Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idayanti Raharjo dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang seks di tengah kita. Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, membicarakan tentang seks rasanya tidak ada habis-habisnya karena begitu banyak segi yang bisa kita bicarakan, dan kali ini kita akan membicarakan tentang realitanya saja Pak Paul, seks di tengah-tengah kita. Menurut Pak Paul kondisi saat ini seperti apa, Pak Paul?
PG : Saya kira memang kondisi sekarang ini cukup memprihatinkan, Pak Gunawan, jadi perilaku seksual baik itu di kalangan anak-anak remaja maupun orang-orang dewasa sebetulnya sangatlah bebas. Klau dahulu kala biasanya perilaku remaja itu kalau berkaitan dengan seks biasanya dilakukan dengan wanita nakal atau pelacur, namun saya kira perkembangan akhir-akhir ini hubungan seksual dilakukan bukan saja dengan pelacur namun yang lebih banyak adalah dengan sesama teman, baik itu dalam konteks berpacaran ataupun hanya kencan-kencan biasa.
Nah, apalagi sekarang semaraknya penggunaan obat-obat terlarang dan kita tahu berkali-kali ini dimuat di surat kabar, atau majalah, polisi misalnya menangkap basah para pemuda yang sedang berpesta. Nah pestanya adalah biasanya dua hal, menggunakan obat baik itu ekstasi, sabu-sabu, atau pun melakukan hubungan seks. Jadi biasanya dua hal itu, penggunaan obat seperti sabu-sabu dan juga ekstasi dan seks itu jadi satu paket.
(1) GS : Nah, faktor penyebabnya biasanya apa Pak Paul, kok orang begitu menggampangkan soal seks itu?
PG : Saya kira ada pengaruh yang kuat sekali dari faktor budaya kita sekarang ini. Memang dahulu kala budaya kita ini cenderung budaya yang mengekang, namun sekarang budaya kita menjadi budaya ang tidak lagi mengekang, sehingga memberikan toleransi yang cukup besar terhadap perilaku seksual di kalangan anak-anak muda, nah itu yang pertama.
Yang kedua adalah saya kira anak-anak remaja, pemuda perlu melihat contoh yang baik, sedangkan sekarang ini anak-anak remaja bisa mendapatkan begitu banyak contoh perselingkuhan di kalangan siapa, di kalangan orang-orang yang tidak lagi terlalu muda yakni misalnya orang tua mereka. Nah, kita tahu yang berselingkuh itu bukanlah anak-anak remaja, remaja belum menikah, yang berselingkuh adalah orang-orang yang sudah menikah dan tidak jarang mereka itu orang-orang yang bahkan sudah berusia paro baya, 40-an ke atas. Dan anak-anak ini melihat bahwa orang tua mereka pun melakukan hubungan seksual di luar nikah, dengan kata lain orang tua tidak lagi mampu atau menghentikan perilaku anak karena mereka sendiri tidak lagi memberikan contoh yang baik kepada anak-anak mereka. Atau yang lainnya lagi adalah hubungan orang tua sudah begitu merenggang, sehingga pengawasan terhadap anak juga terganggu. Orang tua yang mempunyai banyak masalah, tidak bisa tidak, akan mencurahkan lebih banyak energinya membereskan masalah pernikahan mereka sendiri, sehingga pengawasan yang seharusnya mereka berikan kepada anak juga akan berkurang. Dan kita juga tahu bahwa dalam rumah tangga yang bermasalah, anak-anak cenderung lebih berani, sebab rasa hormat pada orang tua sudah jauh berkurang pula. Itu sebabnya mereka lebih bisa melakukan hal-hal yang dilarang oleh orang tua mereka. Jadi meskipun kita mencoba menanamkan nilai-nilai moral yang baik, apa yang kita ajarkan di Gereja, kita coba tanamkan pada anak-anak kita, namun fakta-fakta kehidupan seperti itu akhirnya juga sangat mempengaruhi mereka. Belum lagi faktor-faktor teman-teman yang bercerita misalnya saya sudah meniduri wanita ini, saya sudah berhubungan dengan