Lengkap
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Pekerjaan dan Pelayanan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, bagi sebagian orang rupanya pengertian pekerjaan dan pelayanan menjadi rancu. Kadang-kadang dia berpikir apakah ini pekerjaan atau pelayanan ? Dan sebaliknya. Apakah ada batasan yang tegas bahwa ini adalah pekerjaan dan ini pelayanan, Pak Paul ?
PG : Sebetulnya di dalam Alkitab hal ini tidak dibedakan, sebetulnya kitalah yang lebih sering memberikan sebuah definisi yang kaku dan membedakan antara pelayanan dan pekerjaan. Dan memang tidk sehat sebab ada orang yang misalkan merasa 'inferior' karena belum bisa terlibat di dalam pelayanan, namun untuk bisa terlibat di dalam pelayanan mereka merasa tidak mampu sebab yang dianggap pelayanan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tugas-tugas gerejawi, misalkan memimpin Pemahaman Alkitab untuk kelompok kecil atau misalkan untuk menjadi seorang pemimpin liturgos dalam ibadah, menjadi seorang majelis atau Ketua Komisi dan sebagainya.
Ada orang yang merasa bahwa saya sepertinya tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal itu, orang-orang seperti ini mungkin adalah orang-orang yang lebih praktis, lebih senang melakukan sesuatu dengan kekuatan tenaganya. Orang-orang seperti ini akhirnya merasa tidak memiliki bagian di dalam gereja karena sudah mempunyai konsep yang keliru, beranggapan bahwa mereka tidak terlibat dalam upaya untuk melayani Tuhan, dan hal ini yang membuat mereka merasa kurang atau merasa tidak setia kepada Tuhan dan sebagainya. Itu sebabnya kita perlu mengangkat hal ini, Pak Gunawan, agar tidak ada lagi orang Kristen yang bingung antara pelayanan dan pekerjaan supaya semua dengan sukacita melakukan sesuatu untuk Tuhan.
GS : Bahkan seringkali masih dibanding-bandingkan ketika dia melakukan suatu pekerjaan atau pelayanan di dalam gereja. Kalau dia hanya bagian konsumsi atau bagian perlengkapan, dia merasa bahwa ini masih bukan suatu pelayanan.
PG : Sekali lagi ini adalah sesuatu yang disayangkan, Pak Gunawan. Sebab akhirnya di gereja pun seolah-olah terjadi sebuah hierarki, ada yang tinggi dan ada yang rendah, ada yang mulia dan ada ang kurang mulia.
Untuk pelayanan umum yang mengerjakan tugas-tugas kasar seperti membereskan kursi, mengatur sound-system, menyediakan makanan atau bagian yang mencuci piring dan sebagainya, itu seolah-olah kalau pun dianggap pelayanan, itu adalah pelayanan yang tidak mulia. Namun untuk pelayanan memimpin pujian, memimpin ibadah, memimpin liturgos dianggap adalah pelayanan yang mulia. Saya kira ini adalah sebuah konsep yang tidak tepat yang kita harus benahi.
GS : Ada juga sebagian orang yang memberikan batasan, pelayanan tidak mendapat honor atau tidak mendapat imbalan apa-apa, namun kalau pekerjaan nantinya akan mendapat imbalan. Ini bagaimana, Pak Paul ?
PG : Ini sebuah konsep yang juga keliru karena kami ini yang adalah pendeta atau hamba Tuhan, kami pun mendapatkan gaji dari apa yang kami lakukan tapi kami panggil itu sebuah pelayanan. Jadi aa bedanya, orang lain pun juga mendapatkan gaji.
Sekali lagi ini adalah sebuah kerancuan yang kita ciptakan sendiri dan tidak berdasar pada firman Tuhan, sehingga kita mau lihat apa yang firman Tuhan katakan.
GS : Apa, Pak Paul yang firman Tuhan katakan tentang pelayanan itu sendiri ?
PG : Sesungguhnya di dalam Alkitab tidak ada definisi pelayanan itu sendiri, kalau kita cari dari depan sampai belakang, "definisi pelayanan adalah...." kita tidak akan menemukannya. Sebaliknyayang kita temukan adalah justru firman Tuhan memanggil kita untuk melakukan semuanya untuk Tuhan.
