Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya, Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini tentang "Tugas dan Tantangan Istri Gembala Sidang" bagian pertama. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, tugas menjadi seorang istri saja itu ‘kan sudah berat ya, apalagi dengan predikat istri seorang gembala sidang atau pendeta. Ini jadi berlipat, tanggung jawabnya lalu tantangan di dalam kehidupannya. Ini kita coba angkat karena memang terus terang untuk jemaat atau kaum awam sendiri kurang jelas, kurang tahu persis apa sebenarnya peran dari istri seorang gembala sidang. Yang kita lihat hanya sosok gembala sidangnya saja, tapi istrinya ini ‘kan cukup berperan, Pak Paul.
PG : Betul, Pak Gunawan. Biasanya kita ini menyadari betapa tidak mudahnya tugas seorang gembala sidang. Tapi saya kira tidak banyak yang mengetahui bahwa sesungguhnya tugas istri gembala sidang tidak kalah berat atau susahnya ya. Jadi kita mau mengangkat topik ini, kita akan fokuskan tugas dan tantangan istri gembala sidang yang berhubungan dengan Tuhan, suami, anak-anak dan gereja.
GS : Biasanya gereja sendiri di dalam memanggil seorang gembala sidang, hanya meneliti profil gembala sidangnya saja, tapi keluarganya kurang diperhatikan. Seringkali ini juga menimbulkan masalah buat gereja itu sendiri ya.
PG : Betul sekali. Mudah-mudahan diskusi kita ini dapat menolong kita mengerti istri gembala sidang juga mungkin dapat menolong gereja sewaktu mengundang atau memanggil seorang calon gembala agar memerhatikan semuanya, bukan saja si hamba Tuhan itu tapi juga keluarganya.
GS : Biasanya istri seorang gembala sidang itu kurang diperlengkapi, Pak Paul. Dia hanya menjadi istri gembala sidang karena menikah tapi sebenarnya apa tugas dan tanggung jawabnya, dia sendiri kurang paham, Pak Paul.
PG : Betul. Hanya sebagian istri dari gembala sidang adalah juga sesama hamba Tuhan yang disiapkan di Sekolah Teologi, tapi saya juga tahu banyak yang sama sekali tidak memunyai latar belakang teologi.
GS : Ya. Semoga perbincangan kita ini juga bermanfaat bagi mereka, Pak Paul. Nah, sebenarnya apa tugas dari seorang istri gembala sidang ?
PG : Tugas pertama istri gembala sidang adalah MEMELIHARA RELASI YANG AKRAB DENGAN TUHAN. Kadang karena tingginya tingkat kesibukan kita bisa melalaikan bagian terpenting dalam hidup yaitu menghampiri Tuhan dan berdiam di hadapan-Nya. Sebagaimana Tuhan kita Yesus memunyai Getsemani, tempat dimana Dia bersekutu dengan Allah Bapa, kita pun harus memiliki Getsemani sendiri, tempat dan waktu dimana kita berdiam di hadapan-Nya, mendengarkan suara-Nya dan membisikkan suara hati kita kepada-Nya. Ini adalah tugas kita semua tapi dalam kaitannya dengan istri gembala sidang ini adalah tugas pertama yang mesti diperhatikan oleh seorang istri gembala sidang.
GS : Ya. Ini biasanya hanya dipasrahkan kepada suaminya. "Suami saya sudah berdoa, dia ‘kan sebagai imam dalam keluarga". Jadi dia merasa kurang memerhatikan perlunya berdoa seara pribadi untuk menunjang tugas dan tanggung jawabnya ini, Pak Paul.
PG : Betul. Bukan saja baik kalau si suami sebagai gembala sidang di jemaat juga sebagai gembala sidang di rumah sehingga bisa menuntun keluarganya mengenal Tuhan dan menaati Tuhan. Tapi si istri pun memunyai tanggung jawab untuk memelihara hubungan yang intim itu dengan Tuhan.
GS : Contoh konkretnya, apa yang harus dilakukan oleh istri gembala sidang ini, Pak Paul ?
