dulu dan itu tanda dosanya sudah diampuni.
PG : Kita memang ada catatan tentang penyakit yang dikaitkan dengan dua hal. Pertama tentang peranan atau kuasa roh jahat. Misalkan di Lukas 13 ada seorang perempuan yang bungkuk. Tuhan Yesus memang berkata perempuan ini dibelenggu oleh kuasa iblis dan itu yang membuatnya bungkuk. Juga ada kejadian Tuhan menyembuhkan seseorang yang bisu dan kebisuannya itu akibat orang itu dikuasai oleh iblis. Jadi Tuhan dengan jelas mengaitkan sakit penyakit atau keterbatasan tubuh dengan pekerjaan iblis. Ada. Apakah ada juga Tuhan mengaitkan sakit penyakit dengan dosa ? Ada. Waktu Tuhan menyembuhkan seorang lumpuh di kolam Siloam. Setelah menyembuhkannya, Tuhan berkata kepada orang yang tadinya lumpuh itu, "Janganlah berbuat dosa lagi. Supaya jangan hal yang lebih buruk menimpa kamu." Jadi, kita simpulkan lumpuhnya dia adalah karena dosanya. Tuhan mau menghukum dia. Tapi pertanyaannya adalah di dalam firman Tuhan, apalagi kalau kita lihat dari kitab-kitab Injil, apakah Tuhan Yesus mengaitkan sakit penyakit selalu dengan pekerjaan iblis ataupun dengan akibat dosa ? Ternyata sedikit sekali. Ternyata mayoritas kesembuhan yang Tuhan lakukan tidak dikait-kaitkan dengan dosa ataupun dengan pekerjaan iblis. Dengan kata lain, kebanyakan sakit penyakit yang Tuhan sembuhkan adalah sakit penyakit yang biasa. Kita manusia hidup dalam dunia yang tidak sempurna. Kita harus menghadapi bibit-bibit penyakit dan akhirnya kita bisa sakit. Jadi, jangan sampai kita akhirnya salah paham mengaitkan semua sakit penyakit dengan pekerjaan iblis atau dengan akibat dosa. Ternyata tidak demikian.
GS : Jadi yang penting kita pelajari adalah pemahaman yang benar yang disampaikan oleh Tuhan juga melalui Alkitab, sebenarnya apa penyakit ini dan bagaimana kita menyikapinya ya, Pak Paul ?
PG : Betul, Pak Gunawan.
Gs : Pemahaman lain yang perlu kita pelajari ?
PG : Tuhan mendengarkan setiap doa kesembuhan meski Ia tidak selalu mengabulkannya pada saat kita memohonnya. Sekali lagi saya ulang, Tuhan mendengarkan setiap doa kesembuhan meski Ia tidak selalu mengabulkannya pada saat kita memohonnya. Di dalam Lukas 13:10-17 dicatat sebuah kisah penyembuhan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus terhadap seorang perempuan yang punggungnya bungkuk. Satu hal yang menarik adalah pada saat itu si perempuan tidak secara langsung memohon untuk disembuhkan. Tuhan memanggilnya dan langsung menyembuhkannya. Namun dapat disimpulkan ia telah berdoa memohon penyembuhan selama 18 tahun lamanya waktu ia menderita sebagaimana dicatat di Injil Lukas itu. Di saat yang tidak diduga, Tuhan menyembuhkannya. Hal yang sama dicatat di Yohanes 5:1-9. Di Kolam Siloam Tuhan Yesus menyembuhkan seorang yang lumpuh selama 38 tahun. Sebagaimana dapat kita lihat, orang itu tidak secara langsung meminta untuk disembuhkan. Tuhan Yesus yang mendatanginya dan menanyakan ‘maukah engkau sembuh?’. Namun kita dapat menduga bahwa selama 38 tahun, dia berdoa dan berharap untuk disembuhkan. Namun Tuhan menetapkan hari kesembuhannya pada hari itu. Setelah 38 tahun dia sakit. Di saat yang tidak disangkanya, Tuhan menyembuhkannya. Kenyataan bahwa tanpa diminta, Tuhan menyembuhkan si perempuan yang bungkuk selama 18 tahun dan si laki-laki yang lumpuh setelah 38 tahun itu menandakan sesungguhnya Tuhan telah mendengar doa-doa mereka selama ini. Tuhan tidak menjawab doa mereka lebih awal karena Ia memunyai waktu-Nya dan rencana-Nya. Setiap tindakan Tuhan, termasuk penyembuhan, terjadi dalam waktu dan rencana-Nya.