Menurut saya kalau saya mau menarik kesimpulan dari definisi pelayanan yang paling mendekati tepat adalah Kolose 3:17,23 firman Tuhan berkata, "Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." Ayat-ayat ini dapat kita simpulkan bahwa sesungguhnya Tuhan tidak memilah-milah jenis pekerjaan, seolah-olah ada yang lebih mulia dari yang lainnya. Kita melihat dari firman Tuhan bahwa kita dipanggil untuk melakukan segalanya dalam nama dan untuk Tuhan Yesus, menurut saya inilah definisi pelayanan yang seluas-luasnya. Jadi siapa pun yang melakukan tugasnya seperti untuk Tuhan sesungguhnya ia telah melayani Tuhan, sebab ia melakukannya bagi Tuhan. Dengan kata lain Tuhan tidak melihat apa jenis pekerjaannya, namun yang Ia lihat adalah tujuan kita melakukannya.
GS : Mungkin ini yang sulit untuk dicerna atau dimengerti, Pak Paul, karena seringkali seseorang melakukan pelayanan itu untuk majelisnya atau untuk Ketua Komisinya. Jadi yang jelas kelihatan di mata yaitu mereka yang meminta, yaitu disuruh pendetanya melakukan ini dan oleh majelisnya disuruh melakukan itu kemudian dia melakukan semua itu, tapi dia merasa bahwa ini bukanlah suatu pelayanan.
PG : Sekali lagi ini sebuah konsep yang tidak berasal di firman Tuhan. Firman Tuhan mengatakan dengan jelas bahwa kita harus melakukan semua untuk Tuhan. Jadi yang Tuhan tekankan adalah motivas kita melakukannya, untuk siapakah kita melakukannya.
Dengan kata lain, kalau seorang hamba Tuhan atau pendeta formal berkhotbah, namun sebenarnya yang lebih memotivasi dia saat itu untuk berkhotbah adalah dia ingin mendapatkan pujian, pengakuan atas kemampuannya menyampaikan firman Tuhan, di detik itu mungkin saja Tuhan tetap memakai firman-Nya untuk dikabarkan, tapi sesungguhnya orang itu sudah tidak lagi melayani Tuhan, sebab yang dia lakukan bukan untuk Tuhan tapi untuk dirinya. Kalau kita mengambil contoh ekstrem yang lain misalkan seorang penarik becak atau penarik bajaj, setiap hari waktu dia bekerja dia berkata, "Tuhan saya akan lakukan ini untuk Engkau, saya ini sudah terima pekerjaan ini dan saya menganggap pekerjaan ini adalah anugerah dari Tuhan untuk saya, maka saya akan melakukannya untuk Tuhan," memang dia akan mendapatkan penghasilan, tapi penghasilan itu akan dia gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan apa yang bisa dia persembahkan untuk pekerjaan Tuhan maka dia akan persembahkan untuk pekerjaan Tuhan. Jadi dengan kerangka pikir yang sangat jelas bahwa apa pun yang nantinya saya akan terima, nantinya akan kita pakai untuk keperluan pribadi atau kebutuhan keluarga, namun kita juga akan gunakan untuk pekerjaan Tuhan dan kita menganggap ini adalah pemberian Tuhan untuk saya, maka saya mau melakukannya untuk Tuhan maka di saat itu dia menjadi seorang pelayan Tuhan, dia benar-benar tidak lagi melakukannya untuk keperluan pribadinya, dia mengerti ini dari Tuhan dan untuk Tuhan. Jadi sekali lagi yang Alkitab tekankan bukan apa yang dikerjakan, tapi untuk siapakah kita mengerjakannya.
GS : Mungkin juga konsep yang keliru bahwa pekerjaan itu dianggap sesuatu yang kotor, karena selalu mencari keuntungan untuk dirinya sendiri ?
PG : Memang sudah tentu akan ada hal-hal yang berguna untuk diri kita lewat pekerjaan itu misalnya tadi saya sudah bicara mengenai gaji atau penghasilan, kita bisa gunakan untuk kebutuhan kita,mungkin juga dari pekerjaan kita bisa mendapatkan kepuasan tertentu, karena kita bisa melakukannya dengan baik dan sebagainya.