PG : Ada tiga yang bisa saya bagikan, Pak Gunawan. Pertama, Istri gembala sidang bukan saja berperan memberi dukungan kepada suami, seringkali ia pun berperan sebagai penasehat dan pemberi arah serta peneguhan kepada suami. Nah, semua ini tidak bisa terlaksana dengan baik bila ia tidak berjalan dengan Tuhan. Saya berikan contoh yang kadang-kadang terjadi, yaitu misalnya si hamba Tuhan itu mau berhenti dari pelayanan. Misalkan alasannya karena begitu banyak masalah di dalam gereja sehingga dia merasa lebih baik keluar saja. Sudah tentu tidak ada keharusan si hamba Tuhan itu terus bertahan. Tidak ya. Kadang-kadang tindakan yang baik adalah keluar. Namun kita tahu pertimbangan itu harus dilakukan secara hati-hati dan dalam doa. Nah, istri yang berjalan erat dengan Tuhan bisa memberikan masukan atau nasehat yang juga seturut dengan kehendak Tuhan. Dia bisa berkata kepada suaminya, "Bagaimana, sebelum engkau memutuskan untuk keluar, ayo kita berdoa bersama-sama selama jangka waktu tertentu, ayo kita konsultasi dulu ke beberapa hamba Tuhan yang berpengalaman, minta nasehat mereka." Jadi, dari masukan-masukan yang si istri berikan, nantinya itu akan berpengaruh sekali pada keputusan yang akan diambil oleh si hamba Tuhan tersebut. Maka penting sekali si istri itu berjalan akrab dengan Tuhan agar dia bisa memberikan nasehat dan arahan kepada suami seturut dengan pimpinan Tuhan.
GS : Dengan si suami itu menceritakan masalahnya kepada istrinya, mungkin istrinya bisa mengatakan ini akan menjadi beban doanya selama hari-hari itu, Pak Paul.
PG : Betul sekali Pak Gunawan, kita akan melihat betapa besarnya pengaruh keakraban si istri dengan Tuhan di dalam pelayanan si suami itu. Saya berikan contoh yang lebih konkret. Pada waktu saya berhenti dari pelayanan saya di sebuah gereja, saya memang sudah bergumul cukup lama, Santy sudah tahu tapi memang saya tidak merencanakan untuk hari itu berhenti, namun sesuatu terjadi di gereja hari itu sehingga saya memutuskan "Sudahlah, hari ini juga saya berhenti." Saya tidak sempat memberitahu Santy tapi seorang teman sudah memberitahu Santy. Sewaktu saya tiba di rumah, dia melihat saya membawa barang-barang saya di mobil, dia hanya tersenyum dan dia berkata, "Wah, kamu bawa barang banyak tetapi kita harus mulai jual-jual barang." Dia bergurau. Dia tidak marah, tidak menyalahkan saya kenapa tidak memberitahu dia, tidak ada. Jadi, selama saya tidak memunyai pekerjaan selama beberapa bulan, dia pun tidak menyalahkan ataupun memarahi saya. Tidak. Jadi, dia tetap mengajak saya untuk berdoa, meminta Tuhan memelihara hidup kami. Sekali lagi kita melihat betapa besarnya pengaruh hidup dekat dengan Tuhan pada pelayanan si suami.
GS : Ya. Selain itu apa, Pak Paul ?
PG : Istri gembala sidang adalah orang yang terdekat dengan si suami jadi apapun yang terjadi dengan si suami akan memengaruhinya pula. Istri gembala sidang perlu memelihara hubungan yang erat dengan Tuhan agar ia pun sanggup menanggung beban pelayanan dan memberi respons yang bijak dan rohani terhadap situasi yang dihadapinya. Karena kita tahu, Pak Gunawan, tugas sebagai seorang gembala tidak selalu mudah. Ada orang yang bisa berbuat tidak baik dan bahkan kadang jahat kepada hamba Tuhan. Nah, siapa yang akan terpengaruh dan terkena dampaknya ? Sudah tentu keluarganya. Dalam hal ini nomor satu adalah istrinya. Tidak bisa tidak si istri itu juga harus menanggung beban-beban itu. Kalau dia tidak berjalan akrab dengan Tuhan, dia bisa tersapu, dia bisa terbawa emosi, dia bisa akhirnya nanti jatuh, pahit dan tidak lagi mau melayani Tuhan dan sebagainya. Jadi, betapa pentingnya seorang istri gembala sidang memelihara hubungan yang erat dengan Tuhan agar dia sanggup menahan terjangan-terjangan yang bisa melanda keluarganya gara-gara pelayanan suaminya.