GS : Tapi apakah ini berarti kita tidak perlu berdoa untuk memintanya ? Kita serahkan pada Tuhan, nanti kalau saatnya sembuh ya sembuh.
PG : Memang kita bisa tergoda berpikir, "Ya sudahlah. Kalau kita memohon kita tidak terlalu harus bersemangat, tidak harus terlalu mengetuk pintu surga supaya Tuhan mendengarkan doa kita" oh, tidak. Jadi, kita tetap harus berdoa. Karena Tuhan sudah berkata, ‘mintalah maka kamu akan diberi’. Dan di Yakobus Tuhan juga menegur kita orang-orang Kristen bahwa seringkali kita tidak menerima karena memang kita tidak meminta. Jadi Tuhan sebagai Allah Bapa yang mengasihi kita anak-anak-Nya, Dia berharap kita akan datang kepada-Nya. Kita akan berdoa meminta pertolongan atau kesembuhan. Sebab Dia sebetulnya ingin menolong dan menyembuhkan kita. Namun ya kita tetap harus tunduk kepada waktu-Nya dan kehendak-Nya. Kita tidak tahu kapan Dia akan menyembuhkan kita.
GS : Artinya kita tidak bisa memaksa Tuhan menyembuhkan kita menurut waktu dan cara kita, Pak Paul. Tuhan bisa menggunakan apa saja untuk memberikan kesembuhan atau tidak memberikan kesembuhan sama sekali.
PG : Betul. Memang seringkali kesungguhan kita dibuktikan lewat waktu, Pak Gunawan. Kalau setiap kali kita berdoa, kita langsung mendapatkan jawabannya – kita sakit, berdoa, langsung sembuh – kesungguhan kita berdoa tidak teruji. Tapi seperti perempuan ini sudah 18 tahun, seperti seorang di kolam Siloam 38 tahun. Itu berarti mereka tetap berharap. Mereka tidak berhenti berharap. Dan ternyata meskipun mereka tidak mendapatkan jawaban itu, Tuhan mendengar. Pada waktu Tuhan, Tuhan Allah mengirim Putra-Nya, Yesus dan menyembuhkan mereka yang sakit itu.
GS : Yang di Kolam Siloam itu menarik, Pak Paul. Orang harus menunggu sampai airnya bergoncang untuk masuk dan disembuhkan. Sedangkan si lumpuh ini tidak punya kesempatan untuk itu. Apa itu, Pak Paul ?
PG : Memang Tuhan kadang-kadang menggunakan cara-cara yang konkret untuk memberikan kesembuhan kepada anak-anak-Nya. Salah satunya adalah lewat kolam yang bergejolak itu. Jadi, memang dipercayai bahwa itu adalah pertanda Tuhan sedang membuka kesempatan kepada orang yang menceburkan diri untuk disembuhkan. Itu adalah cara Tuhan menyembuhkannya. Nah, apakah Tuhan melakukan cara yang sama sekarang ? Mungkin saja. Kita memang tidak tahu apakah Tuhan melakukannya. Tetapi memang cara Tuhan tidak bisa kita tebak. Buat kita sebagai orang modern, mendengar cerita ini memang kita agak asing karena kita sekarang kalau sakit ya ke Rumah Sakit, bukan ke kolam Siloam. Tapi memang itu cara yang Tuhan gunakan untuk saat itu. Karena kita tahu saat itu perawatan medis sangat terbatas, dokter sangat terbatas, pengetahuan medis juga sangat terbatas. Jadi Tuhan lebih banyak bekerja secara supernatural.
