Sulitnya Membangun Kepercayaan Yang Terhilang

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T543A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Hati yang terluka karena perselingkuhan pasangan akan merobohkan semua kepercayaan. Dan kendati pengampunan telah diberikan kepada pasangan yang selingkuh dan kembali kepada pasangan serta keluarga, membangun kembali kepercayaan sangat sulit bagi hati yang sudah terluka.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
dpo. Pdt. Dr. Paul Gunadi

Kita mafhum bahwa perselingkuhan menghancurkankan, tetapi kita tetap melakukannya. Salah satu dampak perselingkuhan adalah hilangnya kepercayaan. Kita yang pernah jatuh ke dalam dosa perselingkuhan tahu betapa sukarnya membangun kembali kepercayaan yang terhilang. Sesungguhnya memanglah demikian. Kepercayaan yang terhilang tidak dapat dibangun kembali seperti sediakala. Singkat kata, sekali kepercayaan hilang, selamanya ia akan hilang, dalam pengertian kita tidak dapat mengembalikan kepercayaan ke bentuk awal yang utuh. Sekali cedera, selamanya cedera. Mengapa demikian ?

  1. Kepercayaan, terutama dalam pernikahan, mengandung unsur menyerahkan, dalam hal ini, hidup kita dan masa depan kita. Sekali kepercayaan hilang, maka selamanya kita akan ragu dan takut untuk menyerahkan hidup dan masa depan kita kepada pasangan. Selamanya kita tidak bisa merasa seratus persen aman. Akan selalu ada kekhawatiran kalau-kalau pasangan akan kembali melukai kita dengan cara berkhianat. Itu sebab sekali kepercayaan hilang, kita senantiasa berjaga-jaga. Kita tidak berani menyerahkan hidup dan masa depan kita sepenuhnya pada pasangan. Misalkan, dulu kita tidak mempersoalkan siapa memegang uang dan kita pun tidak berkeberatan untuk tidak menyimpan uang sama sekali. Sejak perselingkuhan pasangan, kita memutuskan untuk menyimpan dan memegang uang, terpisah dari uang bersama. Kita merasa bahwa kita harus menabung dan memegang uang sendiri karena kita ingin siap bila pasangan mengulang perbuatannya kembali. Atau, sebelumnya kita tidak bekerja dan tidak merasa apa-apa namun tiba-tiba sekarang kita merasakan dorongan untuk bekerja. Kita tidak mau bergantung sepenuhnya pada pasangan sebab kita tidak mau terbengkalai bila ia meninggalkan kita. Tindakan lain yang kadang kita lakukan adalah kita memaksa pasangan untuk menyisihkan uang guna keperluan kuliah anak di masa depan. Kita ingin memastikan bahwa masa depan kita akan OK.
  2. Kita sulit memercayai pasangan kembali sebab kita tidak lagi percaya pada komitmennya terhadap keluarga. Sekali ia berkhianat, apa pun yang dilakukannya, tidak akan dapat membuat kita sejahtera. Kita senantiasa ingat bahwa ia, yang pernah berjanji setia dan berkomitmen penuh pada pernikahan, pernah melanggar janjinya. Singkat kata komitmennya tidak kuat dan janjinya bukanlah janji yang dapat dipegang. Mungkin suatu saat kita dapat memercayai komitmennya pada pernikahan dan keluarga, tetapi biasanya proses menuju ke sana terjal dan panjang. Kita selalu bertanya-tanya, kapankah ia akan melanggar janjinya lagi dan kapankah ia akan lupa dengan komitmennya. Dengan kata lain, kita terus dihantui keraguan bahwa ia pernah ingkar janji dan komitmen dan kalau pernah sekali, ia akan dapat mengulangnya kembali. Itu sebab tidak heran mudah sekali buat kita untuk tidak memercayai janji pasangan setelah perselingkuhannya.
  3. Kita sukar memercayai pasangan sebab kita tidak yakin akan keteguhannya untuk melawan godaan.. Mungkin kita dapat kembali cintanya kepada kita tetapi kita selalu meragukan keteguhannya melawan godaan. Dengan kata lain, kita berpikir bahwa kenyataan ia tidak lagi berselingkuh bukanlah karena ia kuat melainkan karena pencobaan itu tidak ada. Suatu hari kelak bila muncul godaan yang baru maka kita tidak yakin bahwa ia akan sanggup menolaknya. Mungkin ia mau melawan, tetapi kita ragu, ia akan kuat. Perselingkuhan menyadarkan kita bahwa pasangan tidak sekuat yang kita bayangkan sebelumnya. Itu sebab, kelemahan pasangan akan selalu membayang-bayangi kita. Kita ingin memastikan ia tidak jatuh lagi tetapi kita tidak lagi dapat memercayai keteguhannya untuk melawan pencobaan. Itu sebab kita selalu berusaha dekat dengannya dan meminta pertanggungjawaban keberadaannya setiap hari. Mungkin kita akan sering-sering meneleponnya sebab kita ingin ia tahu bahwa kita ada di sini. Kita berharap ia akan lebih sanggup melawan pencobaan jika ia tahu bahwa kita mengawasinya.
  4. Kita sukar memercayai pasangan karena kita ingat ia pernah kurang – atau tidak – mencintai kita dan pernah membagi cintanya dengan orang lain. Kenyataan ia pernah berselingkuh membuat kita was-was sebab kita tahu ia sanggup mencintai orang lain dan bahwa kita bukanlah orang yang paling istimewa baginya. Itu sebab setelah perselingkuhan kita makin gencar memintanya untuk menyatakan cintanya kepada kita. Tidak henti-hentinya kita memintanya untuk mengatakan bahwa ia hanya mencintai kita sebab kita adalah orang yang paling istimewa dalam hidupnya. Sebaliknya, kita justru tidak lagi berani untuk mencintainya dengan sepenuh hati. Kita selalu mengingatkan diri untuk tidak mencintainya seperti dulu supaya kita tidak harus terluka seperti dulu jika ia jatuh kembali. Singkat kata, memori bahwa kita bukanlah orang nomor satu baginya dan bahwa ia bisa dan pernah kehilangan cinta, membuat kita sadar bahwa kapan saja, kita bisa menjadi nomor dua.
  5. Kita sukar memercayai pasangan sebab sesungguhnya kita masih terluka. Oleh karena kita ingin sembuh dan mau melihat pernikahan kita direstorasi dengan segera, maka kita pun beranggapan bahwa kita sudah dapat memercayai pasangan kembali. Masalahnya adalah kita masih terluka; kita masih belum pulih. Luka memang sudah mulai mengering tetapi sesungguhnya luka masih menganga. Selama luka masih menganga, kita akan terus mengalami kesukaran memercayai pasangan. Hati yang terluka membutuhkan kesembuhan, bukan risiko buruk memercayai pasangan. Dan, hati yang terluka hanya dapat sembuh melalui kebaikan demi kebaikan yang kita terima dari pasangan. Masalahnya adalah meski perselingkuhan berakhir, biasanya relasi memerlukan waktu yang panjang untuk dibangun kembali. Itu sebab, luka lama sembuh dan selama luka masih mengeluarkan darah, kita akan sulit memercayai pasangan.

Amsal 16:6 berkata, "Dengan kasih dan kesetiaan kesalahan diampuni, karena takut akan Tuhan, orang menjauhi kejahatan." Firman Tuhan memberikan resep kepada kita untuk kembali dipercaya yaitu kasih, kesetiaan, dan takut akan Tuhan. Tanpa ketiganya, percaya terus hilang