GS : Ya. Itu ‘kan sudah berat, Pak Paul. Kadang-kadang jemaat juga menuntut istri gembala ini masih melayani lagi, suatu hal yang tambah memberikan beban buat dia.
PG : Betul. Dia pun tidak luput dari kritikan. Kadang-kadang jemaat juga tidak begitu suka dengan dia sehingga akhirnya melontarkan kata-kata yang tidak enak. Misalnya ada yang dianggap sombong karena pendiam. Nah, orang pendiam itu memang belum tentu sombong. Kita tahu ya. Pendiam itu seringkali disebabkan oleh malu. Ada orang yang memang pemalu, ada yang introvert, sehingga tidak begitu biasa untuk sapa orang. Tapi jemaat melihat istri hamba Tuhan kok diam, dianggapnya adalah sombong. Jadi, akhirnya dilontarkanlah kritikan, mengapa istri gembala begitu pendiam, begitu tidak mau menyapa orang, mengapa begitu tinggi hati. Padahal dia bukan begitu sama sekali. Sekali lagi, kalau dia tidak berjalan dekat dengan Tuhan, tidak akan sanggup menahan semua itu.
GS : Memang serba salah, Pak Paul. Kalau terlalu ramah, dikatakan orang terlalu cerewet, terlalu banyak bicara dan sebagainya. Memang serba salah.
PG : Ya. Itu memang bisa terjadi, Pak Gunawan. Kalau istri hamba Tuhan terlalu mau tahu karena memang peduli sehingga bertanya, akhirnya bisa dituduh terlalu cerewet.
GS : Belum lagi tuntutan jemaat itu supaya istri hamba Tuhan ini menjadi contoh atau teladan. Ini beban juga ya ?
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Memang tidak bisa tidak, istri hamba Tuhan akan menjadi panutan dan secara tidak langsung menjadi gembala jemaat pula meskipun bobotnya atau otoritasnya tidak sama dengan suaminya tapi si istri itu sedikit banyak sudah berfungsi dan dianggap sebagai gembala jemaat. Jadi, kehidupan rohani yang akrab dengan Tuhan, mutlak diperlukan. Ini adalah otoritas rohaninya. Lewat kehidupan rohani yang sehat dan akrab dengan Tuhan, dia menebarkan berkat kepada jemaat. Sebaliknya bila dia tidak menjaga hubungan dengan Tuhan, dia dapat jatuh dan malah menebarkan masalah yang akan merugikan pelayanan suaminya. Sebaliknya bila dia memelihara hubungan dengan Tuhan, acapkali dia justru dipakai Tuhan menyeimbangi kelemahan suami. Jadi, kita melihat betapa besarnya pengaruh kehidupan rohani yang dinamis, yang akrab, dalam istri gembala sidang itu. Karena sekali lagi, makin dia akrab dengan Tuhan, makin dia dikuasai oleh Roh Kudus, makin dia menjadi saluran berkat Tuhan kepada jemaatnya. Sehingga dimana pun dia berada, dia akan benar-benar menebarkan berkat Tuhan itu. Seringkali istri hamba Tuhan yang hidupnya akrab dengan Tuhan dapat mengimbangi kelemahan suaminya. Dimana suaminya kurang, orang-orang akan melihat istrinya memang bisa mengimbangi, ya tidak apa-apa, sehingga si hamba Tuhan itu akhirnya lebih bisa diterima.
GS: Pak Paul, kalau tadi Pak Paul sudah menguraikan tentang tugas dari istri hamba Tuhan, sekarang tantangannya apa ?