Tapi kita harus jelas melihat bahwa apa pun itu yang kita kerjakan, harus kita kerjakan untuk Tuhan. Jadi firman Tuhan dengan jelas berkata, "Perbuatlah bukan untuk manusia, tapi untuk Tuhan dan di dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus." Jadi seorang yang seolah-olah melakukan pekerjaan yang dianggap rendah di dalam masyarakat, tapi kalau dia melakukannya dengan suatu tujuan yang jelas yaitu ini semua untuk Tuhan, sebenarnya dia sudah menjadi pelayan Tuhan dan dia tengah melayani Tuhan.
GS : Kesimpulan apa lagi yang bisa kita temukan dari Kolose 3 tadi, Pak Paul ?
PG : Berdasarkan definisi pelayanan dari Kolose ini, dapat kita simpulkan bahwa bagi Tuhan yang terpenting adalah bukan apa yang dilakukan namun bagaimana dilakukannya. Tadi kita telah bahas tuuan dilakukannya atau untuk siapa, dan kedua yang saya bisa simpulkan adalah bagaimana dilakukannya.
Dan firman Tuhan dengan jelas memerintahkan kita untuk melakukannya dengan segenap hatimu dan dengan bersyukur. Maka firman Tuhan mengatakan, "Dengan perkataan dan perbuatanmulah, lakukanlah semua itu dalam nama Tuhan Yesus sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah Bapa kita dan perbuatlah dengan segenap hatimu." Jadi dengan kata lain, apa pun yang kita kerjakan lakukanlah dengan sepenuh hati dan dengan penuh syukur, ini adalah bentuk pelayanan kita, sebaliknya apa pun itu yang kita kerjakan bahkan hal yang terkait dengan pekerjaan gerejawi bila kita tidak melakukannya dengan segenap hati dan tidak dengan sikap bersyukur, itu bukanlah pelayanan. Tuhan tidak menerimanya sebagai suatu tindakan melayaniNya, karena dilakukan dengan bersungut-sungut, tidak ada rasa syukur sama sekali, dilakukannya dengan setengah hati, dengan rasa enggan. Apa yang kita persembahkan kepada Tuhan ? Apa yang kita lakukan untuk melayani Tuhan ? Tidak sama sekali karena dilakukan dengan cara seperti itu. Jadi yang menjadikan suatu perbuatan menjadi pelayanan, sekali lagi adalah bagaimanakah kita melakukannya.
GS : Justru di situ Pak Paul, seringkali orang berkata dia melakukan pelayanan sebisa dia, semampu dia, atau seadanya waktu dia karena dia berkata, "Saya tidak mendapat apa-apa dari pelayanan ini, sudah untung kalau saya mau melayani."
PG : Orang ini benar-benar menunjukkan ketidakdewasaannya, ketidak mengertiannya akan pekerjaan Tuhan dan saya harus akui cukup banyak anak-anak Tuhan yang seperti ini. Jadi orang-orang beranggpan bahwa seharusnya Tuhan bersyukur karena saya mau melakukan ini dan itu untuk Tuhan, sebab hal ini tidak mudah.
Jadi dengan kata lain orang ini menempatkan diri di atas Tuhan, orang ini menempatkan diri sebagai orang yang harus dimintai bantuannya oleh Tuhan, seolah-olah Tuhan harus mengemis kepadanya. Sekali lagi ini adalah konsep yang salah. Waktu kita diberikan kesempatan melayani Tuhan, ini adalah suatu kehormatan yang besar dan kita harus beryukur karena Tuhan masih memercayai kita. Misalkan kalau kita sibuk oleh pekerjaan atau oleh yang kita lakukan untuk Tuhan, maka kita harus beryukur bahwa Tuhan masih memercayai kita dengan tugas-tugas ini, sudah tentu harus membagi waktu dengan bijaksana supaya keluarga kita pun tidak terbengkalai, namun di lain pihak kita harus bersyukurlah sebab Tuhan memberikan kepercayaan besar kepada kita dan lakukanlah dengan sepenuh hati. Nah, sikap seperti inilah yang Tuhan inginkan tatkala kita melakukan apa pun pekerjaan kita. Maka disitulah Tuhan pun senang sebab Tuhan akan melihat bahwa apa yang saya berikan kepada orang ini, orang ini terima dengan penuh syukur, sukacita dan dia akan kerjakan dengan sepenuh hati dan Tuhan senang melihat itu, sebab Dia akan benar-benar melihat bahwa kita ini tidak menyia-nyiakan atau menyepelekan apa yang Tuhan berikan.