pria ini, nah akhirnya membuat mereka merasa bahwa ini adalah hal yang bisa dilakukan sebab teman mereka saja melakukannya, kenapa mereka tidak. Nah, belum lagi kita melihat film-film, film di mana sekarang adegan seksual sudah begitu menjamur, istri saya dan saya sebenarnya menikmati film drama yang bagus yang mempunyai alur cerita yang kuat tapi terus terang kadangkala kami dikecewakan karena kami tidak bisa menyaksikan film yang bersih itu, selalu ada saja atau hampir selalu tidak semuanya, hampir selalu ada saja adegan seksualnya. Seolah-olah film itu harus dibumbui adegan seksual baru bisa dijual, padahalnya tidak demikian, contoh seperti film "Titanic" yang memang bagus sekali, dibuat dengan begitu indah tapi sangat saya sayangkan dalam film yang begitu bagus harus ada adegan seksualnya dan bagi saya adegan itu sama sekali tidak menambah bobot film, malah mengurangi bobot film. Tapi itulah yang disaksikan oleh kita semua, baik anak-anak remaja maupun orang tua. Di kalangan orang-orang dewasa di tempat kerja mereka, di kantor mereka, teman mereka berselingkuh baik dengan teman sekerja atau pun dengan orang yang di luar tempat pekerjaan. Nah akhirnya budaya selingkuh juga mulai menyerap ke dalam diri orang-orang dewasa yang bekerja di luar. Ibu-ibu rumah tangga yang di rumah juga berkumpul dengan ibu-ibu rumah tangga yang lain, membicarakan tentang pria, belum lagi yang tidak ada pekerjaan menonton film-film blue, film-film seksual bersama ibu rumah tangga yang lainnya, akhirnya lebih mendorong mereka untuk berselingkuh. Jadi saya kira memang ada suatu pergeseran nilai moral yang sangat kuat sekali di masyarakat kita, dan jangan kita menyalahkannya kepada budaya Barat, soalnya memang kita orang berdosa. Jadi sebab itulah kita senang melakukan hal-hal yang seturut atau sesuai dengan sifat dosa ini, bukan karena budaya Baratnya, kita pun lebih canggih menciptakan masalah.
(2) IR : Nah menurut Pak Paul, pemahaman seks yang keliru itu bagaimana, Pak?
PG : Yang sering sekali kita dengar ada dua macam ya Ibu Ida, yang pertama adalah pemahaman yang represif, yang kedua adalah pemahaman yang obsesif. Yang saya maksud pemahaman yang represif adaah pemahaman seks sebagai sesuatu yang menjijikkan, yang negatif, yang buruk.
Nah seks itu bukannya sesuatu yang harus dan boleh dinikmati, tapi seks adalah suatu kewajiban dan biasanya ini dilihat sebagai kewajiban seorang wanita terhadap seorang pria. Seks bukanlah sesuatu yang seyogyanya dinikmati oleh wanita, sebab ini adalah kepuasan kaum pria, tugas wanita hanyalah memberikan atau menyediakan kepuasan itu kepada suami atau pria dalam hidupnya. Nah, itu adalah budaya seksual yang represif ya, yang benar-benar menguburkan seks sebagai sesuatu yang tidak boleh dipikirkan, tidak boleh dinikmati sama sekali. Kebalikan dari itu adalah budaya yang obsesif, pemahaman yang obsesif ini jadinya membuat seks menjadi sesuatu yang harus dikejar, yang harus dilakukan seolah-olah menjadi suatu obsesi bagi seseorang. Nah, kalau tidak dilakukan rasanya ada yang kurang, untuk mengurangi ketegangan, seks adalah obatnya, untuk mencapai kepuasan hidup seks juga yang menjadi targetnya. Jadi segalanya itu sangat-sangat dikuasai oleh seks, nah saya kira dua ekstrim ini merupakan contoh pemahaman seks yang keliru.
GS : Nah, kita semua tahu bahwa seks itu juga merupakan pemberian dari Tuhan Allah sendiri Pak Paul, dan pasti kalau kita baca di dalam Kitab Suci, Tuhan Allah memberikan pedoman-pedoman buat kita, bagaimana kita menggunakan seks itu. Itu suatu kebutuhan yang Tuhan berikan kepada setiap manusia.