PG : Berkenaan dengan tugas memelihara hubungan yang erat dengan Tuhan ada satu tantangan yang kerap datang menyerang istri gembala dan itu adalah KEKUATIRAN, Pak Gunawan. Pada umumnya istri gembala menanggung beban untuk mengurus keperluan keluarga, jadi dia lebih berhadapan dengan kebutuhan ekonomi keluarga. Disamping kebutuhan, dia juga memunyai keinginan yang wajar bagi anak-anaknya. Misalnya, dia ingin anak-anaknya bersekolah di sekolah yang baik. Kita tahu semua itu memerlukan uang dan tidak bisa tidak ini dapat menjadi tekanan sekaligus sumber kekuatiran. Ditambah dengan ketidakpastian sumber penghasilan pada hari tua, semua ini bisa menambah kekuatiran dan kita tahu kekuatiran mengganggu hubungan kita dengan Tuhan. Itu sebab, istri gembala harus bergumul melawan kekuatiran setidaknya dengan tiga cara berikut ini. Yang pertama dia HARUS BERIMAN. Dia mesti menyerahkan segala kekuatirannya kepada Tuhan dan percaya bahwa Tuhan akan dan sanggup memelihara hidupnya sampai tua nanti. Kedua, IA MESTI MENERIMA KONDISI YANG TUHAN TETAPKAN BAGINYA. Mungkin dia tidak dapat mewujudkan keinginannya agar anak dapat bersekolah di sekolah yang bermutu tinggi, mungkin dia harus menerima fakta bahwa hidupnya akan seperti ini untuk suatu waktu yang lama. Jadi, perlu untuk menerima kondisi. Yang ketiga, DIA PERLU BERSYUKUR UNTUK PEMELIHARAAN TUHAN ATAS HIDUPNYA. Tuhan telah setia dan IA akan terus setia memeliharanya. Selama ini apa yang dibutuhkan, Tuhan telah sediakan. Jadi, dia dapat mengingat perbuatan Tuhan dan menaikkan syukur kepada-Nya. Lewat beriman, menerima kondisi dan lewat bersyukur, dia akan dapat melawan kekuatiran yang datang menyerangnya.
GS : Ya. Memang kekuatiran itu bisa menyerang siapa saja termasuk istri seorang gembala sidang. Untuk mengatasi hal itu, ada istri gembala sidang yang bekerja, Pak Paul. Memang gereja mengijinkan dia bekerja. Masalahnya adalah jemaat yang tidak bisa menerima itu. Karena ada sesuatu yang menjadi aib buat jemaat, seolah-olah jemaat tidak mampu untuk membiayai istri dari gembala sidang ini. Bagaimana, Pak Paul ?
PG : Memang diperlukan kedewasaan untuk melihat masalah secara utuh. Kita memang tidak bisa mengatakan setiap istri hamba Tuhan yang bekerja itu pasti tidak beriman makanya dia bekerja di luar. Kadang-kadang ada orang yang akan bisa menjadi ibu rumah tangga lebih efektif gara-gara dia bekerja dibanding dia terus di rumah, karena memang dia bukanlah orang yang sanggup untuk terus berada di rumah bersama anak-anak. Atau ada orang yang memang sebelum dia menikah si hamba Tuhan ini bukannya hamba Tuhan atau orang awam biasa, keduanya memunyai impian, karier dan sebagainya. Di tengah jalan Tuhan memanggil si suami untuk menjadi hamba Tuhan tapi si istri sudah terlanjur berakar di dalam kariernya dan dipakai Tuhan di bidang itu juga, untuk melepaskan juga agak berat. Jadi, ada banyak hal yang memang perlu dipertimbangkan. Tidak selalu kalau bekerja berarti tidak beriman. Saya kira gereja juga perlu lebih akomodatif terhadap setiap keunikan masing-masing keluarga hamba Tuhan.
GS : Iya. Apa tugas kedua dari seorang istri gembala sidang, Pak Paul ?
PG : Tugas kedua adalah MEMELIHARA HUBUNGAN YANG INTIM DENGAN SUAMI. Memang sudah seyogyanyalah suami pun berupaya keras memelihara hubungan yang intim dengan istri namun oleh karena tuntutan pelayanan, kadang tugas ini tidak selalu mudah untuk dilakukan. Itu sebab mau tidak mau tugas ini seringkali jatuh pada pundak istri. Nah, daripada mengeluh dan akhirnya menimbulkan lebih banyak masalah, lebih baik istri gembala melakukannya dengan ikhlas. Ada beberapa contoh atau penerapan yang bisa kita serap atau pelajari. Yang pertama, idealnya ‘kan suami itu mendahulukan istri ketimbang jemaat yang dilayaninya. Namun kadang prioritas ini tidak mudah dilaksanakan secara konsisten. Tuntutan pelayanan memang bukan masalah mati hidup tapi tidak bisa disangkal keberhasilan memenuhi tuntutan pelayanan akan memengaruhi keefektifan pelayanan itu sendiri. Artinya hamba Tuhan yang memenuhi pengharapan jemaat tidak bisa tidak akan lebih diterima, dihargai oleh jemaat, sehingga pelayanannya nanti juga akan lebih membuahkan hasil. Beda antara yang harus dan yang diharapkan itu tipis. Memang tidak semuanya harus, sebagian diharapkan. Bedanya tidak selalu jelas di antara keduanya. Itu sebabnya seringkali gembala sidang walaupun dengan rela dan juga ada unsur terpaksa, ya akhirnya memenuhinya. Disini diperlukan pengertian dari istri gembala sidang. Misalkan pada saat rencana keluarga batal karena adanya kepentingan jemaat yang mendesak, istri gembala bukan saja tidak mengeluh, ia pun perlu menyemangati si suami untuk mengemban tugasnya dan berdoa baginya.