GS : Seringkali orang-orang yang seperti itu kalau dimintai tanggung jawab mereka itu agak sulit Pak Paul, apalagi kalau itu pelayanan dalam kelompok, entah dia mau datang atau tidak itu semaunya dia. Kalau ditanya memang ada saja alasannya, tapi prinsipnya adalah tidak sepenuh hati.
PG : Sayang ini sering terjadi, Pak Gunawan. Jadi banyak orang yang memang menganggap tugas pelayanan itu sebagai suatu beban tambahan. Tapi di pihak lain pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di uar gereja adalah pekerjaan-pekerjaan yang tidak semulia pekerjaan-pekerjaan gerejawi.
Hal itu tidak tepat. Apa pun yang Tuhan berikan kepada kita maka kita kerjakan dengan sepenuh hati, dengan penuh syukur maka itu adalah buah persembahan atau pelayanan kita kepada Tuhan.
GS : Tetapi di dalam gereja itu seringkali ada orang-orang yang secara penuh waktu mengabdikan hidupnya untuk pelayanan dan itu bagaimana, Pak Paul ?
PG : Tepat sekali, Pak Gunawan. Memang kita tahu Tuhan memisahkan sebagian orang untuk melayaniNya secara khusus. Kita lihat di Perjanjian Lama, Tuhan memilih bani Lewi sebagai pelayan-Nya yangsecara khusus melakukan tugas Imamat, mengurus Bait Allah dan sebagainya.
Sedangkan di Perjanjian Baru kita pun mengenal para Rasul yang dipanggil untuk pelayanan firman dan doa. Pemisahan ini adalah untuk menolong para Rasul agar lebih dapat memusatkan pikiran pada pelayanan doa dan firman. Memang kita bisa melihat sekali waktu Diaken-Diaken atau Tua-Tua pertama dipilih di gereja. Waktu itu banyak orang yang memerlukan bantuan tapi tidak mendapatkannya dan akhirnya para Rasul mengusulkan kepada jemaat, bagaimana kita harus membagi tugas karena kami ini harus memusatkan pada pelayanan firman dan doa, dan bagaimana kalau untuk urusan yang lainnya dikerjakan oleh orang-orang yang lain itu yaitu jemaat-jemaat yang lainnya. Dengan kata lain, memang ada orang yang Tuhan pisahkan agar mereka benar-benar bisa mencurahkan segenap tenaganya, konsentrasinya, pemikirannya untuk mempelajari firman Tuhan, mendalaminya kemudian mengajarkannya kepada jemaat dan juga untuk berdoa. Jadi benar-benar mereka menggunakan waktu mereka untuk datang kepada Tuhan. Memang dalam kehidupan Kristen, kita mengenal ada yang namanya hamba Tuhan purna waktu, tapi sekali lagi pembedaan ini tidak boleh membuat orang-orang beranggapan bahwa yang melakukan pekerjaan lain adalah orang yang kurang mulia, yang kurang melayani Tuhan. Mereka meminta agar ada orang-orang lain yang mengerjakan tugas-tugas lainnya itu diluar doa dan firman adalah sama mulianya, itu sama pentingnya dan sekali lagi yang Tuhan lihat bukan apa yang dia kerjakan, tapi untuk siapa kita melakukannya dan bagaimanakah kita melakukannya.
GS : Kalau itu yang kita jadikan dasar, jadi bagaimana dan kepada siapa kita melakukannya dan tadi Pak Paul katakan ada rasa syukur dan sungguh-sungguh, kenyataannya orang-orang yang penuh waktu melayani Tuhan ini pun karena sudah dibayar dan sebagainya, dia pun akhirnya tidak lagi melakukan pelayanan itu dengan sungguh-sungguh dan rasa syukur.
PG : Memang ini adalah bukti yang bisa kita temukan dalam sejarah gereja. Jadi Alkitab memperlihatkan ada hamba-hamba Tuhan khusus yang telah Tuhan pisahkan seperti pada Perjanjian Lama para imm dan juga orang-orang Lewi dan di Perjanjian Baru kita juga bisa temukan hal yang sama yaitu ada orang-orang yang Tuhan khususkan, tapi mereka tetap tidak melakukan tugasnya dengan sepenuh hati, tidak benar-benar menjadi alat Tuhan yang Tuhan pakai.