PG : Tepat sekali Pak Gunawan, seks adalah bagian dari kebutuhan biologis. Jadi kita adalah makhluk seksual oleh karena itulah kita mempunyai nafsu seksual, kita mempunyai keinginan untuk berhuungan seksual.
Namun demikian nafsu itu meskipun bagian dari kebutuhan jasmani kita, tidaklah berarti kita boleh mengumbarnya sembarangan, nah oleh karena itulah Alkitab memberikan panduan, aturan. Di sini kita bisa melihat bahwa kebutuhan hakiki manusia sekalipun tidaklah memberikan izin kepadanya untuk mengumbarnya atau memuaskannya seenaknya. Sama seperti misalkan makan, apakah makan salah, tentu tidak, makan untuk memuaskan kebutuhan fisik kita, namun kalau kita pagi, siang, malam hanya pikirnya makanan dan setiap dua jam kita makan, maunya makan terus sudah tentu itu akan merusakkan tubuh kita. Jadi kebutuhan tidak dapat kita anggap sebagai suatu alasan yang membolehkan kita memuaskan kebutuhan itu semau kita. Nah, seks juga begitu, seks adalah bagian kebutuhan jasmani manusia tapi orang yang terlalu memikirkan seks dan hanya mau melakukan seks, saya kira akan menyalahi aturan yang Tuhan berikan pula. Oleh sebab itulah Tuhan memberikan aturannya, sama seperti makan tadi saya berikan contohnya, semua orang mempunyai keinginan untuk makan, tapi misalnya dia ke restoran dia mencuri makanan itu menjadi salah. Jadi makan sendiri tidak salah, lapar itu bagian dari kebutuhan manusia, namun bagaimana kita memuaskannya ada aturan etikanya, nah demikian pula dengan seks. Kebutuhan seksual sendiri adalah bagian yang normal, yang alamiah dari semua manusia, bagaimana kita memuaskan hasrat seksual, nah itu diatur oleh etika, diatur oleh Firman Tuhan. Yang akan saya bahas adalah bagian dari
1 Korintus 6:13, "Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan melainkan untuk Tuhan dan Tuhan untuk tubuh." Kemudian ayat ke 20, "sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar, karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu." Nah pemahaman seks yang benar mempunyai beberapa aspek, yang pertama adalah yang kita ambil dari Firman Tuhan tadi, seks adalah dari Tuhan, oleh karena itu pemakaiannya, penggunaannya, penerapannya, juga harus sesuai dengan yang Tuhan telah gariskan. Kalau saya boleh singkat, dari Tuhan untuk Tuhan, jadi harus sesuai dengan yang Tuhan telah tentukan. Nah, Tuhan berkata begini, tubuh bukan untuk percabulan melainkan untuk Tuhan, nah di sini yang dimaksud memang adalah dalam konteks hubungan seksual. Jadi tubuh kita itu dengan kebutuhan-kebutuhan seksualnya bukanlah untuk diberikan ke dalam percabulan, percabulan adalah hubungan seksual di antara dua orang yang tidak diikat dalam pernikahan. Nah, Tuhan berkata tubuh dan kebutuhan-kebutuhan biologis bukan untuk dipuaskan dengan bebas dan dengan cara semau-maunya itu, tapi untuk Tuhan maka inilah muliakan Tuhan dengan tubuhmu. Jadi prinsip yang pertama seks dari Tuhan, tidak salah kebutuhan seks itu diciptakan Tuhan, keinginan kita berhubungan seksual dengan lawan jenis kita itu adalah dari Tuhan, tidak salah namun penggunaan atau penerapannya harus diberikan kembali kepada Tuhan, karena menjadi wewenang Tuhan yang akan mengaturnya.
GS : Jadi hanya orang yang bisa menghargai seks itu akan memuliakan Tuhan, juga pada saat kebutuhan seksualnya terpuaskan, Pak Paul?
PG : Tepat sekali, waktu kita melakukannya dengan istri atau suami kita, bukan saja kita akan memperoleh kenikmatan tapi kita tahu bahwa kita melakukan sesuatu yang memang Tuhan kehendaki dan yng Tuhan kehendaki sudah pasti baik, bukannya untuk yang tidak baik.