GS : Tapi kalau kita lihat cara Tuhan Yesus menyembuhkann orang sakit ini bermacam-macam, sangat variatif. Membuktikan bahwa Dia sangat kreatif dalam menyembuhkan orang.
PG : Betul sekali. Kita tahu bukan hanya di Perjanjian Baru, di Perjanjian Lama juga begitu. Kita tahu sewaktu Elisa dikubur, kemudian ada mayat dilemparkan ke dalam kuburnya maka mayat itu bangkit. Kita tahu juga saputangan Paulus bisa dipakai untuk menyembuhkan orang. Jadi, Tuhan memang menggunakan cara-cara yang berbeda-beda. Namun tujuannya satu, Dia menunjukkan bahwa Dia memedulikan kita dan Dia ingin menolong kita.
GS : Ada satu catatan menarik dalam Injil bahwa ada wanita yang memegang ujung jubah Tuhan Yesus dan dia sembuh. Dan Tuhan Yesus merasakan kalau ada kuasa yang keluar dari dirinya, Pak Paul.
PG : Betul. Wanita itu mengalami pendarahan. Dan kita bisa bayangkan betapa menderitanya dia. Tapi dia beriman bahwa kalau dia bisa pegang jubah Tuhan maka dia akan sembuh. Maka itu yang dia lakukan. Dia tidak tahu waktu dia berketetapan hati mau memegang jubah Tuhan, Tuhan sudah tahu. Tuhan sudah memang menetapkan hari itulah perempuan itu akan Tuhan sembuhkan lewat pemegangan jubah Tuhan itu.
GS : Jadi memang ada kaitan antara kesembuhan itu dengan iman seseorang, Pak Paul ? Atau tidak sama sekali ?
PG : Sangat berkaitan, Pak Gunawan. Dan ini membawa kita pada prinsip yang ketiga yaitu Tuhan menghormati iman orang yang berdoa dan berharap kepada-Nya. Di Matius 20:29-34 dicatat peristiwa dimana dua orang buta memohon Tuhan Yesus untuk berhenti dan menyembuhkan mereka. Pada saat itu, Yesus dan para murid sedang berjalan meninggalkan Yerikho dan ada begitu banyak orang yang mengerumuni-Nya. Sewaktu mendengar kedua orang buta itu berteriak-teriak, orang banyak pun menyuruh mereka diam. Tetapi mereka terus berteriak. Tuhan Yesus lalu menghampiri mereka dan bertanya, "Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu ?" Mereka menjawab, "Tuhan, supaya mata kami melihat." Matius mencatat maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan. Lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia. Di satu pihak Tuhan menjawab doa sesuai kehendak dan rencana-Nya. Tapi di pihak lain, Ia pun menjawab doa sesuai dengan iman dan pengharapan kita. Makin berharap, makin beriman, makin besar kemungkinan Tuhan menjawab doa yang kita panjatkan. Kesimpulannya adalah berharap dan berimanlah bahwa Tuhan bukan hanya sanggup tetapi akan menyembuhkan kita, sekaligus berserahlah kepada kehendak dan rencana-Nya.
GS : Seringkali orang yang sakit itu bukan orang yang sudah beriman kepada Tuhan, Pak Paul. Tapi karena ada orang-orang yang datang kepadanya dan bercerita tentang Tuhan, lama-lama timbul keinginannya untuk berdoa kepada Tuhan. Melalui peristiwa itu, apakah orang ini bisa dibawa dekat kepada Tuhan? Mengenal misteri kesembuhan ini. "Jadi walaupun kamu tidak sembuh, tidak-apa-apa", ini ‘kan sulit, Pak Paul?