Dan apa yang terjadi waktu hal ini akhirnya muncul ? Kita melihat bahwa Tuhan tetap tidak membatasi diri-Nya dan pekerjaan-Nya hanya pada pelayanan khusus ini. Misalkan kita bisa melihat di Perjanjian Lama munculnya para nabi-nabi yang Tuhan panggil, kalau kita definisikan seperti sekarang ini, para nabi adalah orang-orang awam yang bukanlah hamba Tuhan formal tapi mereka adalah orang-orang yang Tuhan pakai. Maka kita mengenal Nabi seperti Yesaya, Yeremia, Mikha, Elia, Elisa dan yang lainnya. Di Perjanjian Baru kita pun mengenal Paulus, Akwila, Priskila yang adalah pembuat dan penjual tenda juga. Kedua belas murid pun sesungguhnya bukanlah bagian pelayan dari bani Lewi, mereka itu adalah orang-orang biasa. Ada yang dulunya berprofesi sebagai penangkap ikan, ada yang bekas pemungut pajak. Jadi mereka semua dipanggil yaitu orang-orang biasa ini untuk meneruskan pekerjaan Tuhan. Dari sini kita bisa melihat sebuah pola apabila pelayan khusus Tuhan tidak menjalankan fungsinya, maka Tuhan segera memakai kelompok awam untuk melakukan pekerjaan-Nya. Itu sebabnya dalam Alkitab tertulis ada lebih banyak julukan Nabi dari pada Imam dan dari kedua belas murid Tuhan tidak ada satu orang pun yang berasal dari kelompok Imam. Singkat kata, Tuhan memanggil dan memakai siapa pun yang bersedia dipakai-Nya. Sebaliknya Tuhan pun tidak segan mengesampingkan para pelayan khususnya, apabila mereka tidak bersedia dipakai oleh-Nya.
GS : Jadi kalau dulu kita melihat di Perjanjian Lama ada nabi-nabi yang palsu dan sebagainya, sampai sekarang pun masih ada, Pak Paul ?
PG : Betul, mereka adalah orang-orang yang memang berbicara bukan menyuarakan suara hati Tuhan tapi menyuarakan isi hatinya sendiri, kemauannya sendiri. Jadi mereka bukanlah mulut Tuhan tapi mlut pribadi untuk kepentingannya sendiri.
Di zaman sekarang pun akan ada orang yang seperti itu Pak Gunawan, yang mengatasnamakan Tuhan, menyebut-nyebut nama Tuhan tapi sebenarnya mereka menyuarakan kepentingannya, isi hatinya, supaya yang mereka inginkan itu mereka dapatkan dan itu masuk dalam kategori nabi palsu atau pelayan Tuhan yang palsu, sebab seorang pelayan Tuhan waktu dia bersuara, waktu dia bekerja, dia tidak mewakili dirinya lagi makanya disebut pelayan Tuhan, pelayan Kristus bukan lagi dia menjadi majikan atas dirinya, Tuhan Yesuslah majikannya. Jadi semua kepentingan pribadi harus disingkirkan.
GS : Jadi menjadikan pelayanan sebagai suatu profesi, apakah itu bisa dibenarkan atau tidak, Pak Paul ?
PG : Saya sangat menentang hal itu, Pak Gunawan. Kalau seseorang ingin menjadi pelayan khusus Tuhan, yang pertama dia harus meyakini adanya sebuah panggilan khusus Tuhan kepadanya. Sebab kita thu di Perjanjian Lama Tuhan secara khusus memanggil orang Lewi dan Tuhan pun memanggil secara khusus dan secara pribadi di Perjanjian Baru yaitu para murid.
Jadi siapa yang mau menjadi pelayan khusus Tuhan, mereka mesti mendengar panggilan khusus itu, namun semua orang dipanggil untuk melayani Tuhan dan tidak harus menjadi pelayan khusus dulu dan barulah kita mendapatkan status yang lebih mulia, itu sama sekali tidak. Pelayan yang khusus atau pun pelayan yang biasa atau yang awam sama-sama mulia di mata Tuhan kalau hati yang melayani itu mulia yaitu untuk Tuhan dan dilakukannya dengan sepenuh hati dan juga dengan penuh syukur.
GS : Jadi yang membedakan antara pelayan yang sesungguhnya dan pelayan yang palsu itu apa, Pak Paul ?