Nah, jadi kenikmatan seksual dalam wadah pernikahan merupakan kenikmatan yang sempurna, yang lengkap, tidak ada rasa takut bersalah, tidak ada rasa takut/was-was nanti ketahuan oleh siapa tidak, ini adalah hubungan yang dilegalkan yang diberikan oleh Tuhan sendiri dan tujuannya adalah untuk kebaikan suami dan istri. Jadi pada akhirnya memang kita akan bisa menghargai seks sebagai pemberian Tuhan yang begitu indah, melalui hubungan seksual dalam rumah tangga kita sendiri.
IR : Kalau seseorang itu melakukan seks yang berkelebihan Pak Paul apakah itu bukan suatu penyakit, bagaimana kalau dia menderita sakit padahal dia itu seorang anak Tuhan?
PG : Jadi ini adalah satu gangguan yang seringkali secara awam disebutnya hiperseks begitu ya, Bu Ida. Saya percaya memang ada gangguan-gangguan seksual seperti itu, jadi ada orang-orang yang trlalu terobsesi dengan seks.
Nah, saya hanya bisa simpulkan satu hal yaitu orang yang terobsesi dengan seks adalah orang yang tidak mempunyai arah hidup atau orang yang tersesat dalam hidupnya, terombang-ambing oleh hidup ini sehingga tidak mempunyai pegangan yang jelas. Kehidupannya itu kosong dan dalam kekosongannya dia menderita kecemasan, kegelisahan, ketegangan yang semuanya akan bisa dikurangi dengan hubungan seks. Jadi seks itu menjadi sesuatu yang dicarinya terus-menerus, karena seks menjadi pemuasan akan ketegangannya, seks membawa kenikmatan dan kelegaan untuk kekosongan hidupnya yang sedang dirasakannya. Jadi saya akan mengutip perkataan C.S. Lewis, seorang pengarang Kristen dari Inggris, dia berkata tidak heran ada orang-orang yang begitu tergila-gila dengan seks karena hidup mereka begitu kosong. Tapi kalau kekosongan itu dipenuhi, dipuaskan dengan hal-hal yang rohani, keinginan untuk melakukan hubungan seksual juga akan lebih bisa terkendali, karena hidupnya telah diisi. Maka kata C.S. Lewis, orang yang hidupnya kosong kebanyakan akan mudah sekali tergila-gila dengan seks untuk mengisi hidupnya sendiri. Nah, kita harus mengisi hidup kita dengan hal-hal yang baik, dengan yang Tuhan kehendaki terutama dengan Tuhan sendiri.
GS : Selain prinsip seks dari Tuhan untuk Tuhan, apakah ada hal lain yang disampaikan oleh Alkitab?
PG : Seks sudah tentu Tuhan ciptakan untuk kenikmatan, kalau tidak seks tidak membawa kenikmatan. Jadi kita mengetahui dari organ-organ seksual yang kita miliki dan juga dari sensasi yang dialai dalam berhubungan seksual itu semua membawa kenikmatan.
Nah karena itulah kita bisa yakin bahwa memang Tuhan mendesain seks untuk menambahkan kenikmatan dalam kehidupan manusia. Selain dari itu seks Tuhan ciptakan untuk menyatukan, maka itulah di Kejadian pasal 2 dikatakan bahwa keduanya akan menjadi satu, menjadi satu daging, meskipun ini merupakan perlambangan penyatuan dua individu secara penuh, bukan saja secara fisik tapi memang mengandung unsur fisiknya pula. Jadi keduanya menjadi satu itu adalah keintiman puncak, keintiman yang tidak bisa lagi ditingkatkan, itu sudah paling puncak. Nah artinya apa, jadi seks itu merupakan puncak keintiman, masalahnya adalah kalau orang tidak memiliki pemahaman yang benar, orang akan menggunakan seks menambah keintiman. Tidak, keintiman dulu baru seks, kalau seks digunakan untuk menambah keintiman tidak akan bisa berhasil, hanya berlangsung untuk waktu yang sangat singkat saja. Setelah itu akan terhilang aspek keintimannya. Namun kebalikannya, kalau dua orang suami istri hubungannya intim sekali mereka kemudian mengadakan hubungan seksual, hubungan seksual itu menjadi puncak, menjadi bunga yang paling lengkap dari keintimannya.