PG : Iya. Sekali lagi ini sebuah misteri ya. Kadang-kadang ada orang yang beriman. Dia meyakinkan sahabatnya untuk beriman juga. Tapi akhirnya sahabatnya tidak sembuh. Pertanyaannya, apakah karena sahabatnya kurang beriman? Ya kita tidak tahu. Tapi yang kita tahu pasti adalah memang bagi orang yang beriman dan berharap, dia akan lebih sering mengalami pertolongan Tuhan, atau mujizat Tuhan. Sebaliknya bagi orang yang imannya biasa-biasa, berharapnya biasa-biasa, dia juga akan lebih jarang melihat mujizat Tuhan dalam hidupnya. Memang ini sebuah kenyataan, Pak Gunawan. Dan ini menandakan memang Tuhan itu memberi imbalan kepada orang yang mati-matian beriman kepada-Nya. Saya berikan contoh, Pak Gunawan. Saya pernah mencoba menolong seseorang untuk bisa bebas dari kondisi kejiwaannya, yaitu dia mengalami depresi yang berat. Dan karena saya juga tidak bisa menolongnya dengan konseling, akhirnya saya merujuknya kepada dokter untuk mendapat perawatan medis juga. Dan memang lewat perawatan medis yang diterimanya, dia lebih baik. Depresinya mulai ringan, dia tidak lagi dikuasai oleh depresinya. Tapi, dia memang harus bergantung pada obat. Nah, suatu ketika dia sedang berbincang dengan temannya dan temannya berkata, "Kamu minum obat setiap hari. Coba ayo bergantung sepenuhnya pada Tuhan. Ayo kita berdoa minta Tuhan membebaskan kamu dari obat dan menyembuhkan kamu dari depresi kamu." Kemudian mereka berdoa dan orang ini tidak minum obat lagi. Yang terjadi adalah dia memang terus sembuh. Tidak minum obat dan tidak depresi. Belum lama ini saya berbicara dengan seseorang yang juga mengalami peristiwa yang mirip. Dia memang terkena penyakit yang sangat berat sekali dan karena penyakitnya itu setiap malam dia susah tidur. Kemudian dia minum obat tidur. Nah, waktu dia minum obat tidur terus-menerus, kakaknya berkata kepadanya, "Kamu itu terus bergantung pada obat tidur. Mau tidak berdoa minta Tuhan membuat kamu bisa tidur ?" Dia mau. Jadi malam itu dia berdoa dan melepaskan obat tidur. Waktu dia berbicara dengan dia, dia tidur dengan pulas setiap malam tanpa meminum obat. Jadi, kita lihat apakah Tuhan tidak menolong kita lewat pengobatan ? Menolong. Tuhan menggunakan semua yang bisa kita lakukan untuk bisa menyembuhkan kita lewat obat-obatan. Itu tidak melanggar firman Tuhan. Tapi kita juga melihat ada orang-orang yang mempertaruhkan semuanya dalam iman dan akhirnya menerima kesembuhan. Tapi apakah ada orang yang juga mempertaruhkan semuanya, tidak minum obat atau apa tapi berdoa supaya sembuh, tapi tidak sembuh malah meninggal dunia ? Itu juga ada. Inilah misteri kesembuhan, Pak Gunawan. Tapi memang saya berkata kalau kita mempertaruhkannya dalam iman dan pengharapan, kita memang akan lebih sering melihat mujizat Tuhan.
GS : Di Yakobus juga dikatakan bahwa kalau kita mendoakan orang sakit, ada yang disuruh memakai minyak yang dioleskan. Itu apa, Pak Paul?
