Seks Ditengah Kita

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T061A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Seks adalah dari Tuhan, tidak salah kebutuhan seks diciptakan Tuhan, namun penggunaan atau penerapannya harus diberikan kembali kepada Tuhan karena wewenang Tuhan yang akan mengaturnya.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Kondisi sekarang ini cukup memprihatinkan, jadi perilaku seksual, baik itu di kalangan anak-anak remaja maupun orang-orang dewasa sebetulnya sangatlah bebas. Apalagi sekarang penggunaan obat-obat terlarang makin semarak, dan kita tahu berkali-kali ini dimuat di surat kabar, atau majalah. Polisi misalnya menangkap basah para pemuda yang sedang berpesta. Pesta itu biasanya mengandung dua hal yaitu menggunakan obat baik itu ekstasi atau sabu-sabu, juga melakukan hubungan seks.

Saya kira terjadinya semua itu ada pengaruh yang kuat sekali dari faktor budaya kita sekarang ini.

  1. Pertama, dahulu kala budaya kita ini cenderung mengekang, namun sekarang menjadi budaya yang tidak lagi mengekang. Sehingga memberikan toleransi yang cukup besar terhadap perilaku seksual di kalangan anak-anak muda.

  2. Yang kedua adalah anak-anak remaja dan pemuda perlu melihat contoh yang baik, sedangkan sekarang ini anak-anak remaja bisa mendapatkan begitu banyak contoh perselingkuhan bahkan orang tua tidak lagi mampu menghentikan perilaku anak karena mereka sendiri tidak lagi memberikan contoh yang baik kepada anak-anak mereka.

  3. Yang ketiga, hubungan orang tua sudah begitu merenggang, sehingga pengawasan terhadap anak juga terganggu.

  4. Yang keempat, kita melihat film-film yang beredar sekarang, adegan seksualnya sudah begitu menjamur.

  5. Yang kelima, pengaruh dari lingkungan pergaulan dan kerja.

Ada 2 macam pemahaman seks yang keliru yaitu:

  1. Yang pertama adalah pemahaman yang represif. Yang dimaksud pemahaman represif adalah pemahaman seks sebagai sesuatu yang menjijikkan, yang negatif, yang buruk. Seks itu bukannya sesuatu yang harus dan boleh dinikmati, tapi seks adalah suatu kewajiban. Budaya seksual yang represif benar-benar menguburkan seks sebagai sesuatu yang tidak boleh dipikirkan, tidak boleh dinikmati sama sekali.

  2. Yang kedua adalah pemahaman yang obsesif. Pemahaman obsesif ini membuat seks menjadi sesuatu yang harus dikejar, yang harus dilakukan seolah-olah menjadi suatu obsesi bagi seseorang.

I Korintus 6:13,20, "Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar, karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu."

Pemahaman seks yang benar mempunyai beberapa aspek:

  1. Seks adalah dari Tuhan. Oleh karena itu pemakaiannya, penggunaannya, penerapannya, juga harus sesuai dengan yang Tuhan telah gariskan.

  2. Tuhan ciptakan seks untuk menyatukan.

Alkitab menyatakan Tuhan menyediakan seks sebagai wadah kenikmatan, sebagai puncak keintiman, yang kita tahu juga sebagai wadah atau sarana untuk prokreasi untuk perkembangbiakan atau untuk mempunyai keturunan, oleh karena itulah kita harus berhati-hati dengan seks.

1Korintus 6 dikatakan, "Tidakkah engkau tahu bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus." Kemudian disambung lagi di ayat 17, "Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan menjadi satu Roh dengan dia, setiap dosa lain yang dilakukan manusia terjadi di luar dirinya tapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri." Dengan kata lain, dosa seksual adalah suatu dosa yang langsung berkaitan dengan tubuh kita, dan Tuhan menghendaki agar kita menjadi satu Roh dengan Tuhan, bukan menyatukan diri kita dengan orang-orang yang bukanlah istri atau suami kita, jangan sampai kita diperhamba oleh kebutuhan seksual kita ini.

Nasihat atau saran saya agar kita tidak menjadi hamba seks:

  1. Isilah hidup kita dengan Tuhan, isilah hidup kita dengan hal-hal yang memang baik, yang memang membuat kita merasa bahwa hidup ini bermakna.

  2. Kita harus mempunyai kehidupan yang berimbang

  3. Kita harus takut kepada Tuhan.