(3) IR : Nah, bagaimana Pak Paul kalau pasangan itu sudah tua ya, yang istrinya sudah menopause itu bagaimana, apakah bisa juga menikmati keintiman?
PG : Masih bisa, meskipun sudah tentu harus ada hal-hal yang dilakukan oleh kedua orang yang sudah mulai berusia lanjut. Sudah tentu kelancaran akan dipengaruhi pula oleh usia yang sudah tua, bgi seorang pria juga dia tidak bisa bereaksi secepat tatkala dia masih lebih muda.
Karena itu sudah tentu harus ada persiapan-persiapan yang lebih matang, lebih perlahan, lebih memakan waktu, dan bisa juga dibeli obat-obat pelumas yang dapat menolong dalam hubungan suami istri yang sudah berusia agak lanjut. Dan sudah tentu pula makin lanjut usia, frekuensi hubungan seksual juga makin berkurang, karena otomatis dorongan-dorongan itu tidak lagi sekuat pada waktu dia masih berusia lebih muda. Jadi memang Alkitab menyediakan seks sebagai wadah kenikmatan sebagai puncak keintiman, yang kita juga tahu sebagai wadah atau sarana untuk prokreasi, untuk perkembangbiakan, untuk mempunyai keturunan. Oleh karena itulah kita mesti berhati-hati dengan seks. Tuhan memang tidak pernah menciptakan seks seperti kita mau menggaruk badan kita yang gatal, kapan saja gatal kita langsung garuk, tidak pernah. Seks menjadi sarana yang Tuhan tetapkan untuk melahirkan anak, dengan kata lain, itu adalah hal yang super-super penting. Dari hubungan yang begitu intim dan mulia akan muncul satu anak, nah anak ini benar-benar suatu keajaiban dari sel telur dan sperma yang tidak bisa kita lihat berkembang selama 9 bulan menjadi seorang bayi. Dan dari seorang bayi yang begitu kecil berkembang menjadi seorang anak, dari seorang anak akhirnya menjadi seorang dewasa seperti kita semua. Kita melihat adanya suatu keajaiban yang Tuhan telah tetapkan melalui hubungan seksual ini. Dari dua orang yang menyatakan cinta dalam pernikahan, Tuhan akan berikan kesempatan untuk mereka mempunyai keturunan. Jadi itu yang Tuhan tekankan, oleh karena itulah saya berkesimpulan bahwa seks bukan untuk perhambaan, Firman Tuhan di
1 Korintus 6 tadi dikatakan bahwa "Tidakkah engkau tahu bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus." Kemudian disambung lagi di ayat 17 "Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan menjadi satu Roh dengan dia, setiap dosa lain yang dilakukan manusia terjadi di luar dirinya tapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri." Dengan kata lain, seks memang adalah suatu dosa yang langsung berkaitan dengan tubuh kita, dan Tuhan menghendaki agar kita menjadi satu Roh dengan Tuhan, bukan menyatukan diri kita dengan orang-orang yang bukanlah istri atau suami kita, jangan sampai kita diperhamba oleh kebutuhan seksual kita ini.
GS : Tetapi seringkali orang itu tidak sadar, Pak Paul, secara bertahap dia diperhamba oleh seks, oleh kebutuhan seksualnya. Nah, bagaimana dia bisa mencegah sendiri supaya dia tidak menjadi hamba dari seks atau menjadi apa, hanya mementingkan seks dalam kehidupannya sehari-hari?
PG : Saya akan menggunakan argumentasi yang dipaparkan oleh C.S. Lewis, pada intinya hidup kita harus kita isi terlebih dahulu, orang yang diperhamba oleh seks adalah orang yang tidak diperhamb oleh Tuhan.