PG : Memang sebetulnya minyak itu adalah obat, Pak Gunawan. Memang kadang kita kurang mengerti, kita pikir itu adalah minyak urapan ya. Sebetulnya itu adalah obat. Sebab kalau kita berkata, "Oh, berarti mesti ada minyak pengurapan baru kita disembuhkan." Tuhan Yesus tidak pernah menggunakan minyak urapan. Hal yang mendekati minyak pengurapan adalah waktu Dia menyembuhkan orang yang buta. Dia meludah ke tanah kemudian menempelkan tanah yang diludahinya itu pada mata si orang buta tersebut. Dan akhirnya orang itu bisa melihat kembali. Poinnya adalah memang minyak itu bukannya minyak pengurapan tapi sebetulnya adalah obat yang digunakan pada jaman itu. Kita tahu penulis Alkitab salah satunya adalah seorang dokter yaitu dokter Lukas. Dan ia menulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Apakah Tuhan berkata, "Maaf, Saya Allah yang penuh mujizat. Saya tidak memerlukan dokter." Oh, tidak. Waktu Paulus memberikan nasehat kepada Timotius agar minum anggur untuk kesehatannya, kita di jaman modern sekarang ini tahu bahwa anggur memang sangat berkhasiat untuk menyehatkan tubuh asalkan tidak berlebihan. Jadi, Paulus sedikit banyak memang menggunakan cara medis untuk menolong Timotius supaya jangan sakit-sakitan. Jadi sekali lagi, Tuhan memang memakai berbagai cara. Tuhan bisa langsung menyembuhkan lewat mujizat, Tuhan bisa menyembuhkan lewat pengobatan.
GS : Sebagai seorang yang beriman, kalau kita sudah berdoa kepada Tuhan dan Tuhan menjawab dengan kesembuhan, sebenarnya apa yang patut kita lakukan setelah Tuhan memberikan kesembuhan kepada kita ?
PG : Seperti dicatat di Alkitab, ada 10 orang yang disembuhkan tapi yang kembali hanya 1 yang mengucapkan terima kasih. Dan orang itu adalah orang Samaria ya. Jadi, apa yang harus kita lakukan ? Bersyukur, bersyukur dan bersyukur. Dan menceritakan kebaikan Tuhan itu kepada orang bahwa Tuhan memedulikan kita. Kenapa kita harus sering-sering mengatakan Tuhan memedulikan kita ? Sebab di dunia banyak orang yang sudah beranggapan Tuhan tidak peduli kepada kita. Tidak. Kita mau katakan Tuhan masih dan akan terus peduli dengan kita.
GS : Dan sebaliknya kalau kita masih belum sembuh atau bahkan mungkin tidak sembuh, apa yang mau kita katakan dalam kesempatan seperti itu, Pak Paul ?
PG : Kita berkata bahwa, "Saya percaya bahwa Tuhan memunyai maksud yang paling baik. Lewat peristiwa ini, lewat sakit penyakit ini ada sesuatu yang Tuhan kerjakan yang memang belum kita ketahui, tapi itu adalah baik menurut rencana-Nya. Dan kita percaya tidak ada kejahatan pada hati Tuhan. Hati Tuhan penuh kasih sayang dan kebaikan. Jadi kalau sampai Dia membiarkan kita sakit dan tidak memberikan kesembuhan, itu berarti memang Dia mempunyai rencana." Saya masih ingat wawancara Billy Graham dengan seorang penyiar televisi bernama Larry King. Disitu Larry King bertanya kepada Billy Graham, "kamu adalah seorang hamba Tuhan yang dipakai Tuhan. Tapi sekarang kamu sakit-sakitan." Kita tahu Billy Graham sudah menderita Parkinson Disease selama belasan tahun. Kita juga tahu dia menderita penyakit lain yaitu hydrocephalus, yaitu kepalanya kadang-kadnag berair sehingga harus dibedah untuk mengeluarkan air itu. Nah, Larry King menanyakan itu, "Kamu ‘kan seorang hamba Tuhan, tapi kenapa Tuhan membiarkanmu sakit seperti ini ?" Billy Graham berkata dengan jelas, "Tidak apa-apa, sebab saya percaya Tuhan punya rencana yang baik dalam hidup saya lewat penyakit ini." Itulah jawaban yang kita berikan kepada orang yang bertanya kenapa kita tetap sakit walaupun kita orang yang beriman. Jawabnya karena ada rencana Tuhan yang lebih baik.
GS : Terima kasih Pak Paul, untuk perbincangan ini. Kami percaya perbincangan ini akan bermanfaat. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Misteri Kesembuhan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.