GS : Biasanya memang seorang istri hamba Tuhan ini masih bisa lebih menerima fakta bahwa ia harus membatalkan rencana keluarga. Cuma dia didesak juga oleh anak-anaknya yang protes, "Kenapa seperti ini, kenapa mama tidak memberi tahu papa ?" Ini yang kadang membuat mereka tidak tahan juga.
PG : Betul. Makanya yang kita harus ingat adalah kita mesti berusaha mengganti apa yang terhilang. Memang tidak bisa tidak sebagai keluarga hamba Tuhan diperlukan kefleksibelan dalam memanfaatkan waktu bersama, baik yang direncanakan atau tidak. Jadi, fleksibel ini penting sekali. Sudah tentu adalah baik bila jauh hari sebelumnya direncanakan waktu berlibur dimana suami istri dapat menghabiskan waktu bersama. Namun oleh karena ini tidak dapat terlalu sering dilakukan, manfaatkanlah waktu luang yang muncul untuk pergi bersama atau beraktifitas bersama. Si istri gembala bisa berinisiatif mengajak suami pergi bersantai atau menghabiskan waktu berdua, kebersamaan yang singkat dan spontan ini akan mengeratkan relasi. Di pihak si gembala atau si suami atau si ayah, dia juga fleksibel. Waktu dia harus batalkan satu rencana mau pergi bersama keluarga atau anak-anak, dia akan ingat dia telah membatalkan dan dia berusaha menggantikannya dimana ada ruang waktu tidak begitu panjang, tidak begitu banyak tapi ya dia bisa ajak anak-anaknya, "Ayo kita pergi, kita lakukan ini." Sehingga anak-anak selalu tahu bahwa papa itu memerhatikan kami. Kalau papa itu batalkan satu janji, dia akan coba gantikan janji itu. Jadi, dengan cara ini anak-anak juga tidak akan terlalu merasakan dirugikan gara-gara ayahnya seorang hamba Tuhan.
GS : Memang disitu kekuatirannya adalah seolah-olah si gembala sidang ini terlalu memberikan banyak waktu kepada keluarganya. Misalnya saja, pagi dia punya waktu cukup banyak, dia mengantar istrinya ke pasar. Ini bisa menjadi pembicaraan, mengapa gembala sidang mengantarkan istrinya ke pasar. Seolah-olah tidak ada pekerjaan, ‘kan bisa ada persiapan dan sebagainya.
PG : Betul. Kalau dia setiap hari antar istrinya ke pasar dan sebagainya dan dia melalaikan tugas-tugasnya, memang dia akan menjadi bahan pembicaraan. Tapi misalkan jemaat melihat dia mengantar istri ke pasar karena ada kebutuhan khusus dan si suami itu juga tidak melalaikan tanggung jawabnya bahkan kadang bekerja sampai jauh malam, nah hal-hal itu menyeimbangi sehingga jemaat bisa menerima si hamba Tuhan itu pula.
GS : Apa lagi yang bisa dilakukan, Pak Paul ?
PG : Istri gembala juga dapat memelihara hubungan yang intim dengan suaminya lewat PENGUASAAN DIRI, Pak Gunawan. Istri gembala perlu menyadari bahwa tugas penggembalaan mengharuskan suami untuk terlibat dalam dua pelayanan yang berlangsung terus menerus, yaitu pengajaran firman dan persoalan hidup jemaat. Oleh karena setiap minggu ia harus memersiapkan pemberitaan firman, tidak bisa tidak hidupnya dipengaruhi oleh tuntutan persiapan ini. Seringkali dia harus memikirkan apa yang mesti disampaikannya dan ini akan menyita perhatiannya. Dan yang kedua, dia mesti terlibat dalam persoalan hidup jemaat. Tidak bisa tidak ini pun menyita perhatiannya. Sebab jika ada masalah yang mesti dibicarakan, sebaiknya istri memilih waktu yang tepat. Sebab konflik atau pembicaraan yang tidak berakhir baik akan memengaruhi suasana hati gembala sidang. Betapa tidak mudahnya ya, kita tahu, memersiapkan firman atau melayani jemaat menghadapi persoalan hidupnya jika suasana hati sedang tidak sejahtera. Jadi, kepada istri gembala sidang saya meminta bersikap bijaklah dalam memilih waktu untuk membicarakan masalah keluarga.