Dengan kata lain hidup kita kosong, hidup kita tidak lagi diisi oleh hal-hal yang Tuhan kehendaki, dalam kekosongan kita merasa sangat gelisah, sangat tidak tenang, sangat tidak puas, dan kita ingin adanya kelegaan dan seks memang membawa kenikmatan serta kelegaan. Jadi itulah yang akan kita gunakan, nasihat saya atau saran saya yang pertama adalah isilah hidup kita dengan Tuhan, isilah hidup kita dengan hal-hal yang memang baik, yang memang membuat kita merasa bahwa hidup ini bermakna, semakin hidup kita tidak ada maknanya semakin kita bisa tersedot masuk ke dalam seks, jadi itu langkah pertama kita. Langkah kedua adalah kita memang harus juga mempunyai kehidupan yang berimbang, maksud saya begini kalau kita hidup selalu penuh tekanan, kesibukan kita benar-benar membuat tubuh kita letih sekali, pikiran kita lelah sekali, dan kita memerlukan istirahat; nah hati-hati sebab kalau tidak hati-hati, kita akan masuk ke dalam seks, kita misalkan ke panti pijat dan sebagainya, membayar orang untuk memuaskan hasrat seksual kita. Sebetulnya yang kita butuhkan bukanlah pemuasan hasrat seksual, yang kita butuhkan adalah kelegaan, kesegaran karena tubuh kita, pikiran kita terlalu letih, terlalu banyak tugas-tugas kita. Nah haruslah hidup kita berimbang. Hidup yang tidak berimbang akan lebih mendorong kita untuk terobsesi oleh seks dan yang ketiga, tidak bisa tidak, kita harus takut kepada Tuhan. Firman Tuhan sudah berkata jangan kita mencabulkan tubuh kita, jangan kita berhubungan seksual dengan orang yang bukan suami atau istri kita, itulah makna dari percabulan. Apa artinya takut kepada Tuhan? Meskipun kita merasa tidak ada yang melihat, tidak apa-apa, tapi kita harus selalu mengingat bahwaTuhan melihat dan mata Tuhan ada dimana-mana serta bisa memberikan hukuman atas dosa kita. Alkitab sudah mengatakan dosa yang lain diperbuat di luar tubuh manusia, tapi seks adalah dosa yang langsung dilakukan oleh tubuh manusia.
GS : Artinya dalam hal itu ada suatu kaitan yang erat, Pak Paul, antara apa yang dilakukan secara fisik tadi dengan yang terjadi dalam diri seseorang?
PG : Tepat sekali, Pak Gunawan, jadi Tuhan mau menegaskan satu prinsip di sini bahwa kehidupan jasmani kita tidak lepas dari kehidupan rohani kita. Bahwa apa yang kita perbuat dengan tubuh kita mempunyai pengaruh atau dampak langsung terhadap hubungan kita dengan Tuhan.
Apa yang kita lakukan antara kita dengan orang yang lain juga akan mempengaruhi hubungan kita dengan Tuhan. Nah manusia tidak bisa berkata "ini untuk kenikmatan saya, sama-sama mau apa urusannya dengan Tuhan?" Ada urusannya dengan Tuhan sebab seks pemberian Tuhan, Tuhan mau agar seks dipakai sesuai kehendakNya. Seks bukan ciptaan manusia, siapa yang menciptakan organ-organ seksual dalam tubuh manusia, siapa yang menciptakan hormon-hormon seksual dalam tubuh manusia, semua Tuhan; oleh karena Tuhan yang memberi, maka Tuhan menuntut pemakaiannya sesuai dengan kehendakNya juga. Jadi memang apa yang kita perbuat secara fisik sangat berdampak pada hubungan kita dengan Tuhan atau kerohanian kita.
GS : Jadi Pak Paul, kita terpanggil untuk betul-betul cermat atau waspada sekali terhadap gangguan-gangguan, dosa-dosa seksual yang begitu sering terjadi di sekeliling kita itu.
GS : Dan saya rasa pembicaraan ini sangat perlu sekali bagi kita semua dan khususnya para pendengar untuk membekali diri menghadapi pergolakan seksual yang makin lama makin kita rasakan juga di negara kita, Pak Paul.
GS : Jadi demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi, kami telah persembahkan kehadapan Anda sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang seks di tengah kita. Dan bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK, Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami harapkan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.