PG : Saya kira hatinya bukan jenis pekerjaannya. Jadi pertanyaannya adalah apakah seseorang memiliki sikap sebagai pelayan atau tidak, maksudnya adalah hatinya. Kendati pekerjaannya tampak rohai namun apabila ia tidak memiliki sikap sebagai pelayan malahan seperti bos dan sebagainya, sesungguhnya ia bukan pelayan Tuhan.
Dan yang menjadikan suatu pekerjaan sebagai pelayanan sekali lagi bukanlah apa yang dikerjakannya, melainkan untuk bagaimanakah dan untuk siapakah ia melakukannya. Jadi seseorang yang berstatus hamba Tuhan purna waktu dan sebagainya, kalau mereka melakukannya seolah-olah seperti raja kecil sebenarnya mereka sudah tidak lagi menjadi pelayan Tuhan, sebab seharusnya sikapnya haruslah merendah dan melayani. Jadi kesimpulannya, Pak Gunawan, bersukacitalah dan bersyukurlah atas apa yang Tuhan karuniakan kepada kita, jangan merasa ada yang kurang bila kita belum terlibat di dalam tindakan yang diasosiasikan dengan pelayanan. Ingat salah satu pelayanan yang pernah dicontohkan Tuhan dalam perumpamaan-Nya adalah kisah orang Samaria yang baik hati, ia bukan Imam, ia bukan orang Lewi bahkan ia pun bukan orang Israel, ia hanyalah seorang Samaria, namun seorang Samaria yang baik hati dan bersikap melayani, dan dalam hal ini ia telah melayani Tuhan.
GS : Kalau begitu kesempatan pelayanan ini terbuka sangat lebar, jadi bukan saja di gereja tapi juga di tempat kerja kita masing-masing, juga di tengah-tengah keluarga kita, kita pun masih bisa tetap melayani Tuhan.
PG : Betul sekali itu sebabnya di dalam perumpamaan di Matius 25 tentang akhir zaman, apa yang akan terjadi nanti pada masa penghakiman ? Pada akhirnya cara Tuhan menghakimi kita adalah apa yan telah kita perbuat bagi-Nya.
Makanya Dia bertanya, "Waktu Aku di penjara, kamu tidak datang menengok Aku, Aku sakit engkau pun tidak datang untuk menjenguk Aku, Aku tidak mempunyai baju dan engkau tidak memberikan kepada-Ku baju," itu semua tindakan-tindakan kemanusiaan, tindakan-tindakan yang membuktikan kita melayani. Ini bukanlah pekerjaan yang orang anggap terhormat, tindakan ini benar-benar tindakan merendah dan Tuhan memanggil kita untuk menjadi seperti itu.
GS : Jadi sebenarnya kita itu akan terus termotivasi Pak Paul, kalau kita punya hati dan punya rasa syukur kepada Tuhan atas segala apa yang bisa kita kerjakan tiap-tiap hari, Pak Paul.
PG : Betul. Saya sering berkata kepada para mahasiswa yang saya ajar di seminari, "Nanti di Surga akan ada banyak orang yang terkejut terkena serangan jantung sebab di Surga, orang akan benar-bnar tersadar bahwa yang Tuhan tinggikan dan yang Tuhan muliakan duduk di sebelah kanan dan kiriNya, bukanlah orang-orang terkenal seperti yang sekarang kita melihat di dunia yaitu raksasa-raksasa rohani yang kita kenal.
Nanti yang akan Tuhan tinggikan adalah orang-orang yang kita anggap rendah di dunia ini, tapi ternyata merekalah yang nanti Tuhan akan tinggikan. Sebab sekali lagi Tuhan melihat hati, apakah hatinya melayani atau tidak ? Hatinya itu mengerjakan untuk Tuhan ataukah bukan ? Hatinya itu penuh syukur ataukah tidak ? Apakah sepenuh hati melakukan pekerjaan yang dikerjakannya ? Orang-orang seperti itulah yang nanti Tuhan akan muliakan."
GS : Memang ada standar yang berbeda antara kita di dunia dan Tuhan yang di surga. Terima kasih, Pak Paul, untuk perbincangan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Pekerjaan dan Pelayanan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
Comments
Anonymous (tidak terverifikasi)
Sen, 13/04/2009 - 2:41pm
Link permanen
pelayanan
TELAGA
Jum, 17/04/2009 - 11:57am
Link permanen
Shalom, Terima kasih untuk