GS : Iya. Pak Paul, di dalam hal ini mungkin seorang istri itu bisa membantu suaminya yang gembala sidang ini untuk hal-hal yang sifatnya administratif ya. Untuk mengarsipkan, untuk menerima telepon dan sebagainya. Nah, untuk masalah-masalah yang timbul, mestinya si suami ini lebih proaktif, Pak Paul. Tahu oh, ini ada masalah jadi kalau si istri ‘kan sulit untuk mencari waktu yang tepat. Jadi kalau suaminya ‘kan bisa menemukan.
PG : Betul. Misalnya kalau ada hal-hal yang bisa dilakukan oleh si istri untuk membantu ya lakukanlah. Karena ini akan bisa menolong si suami juga. Yang terakhir tentang tugas si istri gembala memelihara hubungan dengan suaminya adalah istri ialah rekan terdekat gembala sidang. Singkat kata tidak ada orang yang mengenal gembala sidang sebaik dan sebanyak istri. Ia tahu apakah suami hidup dekat dan taat dengan Tuhan atau tidak. Dia tahu suami mulai menjauh darinya, dia pun tahu apakah suaminya tengah bermain api dengan dosa. Nah, istri gembala perlu menyampaikan apa yang dilihatnya kepada suami. Dengan kata lain, istri gembala harus menjadi seperti Nabi Natan bagi Raja Daud. Ingat ya, istri gembala harus memercayai suami tetapi ia pun harus mengawasi suami. Karena suami adalah manusia yang berdosa sama seperti yang lainnya.
GS : Berarti ada tantangan yang harus dihadapi oleh seorang istri gembala sidang ini, Pak Paul ?
PG : Ada, Pak Gunawan. Tantangannya adalah INGIN HIDUP NORMAL SAMA SEPERTI ORANG LAIN. Suami yang mencurahkan perhatian kepada keluarga, punya privasi, dapat hidup lebih bebas tanpa dimintai tolong dan sebagainya. Kita mengerti keinginan ini wajar. Namun pada akhirnya istri gembala harus menyadari tugas melayani sebagai gembala sidang adalah tugas yang unik yang membuat kehidupan gembala sidang tidak sama dengan kehidupan orang banyak. Sebagai istri ia pun harus membayar harga yang sama mahalnya. Dia juga harus melawan godaan untuk cemburu atau merasa disisihkan atau merasa diri tidak berharga. Jadi, daripada terus mendambakan kehidupan yang normal, lebih baik istri gembala berupaya menikmati hidup dalam situasi yang unik ini. Dia tidak akan dapat menjadi seperti orang lain. Jadi, berhentilah berharap situasi akan berubah. Sebaliknya galilah kenikmatan hidup di dalam keterbatasan hidup dan jalani hidup ini sebagai panggilan Tuhan atas dirinya pula.
GS : Iya. Pak Paul, kita baru membicarakan dua macam tugas dan tanggung jawab istri gembala sidang, tapi saya rasa masih ada lagi tugas dan tanggung jawab yang mesti kita bicarakan. Namun kita sudah menyadari bahwa tugas seorang istri hamba Tuhan ini cukup berat, Pak Paul. Kalau dihadapi sendiri juga rasanya tidak sanggup. Apakah ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan untuk menutup bagian ini ?
PG : Ayat yang baik untuk mengakhiri pembahasan kita adalah Pengkhotbah 4:9-10 saya akan cuplik saja. "Berdua lebih baik dari pada seorang diri. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya." Itu adalah ayat yang pas ya untuk pembahasan kita. Istri hamba Tuhan harus berada di samping si hamba Tuhan karena dua-dua saling membutuhkan satu sama lain. Kalau satu jatuh, yang satu bisa menolong dan mengangkatnya.
GS : Iya. Terima kasih untuk perbincangan ini, Pak Paul. Kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Tugas dan Tantangan Istri Gembala Sidang" bagian pertama. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.